uefau17.com

Mengingat Hikmah Puasa, Salah Satu Cara Optimalkan Ibadah di Bulan Suci Ramadhan - Health

, Jakarta - Bulan suci Ramadhan yang telah ditunggu-tunggu umat Muslim akhirnya tiba. Bulan ini memiliki berbagai keutamaan dan kemuliaan.

Umat Islam meyakini, di bulan Ramadhan pahala ibadah dilipatgandakan, dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan lain sebagainya.

Mengingat berbagai keutamaan tersebut, umat Islam dianjurkan lebih mengoptimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Lantas bagaimana cara memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan untuk mendapat keutamaannya?

Melansir NU Online pada Selasa, 12 Maret 2024, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan ibadah selama Ramadhan adalah mengingat hikmah yang terkandung dalam puasa Ramadhan.

Mengingat hikmah puasa dapat membuat umat Islam yang beriman enggan meninggalkan puasa satu hari pun.

Tokoh Islam Syekh Hasan Muhammad Masyath memberikan catatan kaki dalam kitabnya Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan atas ayat kewajiban berpuasa, yakni surat al-Baqarah ayat 183:

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ 

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183).

Ia berpendapat bahwa ayat  لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ merupakan penjelasan Allah SWT mengenai hikmah dan rahasia (sirr) ibadah puasa.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alasan Allah Wajibkan Puasa Ramadhan

Lebih jauh, Syekh Hasan juga mengatakan bahwa alasan Allah SWT mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk berpuasa adalah agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.

Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Dengan bertakwa kepada Allah SWT, hamba tersebut akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. (Syekh Hasan Muhammad al-Masyath, Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan, hal. 5).

3 dari 4 halaman

Upaya Menaikkan Derajat Orang Beriman

Pelaksanaan ibadah puasa merupakan salah satu upaya agar orang-orang beriman dapat naik derajatnya menjadi orang-orang yang bertakwa.

Orang yang bertakwa didefinisikan sebagai orang-orang yang selalu menjaga dirinya dari bahaya dunia dan akhirat, dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

“Dengan lebih memikirkan hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa di bulan Ramadhan, seseorang pasti akan lebih mengoptimalkan ibadah yang dilakukannya di bulan Ramadhan,” tulis Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo, Ryan Romadhon mengutip NU Online, Selasa (12/3/2024).

4 dari 4 halaman

Jalankan Ibadah Ramadhan Ikhlas Karena Allah

Cara lain agar ibadah Ramadhan lebih maksimal adalah ikhlas karena Allah.

Syekh Hasan dalam kitab yang sama memaparkan soal motivasi agar seseorang melaksanakan puasa Ramadhan dan qiyamul lail (ibadah malam) ikhlas karena Allah SWT.

Pada pembahasan tersebut, ia memaparkan suatu hadits:

 عن أبي هريرة قال: كَانَ رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يُرَغِّبُ في قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ، فيقولُ: «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ». رواه الشيخان

Artinya:

"Dari Abu Hurairah ra, katanya: "Rasulullah saw itu menganjurkan supaya senang mengerjakan shalat pada malamnya bulan Ramadhan, tanpa menyuruh orang-orang dengan kekerasan yakni bukan kewajiban. Beliau saw bersabda: "Barangsiapa yang melakukan qiyamu Ramadhan (yakni melakukan shalat di bulan Ramadhan) karena didorong keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Menurutnya, redaksi hadits مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad saw hanya sekadar memberi anjuran, dengan tanpa mewajibkan. Namun, meski hanya sekadar anjuran, tapi anjuran ini bersifat anjuran yang akan mendapatkan suatu kebahagiaan.

Adapun yang dimaksud dari redaksi مَنْ قَامَ رَمَضَانَ adalah menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan melaksanakan shalat. Sementara, menurut Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani, yang dimaksud dengan qiyamu lail adalah menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan berbagai ibadah seperti tarawih.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat