uefau17.com

Trenggiling Jadi Salah Satu Tersangka Penular COVID-19 - Health

, Jakarta Tim peneliti dari Universitas Duke, Laboratorium Nasional Los Alamos  melakukan penelitian mendalam tentang COVID-19. Mereka melihat tanda-tanda bahwa COVID-19 sudah terlebih dahulu menginfeksi kelelawar dan trenggiling sebelum menular ke manusia.

Namun, mereka mengatakan terlalu dini untuk menyalahkan trenggiling dalam penyebaran pandemi ini. Mereka juga menyatakan, sepertiga spesies hewan mungkin menjadi tuan rumah bagi virus tersebut sebelum menyebar ke manusia.

"Yang jelas adalah bahwa coronavirus telah bertukar gen berulang kali dengan strain yang menginfeksi kelelawar, trenggiling dan spesies lainnya. Orang perlu mengurangi kontak dengan hewan liar yang dapat menularkan infeksi baru," para peneliti menyimpulkan seperti dikutip dari CNN.

Tim menganalisis 43 genom lengkap dari tiga jenis coronavirus yang menginfeksi kelelawar dan trenggiling dan yang menyerupai virus COVID-19 yang baru.

"Dalam penelitian, kami menunjukkan bahwa memang SARS-CoV-2 memiliki sejarah evolusi yang kaya yang mencakup perombakan materi genetik antara kelelawar dan trenggiling sebelum memperoleh kemampuannya untuk melompat ke manusia," kata Elena Giorgi, staf ilmuwan di Laboratorium Nasional Los Alamos yang mengerjakan penelitian.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tersangka Utama Sumber Pandemi

Seperti kelelawar, trenggiling juga dijual sebagai makanan di banyak negara, termasuk Cina, dan telah menjadi tersangka utama sebagai sumber pandemi yang mungkin terjadi.

"Virus pangolin corona (corona trenggiling) yang saat ini diambil sampelnya terlalu berbeda dengan SARS-CoV-2. Apakah pencampuran dan pencocokan antara virus kelelawar dan virus trenggiling sudah cukup untuk mengubah virus menjadi bentuk yang sekarang mudah menginfeksi manusia masih belum jelas."

"Mungkin juga bahwa inang lain yang belum teridentifikasi (dapat) terinfeksi dengan virus corona yang dapat melompat ke populasi manusia melalui transmisi lintas spesies," catat para peneliti.

"Jika galur SARS-CoV-2 yang baru tidak menyebabkan infeksi luas pada inang alami atau perantara, galur semacam itu mungkin tidak pernah dapat diidentifikasi."

Tetapi orang-orang dapat menambah risiko terinfeksi virus baru melalui tempat-tempat seperti pasar hewan. Di mana banyak spesies hewan hidup dikurung dan dijual. Serta melakukan perburuan lebih dalam ke hutan tempat hewan hidup.

"Sementara reservoir langsung SARS-CoV-2 masih dicari, satu hal yang jelas, mengurangi atau menghilangkan kontak langsung manusia dengan hewan liar sangat penting untuk mencegah zoonosis coronavirus baru di masa depan," mereka menyimpulkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat