uefau17.com

Kelompok Silat Indonesia Tawuran di Taiwan: 1 WNI Tewas Ditusuk dari Belakang - Global

, Jakarta - Kelompok silat dari Indonesia terlibat tawuran di Taiwan. Polisi setempat berhasil melerai kelompok itu, namun satu WNI tewas akibat ditusuk dari belakang. 

Tawuran ini terjadi pada malam Minggu lalu, Sabtu (2/9), dan melibatkan total 30 orang WNI. Tawuran terjadi di luar stasiun kereta Changhua. 

Menurut Taiwan News, satu orang meninggal akibat lukanya. Pria berusia 32 tahun itu tertusuk di bagian belakang tubuhnya dan tewas.

Ada lagi pemuda 21 tahun yang tertusuk hingga empat kali. Ia mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Polisi Taiwan menyebut kedua pihak cekcok soal bela diri, kemudian siap bertemu untuk berdiskusi secara tatap muka, akan tetapi terjadi eskalasi.

Foto dari media Taiwan menunjukkan bahwa para WNI itu ternyata membawa senjata, mulai dari pisau, nunchaku, knuckle, hingga celurit.

Pihak kepolisian Taiwan lantas menghubungi perwakilan Indonesia di Taiwan untuk membantu pemulangan WNI yang meninggal. Kepolisian juga menyeret para pelaku ke ranah hukum.

Kemlu RI Enggan Sebut Identitas Perguruan Silat

Pihak Kemlu RI enggan menyebut identitas perguruan silat yang terlibat. Namun, Kemlu RI membenarkan bahwa terjadi bentrokan yang melibatkan 30 orang dan menewaskan satu orang. 

"Perkelahian tersebut melibatkan 30 WNI dan menyebabkan 1 WNI meninggal dan 1 WNI luka-luka. Setelah menjalani perawatan di RS, 1 korban luka tersebut pada tanggal 4 September telah dinyatakan sembuh," jelas Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha pada Selasa sore (5/9/2023).

"Kepolisian Changhua telah menetapkan 15 WNI sebagai pelaku dan berkas perkara telah disampaikan kepada Kejaksaan Distrik Changhua," Judha menambahkan. 

Judha juga menyayangkan karena bentrokan antara WNI kembali terjadi di Taiwan. Ia menegaskan bahwa seharusnya WNI menjadi duta Indonesia di luar negeri. 

"Perkelahian sesama WNI ini sangat disesalkan. Mereka sepatutnya menjadi duta bangsa Indonesia dan dapat menunjukan sikap dan perilaku baik dari bangsa Indonesia di luar negeri. Kami sangat mengimbau agar kerukunan sesama WNI di luar negeri dapat selalu dijaga," tegas Judha Nugraha.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menko Mahfud Minta WNI di Luar Negeri Ikut Pemilu: Suara Anda Menentukan Nasib Bangsa, Tidak Boleh Golput

Sebelumnya dilaporkan, Menko Polhukam Mahfud MD meminta masyarakat Indonesia di luar negeri untuk menggunakan hak suaranya dalam pemilu 2024. Mahfud menyebut, dana yang dikeluarkan untuk mensukseskan pesta demokrasi sangat besar.

Hal itu disampaikan Mahfud MD saat berdialog dengan masyarakat Indonesia di Korea Selatan, yang berlangsung di Wisma Duta, kompleks KBRI, Seoul, Rabu (30/8) malam.

"Kepada penyelenggara Pemilu seperti PPLN yang hadir di sini, kampanyekan pada rakyat bahwa Pemilu itu mahal, karena demi demokrasi, integrasi, dan nomokrasi, kita bersedia mengeluarkan dana besar untuk menyelenggarakan Pemilu," kata Mahfud.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi cerita pengalamannya ketika berkunjung ke sebuah negara di Eropa Timur pada tahun 2007. Dia berkata, jumlah masyarakat Indonesia di negara itu sangat sedikit, namun pemerintah Indonesia tetap menyelenggarakan pemilu dengan biaya yang tidak kecil.

"Orang Indonesia di negara itu hanya delapan belas, termasuk duta besarnya, tapi kita tetap laksanakan Pemilu di sana dengan biaya yang tidak kecil," ujar Mahfud.

Oleh karena itu, Mahfud mengajak seluruh warga Indonesia di luar negeri untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) pada waktu pencoblosan.

"Bayangkan, untuk 18 suara saja, negara harus keluar sampai Rp 500 juta misalnya untuk menggelar Pemilu, apalagi di Korsel ini yang suaranya mencapai 26 ribu lebih seperti kata pak Dubes tadi," ucapnya.

Dalam sesi dialog, Mahfud pun menjawab pertanyaan salah seorang mahasiswa tentang respons anak muda yang dianggap tidak akan antusias mengikuti pemilu karena kualitas para calon, termasuk calon legislatif. Menurutnya, berdasarkan data yang dimilikinya, pemilih usia muda justru akan berperan penting pada Pemilu tahun depan.

"Dan jangan lupa, Pemilu memang tidak untuk mencari pemimpin yang sungguh-sungguh ideal dan sempurna, dimana pun itu tidak akan didapatkan," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat