uefau17.com

Program Taliban: Markas Militer Diubah Jadi Zona Ekonomi - Global

, Kabul - Pemerintah Taliban di Afghanistan akan mengubah sejumlah markas-markas militer menjadi zona ekonomi untuk bisnis. Keputusan ini diambil di tengah krisis ekonomi dan kemanusiaan yang terjadi di negara itu sejak Taliban mengambil alih.

Dilaporkan BBC, Selasa (21/2/2023), keputusan itu diumumkan oleh Mullah Abdul Ghani Baradar yang merupakan (plt.) deputi perdana menteri bidang ekonomi.

"Telah diputuskan bahwa Kementerian Industri dan Perdagangan mesti secara progresif mengambil alih sisa-sisa markas militer dari pasukan asing dengan niat mengubah mereka menjadi zona-zona ekonomi khusus," ujar pernyataan Mullah Baradar.

Ia menambahkan bahwa proyeknya akan dimulai dengan lokasi-lokasi di ibu kota Kabul dan Provinsi Balkh di utara, namun ia tak memberikan detail tambahan.

Pakar dari S Rajaratnam School of International Studies, Muhammad Faizal bin Abdul Rahman, menyebut Taliban sedang sangat membutuhkan dana untuk memerintah dan meraih legistimasi dalam negeri.

"Lebih penting lagi, Taliban perlu membuktikan komitmennya dalam perencanaan ekonomi.Ini termasuk mendirikan zona-zona aman dekat ibu kota dan perbatasan untuk investor-investor potensial seperti dari China," ujarnya.

Hal lain yang disorot adalah membangun kembali perdagangan regional dengan negara-negara tetangga.

Dari segi sumber daya alam (SDA), Afghanistan diperkirakan ada di atas SDA sejumlah lebih dari US$1 triliun. Mereka memiliki gas alam, tembaga, dan rare earth. SDA itu masih belum bisa dioptimalisasi karena kondisi negara yang bergejolak.

Sementara, sejak Amerika Serikat angkat kaki dari Afghanistan, dan Taliban merebut kekuasaan, negara tersebut masih terus menghadapi sanksi-sanksi ekonomi.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nasib Perempuan di Rezim Taliban

Pada awal 2023, Taliban kini melarang anak-anak perempuan untuk ikut ujian masuk universitas. Masa depan para perempuan Afghanistan pun semakin dibatasi. Hal ini pun semakin mempertegas bahwa tingkah laku Taliban belum berubah dari tempo dulu.

Dilaporkan VOA Indonesia, Minggu (29/1/2023), larangan itu berlaku hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Kepada VOA, juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban Ziaullah Hashmi membenarkan bahwa mereka telah mengirimkan surat kepada seluruh universitas swasta di Afghanistan yang memerintahkan agar tidak menerima mahasiswi untuk semester musim semi mendatang.

Ujian masuk akan berlangsung pada akhir Februari.

Surat tersebut memperingatkan bahwa universitas-universitas Afghanistan yang tidak memberlakukan dekrit tersebut akan menghadapi tindakan hukum.

Taliban telah melakukan pembatasan besar-besaran terhadap hak-hak dan kebebasan perempuan, mengecualikan mereka dari sebagian besar bidang pekerjaan dan melarang mereka menggunakan taman, pusat kebugaran, dan tempat pemandian umum.

Mereka melarang anak perempuan bersekolah selepas kelas enam, sejak merebut kembali kekuasaan pada Agustus 2021.

Bulan lalu, para penguasa Islamis secara tiba-tiba menutup universitas bagi mahasiswi hingga pemberitahuan lebih lanjut. Mereka juga melarang perempuan bekerja untuk organisasi non-pemerintah nasional dan internasional. 

Larangan terbaru ini telah memicu protes global dan seruan agar dicabut. Hal ini juga mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Kabul bulan ini untuk menyampaikan keprihatinan internasional dan mendesak para pemimpin Taliban untuk melonggarkan pembatasan terhadap perempuan.

3 dari 4 halaman

Kepala Manekin di Afghanistan Kini Ditutupi Kain

Kebijakan Taliban di Afghanistan sebelumnya juga bikin kehebohan. Mereka memerintahkan para pemilik toko di wilayah Afghanistan sebelah barat untuk memenggal kepala manekin-manekin. Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan bersikeras menyatakan manekin sebagai berhala dan melanggar hukum Islam.

Dampaknya, pemandangan mengerikan menghantui di sepanjang jalan. Kepala manekin-manekin itu ditutup kain atau dibungkus dengan kantong plastik hitam.

Awalnya, Taliban ingin boneka itu langsung dipenggal. Tidak lama setelah mereka merebut kekuasaan pada Agustus 2021, Kementerian Kebaikan dan Kebajikan Afghanistan memutuskan bahwa semua manekin harus disingkirkan dari jendela toko atau kepalanya dilepas.

Mereka mendasarkan perintah tersebut pada interpretasi ketat hukum Islam yang melarang patung dan gambar berbentuk manusia karena bisa disembah sebagai berhala. Meskipun itu juga terkait dengan kampanye Taliban untuk memaksa perempuan keluar dari mata publik.

Beberapa penjual pakaian menuruti aturan itu, namun ada juga yang memberontak. Mereka mengeluh tidak dapat memajang pakaian dengan benar atau harus merusak manekin yang berharga.

Taliban akhirnya mengubah aturan mereka, tapi pemilik toko harus menutupi kepala manekin. Kini, manekin di toko-toko yang menjual gaun malam dan gaun yang penuh warna semuanya menggunakan penutup kepala. Di salah satu toko terlihat kepala manekin dibungkus dengan karung yang dibuat khusus dari bahan yang sama dengan pakaian tradisional yang dikenakan oleh manekin.

4 dari 4 halaman

Berdampak ke Konsumen

Ada gaun ungu dengan manik-manik yang memiliki tudung atau penutup kepala ungu yang serasi. Ada pula gaun merah bersulam emas, mengenakan topeng beludru merah dengan mahkota emas di kepalanya.

"Saya tidak bisa menutupi kepala manekin dengan plastik atau benda jelek karena itu akan membuat jendela dan toko saya terlihat jelek," kata seorang pemilik toko, Bashir, dilansir dari NPR, Senin, 16 Januari 2023.

Bashir mengatakan penjualannya kini hanya setengah dari pendapatan sebelum ada larangan manekin. Situasinya bahkan bisa lebih buruk lagi, karena sebelum ada larangan manekin pun pembeli sudah agak berkurang karena perekonomian yang terus merosot.

"Beli baju pengantin, malam, dan adat sepertinya tidak lagi menjadi prioritas masyarakat. Orang-orang berpikir lebih banyak tentang mendapatkan makanan dan bertahan hidup," ucapnya. Pemilik toko lainnya, Aziz, mengatakan Kementerian Kebaikan dan Kebajikan secara teratur berpatroli di toko dan mal untuk memastikan manekin dipenggal atau ditutupi.

"Saya tak habis pikir karena semua orang tahu manekin bukanlah berhala, dan tidak ada yang akan menyembahnya. Di semua negara Muslim, mereka juga memakai manekin untuk memajang pakaian," tuturnya.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat