uefau17.com

Setahun Invasi Rusia, Cahaya Lampu Menara Eiffel Berwarna Bendera Ukraina - Global

, Paris - Sebagai tanda dukungan untuk Kyiv pada malam peringatan setahun invasi Rusia pada Kamis 24 Februari 2023, Menara Eiffel berhias lampu dengan warna bendera Ukraina. 

Menara itu, salah satu landmark yang paling banyak dikunjungi di dunia, diselimuti cahaya biru dan kuning tak lama setelah matahari terbenam di ibu kota Prancis.

Bagian atas menara bermandikan cahaya warna biru, dan bagian bawahnya berwarna kuning, dengan lampu sorot putih yang biasa berputar di atasnya.

"Glory to Ukraine!" cuit Wali Kota Paris Anne Hidalgo dalam bahasa Ukraina seperti dikutip dari Associated Press, Sabtu (25/2/2023).

Pertunjukan cahaya ini, kata Hidalgo, merupakan dukungan yang datang saat Prancis seperti negara barat lainnya, meningkatkan pengiriman senjata ke Kyiv.

Kementerian pertahanan Prancis mengatakan pekan lalu bahwa gelombang pertama kendaraan lapis baja AMX-10 yang dijanjikan Presiden Emmanuel Macron akan dikirimkan dalam beberapa hari.

Dubes Vasyl Ungkap Kondisi Setahun Perang Ukraina Vs Rusia

Sebelumnya pada Jumat 24 Februari 2023, Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengungkap bagaimana kondisi negaranya saat ini.

"Satu tahun sejak invasi Rusia ke Ukraina sangat berbeda dengan pertama kali atau 100 hari saat invasi dimulai," ujar Dubes Vasyl dalam program Liputan6 Update.

 

Sejauh ini, sambungnya, Ukraina sudah banyak menerima bantuan dari negara-negara mitra terutama negara barat yang membantu Ukraina, dalam keperluan stok militer. 

Perang ini menyebabkan banyak kerugian bagi kedua negara tersebut. Ukraina boleh dibilang mengalami kerugian lebih besar dibandingkan Rusia.

"Kondisi Ukraina mengalami kehancuran di fasilitas-fasilitas yang ada dan turut menjadi sasaran akibat dari perang ini. Lebih dari 20.000 sekolah dan bangunan rumah sakit telah hancur akibat invasi Rusia. Selain itu pasokan-pasokan listrik dan juga energi menjadi sasaran empuk Rusia untuk menyerang Ukraina," paparnya. 

1 tahun telah berlalu, namun apa sebenarnya yang bisa dilakukan Rusia dan Ukraina untuk menghentikan perang ini? 

Dubes Vasyl mengisyaratkan dari masyarakatnya bahwa pilihannya adalah "run or died" yang berarti masyarakat harus terus berjuang disituasi seperti ini. Ia juga menegaskan bahwa Rusia yang harus pergi dari negara mereka, karena mereka yang menyerang dan mereka yang menghancurkan banyak tempat di Ukraina.

Warga Ukraina di sana sangat menderita akibat dari perang ini, meskipun putus harapan tetapi masyarakat percaya dan berpegang teguh bahwa Ukraina akan merdeka dari Rusia. "Meskipun ada gangguan, yang jelas masyarakat Ukraina terus berjuang di tengah situasi sulit ini," tegas Dubes Vasyl. Selanjutnya klik di sini...

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Setahun Invasi Rusia, Australia Dukung Ukraina Via Tambahan Sanksi Moskow dan Bantuan Militer

Sudah satu tahun lamanya rakyat Ukraina melawan agresi berkelanjutan oleh Rusia.

"Invasi Rusia tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan melanggar hukum, dampak yang ditimbulkan oleh agresi Rusia tidak terhitung nilainya," ujar Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam pernyataannya, seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya, Jumat (24/2/2023).

Australia menyatakan turut serta memberi dukungan kepada Ukraina, dengan memberikan sanksi bagi setiap orang atau bagian yang diketahui mendukung Vladimir Putin dan pelaku utama dalam industri pertahanan Rusia.

"Dalam menghadapi agresi Rusia, rakyat Ukraina-yang dipimpin dengan tegas oleh Presiden Zelensky-telah menunjukkan kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Kami terus berada bersama Ukraina," ucapnya menegaskan keberpihakan Australia kepada Ukraina atas perang Ukraina dan Rusia.

Sebagai bentuk dukungan Australia kepada Ukraina, telah diberlakukan sanksi keuangan dengan target lebih lanjut dan larangan perjalanan bagi 90 orang, dan sanksi keuangan dengan target terhadap 40 entitas.

Daftar terbaru menunjukkan sejumlah perusahaan yang juga dikenakan sanksi karena diketahui mengabadikan kebohongan Kremlin untuk mengumpulkan dukungan bagi Presiden Putin dan para pelaku utama dalam industri pertahanan Rusia.

Selengkapnya di sini...

3 dari 4 halaman

Zelensky Ingin Bertemu Presiden China Xi Jinping untuk Bahas Perdamaian Ukraina-Rusia

Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, dia berencana bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas proposal yang ditawarkan Beijing demi mengakhiri perang Ukraina. Hal tersebut disampaikan Zelensky pada peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina, Jumat (24/2/2023).

"Saya benar-benar ingin percaya bahwa China tidak akan memasok senjata ke Rusia," katanya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (25/2).

Proposal damai China menyerukan pembicaraan damai dan menghormati kedaulatan nasional. Namun, dokumen yang terdiri dari 12 poin itu tidak secara khusus mengatakan bahwa Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina. Yang ada malah mengutuk sanksi sepihak terhadap Rusia, yang kemudian ini dipandang sebagai kritik terselubung terhadap Barat.

China sejauh ini belum secara terbuka menanggapi pernyataan Zelensky untuk bertemu Xi Jinping. Di lain sisi, Rusia memuji proposal perdamaian China.

"Kami memiliki pandangan yang sama dengan Beijing," ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia.

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menuding, Beijing sedang mempertimbangkan untuk memasok senjata dan amunisi ke Rusia. Klaim tersebut telah dibantah keras oleh Beijing.

Kemudian pada Jumat, media AS kembali melaporkan bahwa pemerintah China sedang mempertimbangkan pengiriman drone dan peluru artileri ke Rusia.

Ditanya tentang dugaan rencana China itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada ABC News pada Jumat, "(Presiden Rusia Vladimir) Putin bertepuk tangan, jadi bagaimana bisa itu ada gunanya? Saya belum melihat apa pun dalam rencana itu yang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang akan bermanfaat bagi siapa pun selain Rusia."

Proposal China yang dirilis ke publik bertepatan dengan peringatan setahun perang Ukraina dan pasca kunjungan diplomat paling senior China Wang Yi ke Moskow, di mana dia bertemu dengan Presiden Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Rabu (22/2).

NATO menyambut proposal China dengan hambar. Ketua NATO Jens Stoltenberg mengatakan, Beijing "tidak memiliki cukup kredibilitas" karena "tidak mampu mengutuk invasi ke Ukraina".

Sambungannya di sini...

4 dari 4 halaman

Opini: Perang Agresi Rusia Melawan Ukraina, Satu Tahun Kemudian

24 Februari 2023 merupakan momen satu tahun invasi Rusia ke Ukraina. 365 hari sudah negeri yang dipimpin oleh Volodymyr Zelensky diserang oleh pasukan Vladimir Putin.

Kendati demikian hingga kini belum ada tanda-tanda bahwa perang Rusia Ukraina yang sudah berlangsung setahun itu akan berakhir damai.

Selama setahun terakhir, benua Eropa telah diguncang oleh perang agresi Rusia melawan Ukraina. Ratusan ribu tentara tewas, sebagian besar orang Rusia, bersama dengan puluhan ribu korban sipil Ukraina. Perang telah memaksa 8,5 juta warga Ukraina meninggalkan rumah mereka, 4,5 juta di antaranya mencari perlindungan di Uni Eropa.

Perang Rusia terus berlanjut, menghancurkan infrastruktur kritis dan sipil, termasuk pembangkit tenaga listrik dan bangunan perumahan, sehingga membuat warga mengalami padam lampu dan tidak berfungsinya pemanas ruangan di tengah musim dingin, atau membuat mereka kehilangan tempat tinggal. Selain itu, perang agresi Rusia menyebabkan luka psikologis pada jutaan warga Ukraina.

Akan seperti apa masa depan anak yatim piatu dan kaum muda Ukraina yang trauma dan tak terhitung jumlahnya ini?

Perang Rusia tidak hanya berdampak pada Ukraina tetapi juga seluruh dunia. Ini tentang rezim otoriter yang menyerang negara tetangga, yang jelas melanggar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perang agresi Rusia merusak tatanan internasional berbasis aturan yang dianut oleh Indonesia dan Uni Eropa. Perang telah mengganggu ekonomi dunia, menghancurkan setengah dari produksi gandum dan minyak nabati Ukraina, di mana Rusia memblokir pelabuhan Ukraina dan menangguhkan ekspor pupuknya sendiri.

Akibatnya semua menderita: Eropa, Afrika dan Asia, termasuk Indonesia. Rusia menyebarkan kebohongan tentang penyebab krisis pangan dan energi global. Maka saya tegaskan bahwa sanksi Uni Eropa tidak dapat disalahkan: tindakan kami adalah sanksi terhadap pejabat tinggi dan oligarki Rusia; kami tidak menerapkan sanksi pada produk pertanian, pupuk atau bahan pakan. Guncangan rantai pasokan dunia sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak Moskow.

Selanjutnya di sini...

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat