uefau17.com

Rekomendasi 4 Wisata Rendah Karbon di Jakarta, Ramah Lingkungan dan Menyenangkan - Lifestyle

, Jakarta - Berwisata merupakan suatu kegiatan yang penting bagi banyak orang, terutama untuk menyegarkan diri dari rutinitas sehari-hari dan menghilangkan stres. Akan tetapi, aktivitas pariwisata merupakan salah satu kontributor terbesar krisis iklim, dengan menyumbang 8 persen dari karbon emisi global yang menyebabkan krisis iklim. 

Untuk itu, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Disparekraf DKI Jakarta berinisiatif menjadi dinas pertama di Indonesia yang mengusung isu krisis iklim dan pariwisata rendah karbon. Bersama Bumi Journey dan Jakarta Good Guide, Disparekraf DKI Jakarta menyelenggarakan kegiatan Wisata Rendah Karbon pada Sabtu, 29 April 2023.

Dalam acara Focus Group Discussion Wisata Rendah Karbon Jakarta di Novotel Cikini, Kepala Bidang Data, Informasi dan Pengembangan Destinasi DKI Jakarta, Hari Wibowo, mengatakan, "Kita tidak bisa dan tidak boleh memberhentikan pariwisata, tapi kita bisa mengubah cara kita berwisata menjadi lebih rendah karbon atau ramah iklim."

berkesempatan mengikuti empat kegiatan yang dilakukan dalam Wisata Rendah Karbon. Tak hanya menyenangkan, seluruh aktivitas tersebut juga ramah lingkungan dan minim emisi karbon. Hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia yang berencana mengurangi 32 persen emisi karbon di tahun 2030. 

1. Menanam Sayuran Organik di Mandira's Garden

Kegiatan pertama yang dilakukan pada pagi hari adalah bercocok tanam di Mandira's Garden, sebuah restoran yang memiliki konsep "grow your own food". Dalam kegiatan ini, para peserta diajak untuk menanam kangkung, sayuran yang seringkali menjadi menu sehari-hari. 

Lisa Mandira, founder Mandira's Garden, menjelaskan pentingnya mengetahui dengan sadar apa yang kita makan. "Itu salah satu cara kita untuk prevensi sakit penyakit yang zaman sekarang mungkin sudah semakin banyak dan sudah enggak ada obatnya, terutama autoimun," ujarnya di lokasi. 

Selain itu, Lisa juga menyebutkan bahwa bercocok tanam bisa menjadi hobi yang menyenangkan. Ia berkata, "Dengan berkebun, kita bisa healing."

Media tanam yang digunakan pada kegiatan ini adalah kompos organik yang terbuat dari sampah makanan, daun-daunan, dan bahan daur ulang lainnya. Dengan begitu, kegiatan bercocok tanam ini juga mengedukasi para peserta tentang pentingnya pengelolaan sampah dan manfaat dari mendaur ulang. 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Menikmati Luasnya Halaman Hijau di Museum di Tengah Kebun

Setelah menikmati kegiatan bercocok tanam yang menyenangkan, para peserta diajak untuk berjalan kaki menuju destinasi selanjutnya. Destinasi tersebut berjarak hanya 100 meter dari Mandira's Garden, dan merupakan sebuah hidden gem di kawasan Jakarta Selatan, yaitu Museum di Tengah Kebun.

Ketika memasuki Museum di Tengah Kebun, pengunjung akan disambut dengan udara yang sejuk dan segarnya tanaman-tanaman hijau yang menyebar di area seluas lima hektare tersebut. Letaknya yang terpencil dari hiruk-pikuk jalanan ibu kota membuat museum ini sangat cocok untuk menenangkan diri dan bersantai. Sebelum sampai ke bangunan utama museum, pengunjung harus melewati jalan setapak sepanjang 50 meter yang membawa mereka ke dalam museum.

Museum di Tengah Kebun memiliki ribuan koleksi barang antik dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara. Setiap ruangan di museum ini dikategorikan berdasarkan wilayah tempat benda itu awalnya berasal, misalnya ada ruang koleksi dari Myanmar, koleksi China khususnya Dinasti Cing, dan juga barang-barang dari Jawa. 

"Awalnya bangunan Museum di Tengah Kebun merupakan rumah pribadi Pak Sjahrial Djalil, pengusaha dan tokoh agnesi periklanan," jelas Jodi, pemandu Museum di Tengah Kebun. Kebanyakan koleksi yang ada di museum ini dibeli melalui rumah lelang Christie's.

Bagi Anda yang ingin mengunjungi museum ini, Anda bisa melakukan reservasi terlebih dahulu melalui formulir pendaftaran di akun Instagram Museum di Tengah Kebun. Satu sesi tur di museum ini dapat diisi oleh 7 sampai 15 orang pengunjung.

3 dari 4 halaman

3. Menyantap Hidangan Vegan di Burgreens

Saat makan siang, peserta diajak menyantap makanan vegan di flagship store Burgreens di Jalan K.H. Wahid Hasyim, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Burgreens menawarkan berbagai macam hidangan, mulai dari kudapan ringan hingga makanan berat, yang semuanya terbuat dari bahan-bahan terbuat dari tumbuhan.

Hidangan yang dicicipi oleh peserta adalah Vegan Rendang Bowl. Meskipun rendang ini tidak terbuat dari daging sapi, namun rasanya tetap empuk dengan tekstur yang mirip. Rendang tersebut terbuat dari serat jamur shiitake dan protein kedelai. Selain itu, peserta juga mencoba vegan gyoza dan sate "ayam" yang lezat.

Menurut Fia, anggota tim Partnership Burgreens, "Mulai dari 10 tahun yang lalu, kita fokus dengan misi kita terkait health awareness dan sustainability.". Di bangunan yang sama dengan Burgreens, terdapat juga toko yang menjual berbagai jenis snack dan produk rumah vegan, serta komunitas yang mendukung wholeness, misalnya untuk meditasi. 

4 dari 4 halaman

4. Mengikuti Lokakarya Ecoprint Bersama Studio Kriya Tekstil

Untuk menutup hari, peserta diajak melakukan aktivitas kreatif dengan mengikuti kelas ecoprint bersama Studio Kriya Tekstil. Ecoprint adalah teknik tekstil yang menghasilkan pola atau gambar pada kain dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, bunga, dan kayu. Teknik ini tidak hanya menciptakan pola yang indah dan unik, tetapi juga memiliki dampak positif pada lingkungan. 

Founder Studio Kriya Tekstil, Riki Sugianto, mengatakan, "Keuntungannya udah pasti dia 100 persen ramah lingkungan ya," ungkap Riki kepada . Ia melanjutkan, "Kedua juga dia termasuk ke dalam sustainable karena bahan-bahannya ini kan terbaharui ya, jadi kita enggak merusak. Dan semuanya ini kalau kita buang ataupun hilang atau rusak, dia akan kembali ke alam juga."

Berbagai jenis daun dapat digunakan untuk teknik ecoprint, tetapi daun yang motifnya bagus untuk teknik ecoprint adalah daun singkong, daun kenikir, dan daun jati. Teknik ecoprint cukup mudah untuk dipelajari dan dipraktikkan. Peserta hanya perlu memukul-mukul daun di atas tote bag dan warna akan muncul secara alami.

Bagi Anda yang tertarik mengikuti kelas ecoprint Studio Kriya Tekstil, Anda perlu merogoh kocek sebesar Rp375.000. Namun, dapat lebih murah tergantung jumlah peserta. Dengan harga tersebut, peserta kelas sudah dapat membawa pulang semua alat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat