Seiring berlalunya waktu, keangkeran kawasan dalam wilayah imajiner yang menghubungkan Bermuda, Florida, dan Puerto Rico, memudar. Dan kini resmi dinyatakan: Segitiga Bermuda adalah mitos.
Selama beberapa dekade, Segitiga Bermuda identik dengan wilayah 'terkutuk', lokasi hilangnya banyak pesawat dan kapal -- beserta manusia yang ada di dalamnya. Perairan itu dikaitkan dengan banyak spekulasi dari markas alien, black hole atau lubang hitam yang menyedot benda dan membawanya ke dimensi lain, piramida misterius, wilayah Atlantis Yang Hilang, sampai rumah iblis.
Kini, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), badan ilmiah di bawah Departemen Perdagangan AS kembali meluruskan segala anggapan itu. NOAA menegaskan, faktor cuaca dan buruknya navigasi menjadi segala penyebab hilangnya banyak alat transportasi di Segitiga Bermuda.
"Tidak ada bukti bahwa kehilangan misterius yang terjadi di Segitiga Bermuda terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dibandingkan wilayah laut lainnya," demikian pernyataan lembaga itu dalam situsnya bukan ini, seperti dimuat Daily Mail, 9 Februari 2014.
Ben Sherman, juru bicara Layanan Kelautan Nasional NOAA kepada Sun Sentinel mengatakan, lembaganya menulis kisah Segitiga Bermuda sebagai bagian dari program pembelajaran masyarakat dan menjawab pertanyaan dari para pembaca situs.
NOAA juga berpegangan pada bukti ilmiah dari Angkatan Laut AS atau US Navy dan US Coast Guard yang tak mengakui eksistensi Segitiga Bermuda, sebagai wilayah geografis yang memiliki ancaman khusus untuk kapal atau pesawat.
"Berdasarkan kajian, kecelakaan pesawat dan kapal di daerah tersebut selama bertahun-tahun, tidak ditemukan bukti yang mengindikasikan bahwa itu disebabkan apa pun selain penyebab fisik."
Namun, tak semua setuju dengan NOAA atau alasan badan pemerintah AS lainnya. Salah satunya, Minerva Bloom, relawan dari Naval Air Station Fort Lauderdale Museum -- pangkalan Penerbangan 19 (Flight 19) di mana 5 pesawat pembom torpedo yang lepas landas dari Fort Lauderdale untuk latihan pada Desember 1945. Mereka tak pernah kembali.
![](https://cdn-e.production.liputan6.static6.com/legacy-medias/201402/segitiga-bermuda-140210b-i.jpg)
"Mungkin bukan alien atau yang berkaitan dengan itu. Namun, menurutku, ada sesuatu yang tak buasa di sana," kata dia, seperti kutip dari Sun Sentinel.
Ini salah satu alasannya: suatu hari di awal tahun 1990-an, Minerva dan keluarganya terbang dengan pesawat milik maskapai Chalk's International Airlines dari Bahama ke Fort Lauderdale.
"Pilot saat itu berkata, 'Kita akan terbang di atas Segitiga Bermuda'. Tiba-tiba, sekrup jatuh dari panelnya," kata Minerva. "Pilot itu berkata, 'itu sudah pernah terjadi sebelumnya, tak perlu khawatir'. Tapi kami merasa ngeri."
Pertanyaan soal Segitiga Bermuda juga pernah ditujukan ke Badan Survei Geologi AS (USGS). Meski mengakui keberadaan gas hidrat di sedimen dalam laut di tenggara AS atau wilayah barat Segitiga Bermuda, dan bahwa gas bisa berkaitan dengan fenomena tenggelamnya kapal, geolog USGS, Bill Dillon membantah hipotesa itu sebagai penyebab tenggelamnya kapal di Segitiga Bermuda.
Sebab, pelepasan gas hidrat hanya terjadi di akhir zaman es, sekitar 15.000 tahun lalu atau lebih. Di mana saat itu kapal yang paling maju yang mungkin bisa dibuat manusia saat itu, tak lebih dari kayu berongga. Apalagi, terbukti lebih banyak kapal yang tenggelam di lokasi lain. "Misteri Segitiga Bermuda tak lebih dari dongeng. Maaf," kata Dillon, di laman USGS.
Badan Antariksa InNASA pun berpendapat demikian. "Tidak ada lubang hitam di Segitiga Bermuda. Pada kenyataannya, bahkan tak ada yang namanya Segitiga Bermuda. Banyaknya kasus kehilangan di wilayah itu konsisten dengan yang terjadi wilayah lainnya," demikian jelas Ilmuwan NASA, Dr Eric Christian.
Berawal dari Columbus
Christopher Columbus, di masa awal penjelajahannya ke Dunia Baru pada 1492, adalah yang pertama mencatat soal anomali di sekitar segitiga imajiner itu.
Saat kapal-kapal armadanya, "Nina", "Pinta", dan "Santa Maria" melintas Laut Sargasso, penjelajah Italia itu mengaku kompasnya menjadi tak menentu. Ia juga melihat cahaya aneh di cakrawala pada 11 Oktober 1492, yang hingga kini belum bisa dijelaskan.
Namun, istilah 'Segitiga Bermuda' baru tenar setelah Vincent H. Gaddis menuliskannya dalam artikel yang terbit Februari 1964 di Majalah "Argosy", yang berjudul "The Deadly Bermuda Triangle" -- Segitiga Bermuda yang mematikan.
Sementara, salah satu bukti bahwa Segitiga Bermuda bukan satu-satunya lokasi kehilangan misterius terjadi Januari tahun lalu. Kala itu, jutawan fashion Italia, Vittorio Missoni dan 5 orang lainnya hilang saat melintasi Laut Karibia.
Di tengah ketidakjelasan itu, muncul teori baru: pesawat beserta seluruh penumpangnya menjadi korban dari "Kutukan Los Roques", fenomena yang dikait-kaitkan dengan Segitiga Bermuda. (Ein/Ism)
Baca juga:
Asal Usul Mitos Segitiga Bermuda, Dari UFO Hingga 'Rumah Iblis'
Ada Kutukan "Segitiga Bermuda" di Laut Karibia?
Danau Poyang Kering, Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China?
Selama beberapa dekade, Segitiga Bermuda identik dengan wilayah 'terkutuk', lokasi hilangnya banyak pesawat dan kapal -- beserta manusia yang ada di dalamnya. Perairan itu dikaitkan dengan banyak spekulasi dari markas alien, black hole atau lubang hitam yang menyedot benda dan membawanya ke dimensi lain, piramida misterius, wilayah Atlantis Yang Hilang, sampai rumah iblis.
Kini, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), badan ilmiah di bawah Departemen Perdagangan AS kembali meluruskan segala anggapan itu. NOAA menegaskan, faktor cuaca dan buruknya navigasi menjadi segala penyebab hilangnya banyak alat transportasi di Segitiga Bermuda.
"Tidak ada bukti bahwa kehilangan misterius yang terjadi di Segitiga Bermuda terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dibandingkan wilayah laut lainnya," demikian pernyataan lembaga itu dalam situsnya bukan ini, seperti dimuat Daily Mail, 9 Februari 2014.
Ben Sherman, juru bicara Layanan Kelautan Nasional NOAA kepada Sun Sentinel mengatakan, lembaganya menulis kisah Segitiga Bermuda sebagai bagian dari program pembelajaran masyarakat dan menjawab pertanyaan dari para pembaca situs.
NOAA juga berpegangan pada bukti ilmiah dari Angkatan Laut AS atau US Navy dan US Coast Guard yang tak mengakui eksistensi Segitiga Bermuda, sebagai wilayah geografis yang memiliki ancaman khusus untuk kapal atau pesawat.
"Berdasarkan kajian, kecelakaan pesawat dan kapal di daerah tersebut selama bertahun-tahun, tidak ditemukan bukti yang mengindikasikan bahwa itu disebabkan apa pun selain penyebab fisik."
Namun, tak semua setuju dengan NOAA atau alasan badan pemerintah AS lainnya. Salah satunya, Minerva Bloom, relawan dari Naval Air Station Fort Lauderdale Museum -- pangkalan Penerbangan 19 (Flight 19) di mana 5 pesawat pembom torpedo yang lepas landas dari Fort Lauderdale untuk latihan pada Desember 1945. Mereka tak pernah kembali.
![](https://cdn-e.production.liputan6.static6.com/legacy-medias/201402/segitiga-bermuda-140210b-i.jpg)
"Mungkin bukan alien atau yang berkaitan dengan itu. Namun, menurutku, ada sesuatu yang tak buasa di sana," kata dia, seperti kutip dari Sun Sentinel.
Ini salah satu alasannya: suatu hari di awal tahun 1990-an, Minerva dan keluarganya terbang dengan pesawat milik maskapai Chalk's International Airlines dari Bahama ke Fort Lauderdale.
"Pilot saat itu berkata, 'Kita akan terbang di atas Segitiga Bermuda'. Tiba-tiba, sekrup jatuh dari panelnya," kata Minerva. "Pilot itu berkata, 'itu sudah pernah terjadi sebelumnya, tak perlu khawatir'. Tapi kami merasa ngeri."
Pertanyaan soal Segitiga Bermuda juga pernah ditujukan ke Badan Survei Geologi AS (USGS). Meski mengakui keberadaan gas hidrat di sedimen dalam laut di tenggara AS atau wilayah barat Segitiga Bermuda, dan bahwa gas bisa berkaitan dengan fenomena tenggelamnya kapal, geolog USGS, Bill Dillon membantah hipotesa itu sebagai penyebab tenggelamnya kapal di Segitiga Bermuda.
Sebab, pelepasan gas hidrat hanya terjadi di akhir zaman es, sekitar 15.000 tahun lalu atau lebih. Di mana saat itu kapal yang paling maju yang mungkin bisa dibuat manusia saat itu, tak lebih dari kayu berongga. Apalagi, terbukti lebih banyak kapal yang tenggelam di lokasi lain. "Misteri Segitiga Bermuda tak lebih dari dongeng. Maaf," kata Dillon, di laman USGS.
Badan Antariksa InNASA pun berpendapat demikian. "Tidak ada lubang hitam di Segitiga Bermuda. Pada kenyataannya, bahkan tak ada yang namanya Segitiga Bermuda. Banyaknya kasus kehilangan di wilayah itu konsisten dengan yang terjadi wilayah lainnya," demikian jelas Ilmuwan NASA, Dr Eric Christian.
Berawal dari Columbus
Christopher Columbus, di masa awal penjelajahannya ke Dunia Baru pada 1492, adalah yang pertama mencatat soal anomali di sekitar segitiga imajiner itu.
Saat kapal-kapal armadanya, "Nina", "Pinta", dan "Santa Maria" melintas Laut Sargasso, penjelajah Italia itu mengaku kompasnya menjadi tak menentu. Ia juga melihat cahaya aneh di cakrawala pada 11 Oktober 1492, yang hingga kini belum bisa dijelaskan.
Namun, istilah 'Segitiga Bermuda' baru tenar setelah Vincent H. Gaddis menuliskannya dalam artikel yang terbit Februari 1964 di Majalah "Argosy", yang berjudul "The Deadly Bermuda Triangle" -- Segitiga Bermuda yang mematikan.
Sementara, salah satu bukti bahwa Segitiga Bermuda bukan satu-satunya lokasi kehilangan misterius terjadi Januari tahun lalu. Kala itu, jutawan fashion Italia, Vittorio Missoni dan 5 orang lainnya hilang saat melintasi Laut Karibia.
Di tengah ketidakjelasan itu, muncul teori baru: pesawat beserta seluruh penumpangnya menjadi korban dari "Kutukan Los Roques", fenomena yang dikait-kaitkan dengan Segitiga Bermuda. (Ein/Ism)
Baca juga:
Asal Usul Mitos Segitiga Bermuda, Dari UFO Hingga 'Rumah Iblis'
Ada Kutukan "Segitiga Bermuda" di Laut Karibia?
Danau Poyang Kering, Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China?
Terkini Lainnya
Segitiga Bermuda
Sains
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Copa America 2024: Laga Brasil Melawan Kolombia Berakhir Tanpa Pemenang
Hasil Copa America 2024: Kolombia Jadi Juara Grup Usai Tahan Imbang Brasil, Kosta Rika Tekuk Paraguay
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Sesaat Lagi Tanding di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Rabu 3 Juli Pukul 08.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Timnas Indonesia U-16
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Timnas U-16 Indonesia Vs Vietnam: Nova Arianto Yakin Garuda Muda Bisa Bangkit
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Rabu 3 Juli Pukul 15.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Rekor Pertemuan Indonesia vs Vietnam di Piala AFF U-16, Kembali Adu Penalti?
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia: Penghiburan Medali Perunggu
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Judi Online
Sidak Ponsel Personel Polisi di Ponorogo Antisipasi Judi Online, Apa Hasilnya?
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Pilkada 2024
PDIP: Mantan Panglima TNI Andika Perkasa Lebih Cocok Jadi Bakal Cagub daripada Wagub di Pilkada Jakarta 2024
Pilkada 2024, Burhanuddin Didukung Maju Jadi Cabup Bombana
PKPU soal Syarat Eks Napi Koruptor Maju Pilkada Harus dengan Catatan
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
3 Juli 2022: Tragedi Longsor Gletser Gunung Marmolada di Pegunungan Alpen Italia, 10 Pendaki Tewas
Populer
Rusia Klaim Hancurkan 5 Jet Militer Ukraina di Pangkalan Udara, Kemampuan Kyiv Jaga Pesawat Bantuan Diragukan
Kisah Izumo Kotanya Para Jagoan IT di Jepang, Mayoritas dari Eropa Timur
Korea Selatan Ragukan Klaim Korea Utara soal Rudal Baru dengan Hulu Ledak Super Besar
Indonesia Diskusi Bareng Taliban di Pertemuan Doha III, Cari Solusi Akhiri Krisis Multidimensi Rakyat Afghanistan
Kekurangan Pasukan, Ukraina Berikan Narapidana Pembebasan Bersyarat untuk Ikut Berperang
3 Juli 2022: Tragedi Longsor Gletser Gunung Marmolada di Pegunungan Alpen Italia, 10 Pendaki Tewas
Mengapa Negara-negara Eropa Timur Banyak yang Jago IT? Ini Alasannya
Petaka Pertemuan Keagamaan di India, 87 Orang Tewas Terinjak Akibat Berdesakan
Euro 2024
Di Istanbul, Suporter Sambut Meriah Kemenangan Turki atas Austria
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Berita Terkini
120 Quotes Wedding dalam Bahasa Inggris dan Artinya yang Berkesan dan Penuh Doa Baik
Pendapatan Real Estate Lippo Karawaci Naik 50% di Kuartal I 2024
Pelindo Sudah Lunasi Utang Rp 11 Triliun Sejak Oktober 2021 sampai Sekarang
Jadwal Lengkap MSC 2024: Cara Nonton, Hasil, dan Format Kompetisi MLBB di Riyadh
Aktris Lee Yoo Young Umumkan Pernikahan dan Akan Melahirkan pada September 2024
Nonton Film Drama Keluarga Kapan Pindah Rumah di Vidio, Menyelami Emosi dan Konflik Keluarga
3 Resep Sop Kepala Kambing Bening yang Lezat, Sajikan dengan Nasi Hangat
Nonton Film Animasi Peter Rabbit di Vidio, Kelinci Nakal yang Mencuri Hati
Islamic Coin Dapat Pengakuan dari Indonesia dan Kenya
Sinergi Kilang Pertamina Plaju dan Pemprov Sumsel Bangun Taman Rawa di Kawasan Jakabaring, Tanam 55 Spesies Pohon Langka
PKB: Cuma Anies yang Punya Elektoral di Jakarta, Ridwan Kamil Enggak Ada Nama
Terapkan ESG, Lippo Karawaci Mampu Daur Ulang 3.159 Ton Limbah Non-B3
Berfoto dengan Pakaian Formal, Scarf yang Dipakai Prilly Latuconsina Disebut Punya Dikta
8 Potret Nikita Mirzani di Rumah Masa Kecil yang Terbengkalai, Langganan Banjir