, Bali - Dari Bangkok ke Bali, Seoul ke Suva, sejumlah turis asing dengan uang yang sedikit telah menciptakan sebuah reputasi yang buruk.
Dalam beberapa tahun, para pengguna jejaring sosial, khususnya di negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia atau Thailand, telah mengejek para 'begpacker' portmanteau (peluruhan dua kata menjadi satu penyebutan dengan arti yang berbeda) dari 'beg' yang berarti meminta-minta dengan 'backpacker' yang berarti turis beransel atau bepergian dengan budget minim.
[bacajuga:Baca Juga](4040330 4039380 4011739
Advertisement
Sebutan 'begpacker' seringkali merujuk pada orang bule yang meminta-minta uang di jalanan, biasanya untuk membiayai perjalanan mereka.
"Mereka berada di spektrum paling ekstrem dari para pelancong yang senang berpergian dengan anggaran terbatas," ujar Annisa Rahmalia, peneliti bidang kesehatan di Bandung seperti dikutip dari ABC Indonesia, Rabu (4/9/2019).
"Fokus mereka adalah bagaimana bisa jalan-jalan semurah mungkin, mengabaikan pertimbangan lain, dan kemudian membangga-banggakannya."
Setelah menyulut kemarahan dari warga lokal seperti Annisa, apakah pemerintah di Asia Tenggara akan mengambil langkah tegas soal keberadaan turis asing tersebut?
Simak video pilihan berikut:
Rekaman dua bule backpacker mencuri ponsel karyawan toko di Bali. Beruntung sang karyawan segera menyadari dan meminta ponsel kembali.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Siapa Mereka?
![Ilustrasi Bali](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/vi_KcvMTXSz0QDoS247ZL3eEXs8=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2542927/original/096743100_1545129253-harry-kessell-557744-unsplash.jpg)
Ada banyak jenis turis asing yang masuk dalam kategori 'begpacker'.
Diantaranya adalah mereka yang benar-benar mengemis dengan tanda bertuliskan 'bantu saya untuk mendanai perjalanan saya' dengan menjual sketsa atau kartu pos.
Ada juga yang mengamen dengan ukulele atau instrumen musik lainnya.
Joshua D Bernstein, peneliti pariwisata dari Thammasat University di Bangkok, Thailand mengatakan kepada ABC bahwa mayoritas pengemis yang pernah ia wawancarai berasal dari Rusia atau negara-negara bekas Uni Soviet.
"Tapi tidak ada diantara mereka yang menyatakan ekonomi atau kurangnya kesempatan sebagai motivasi mereka."
Awal tahun ini, sepasang suami istri asal Rusia ditangkap di Malaysia karena melakukan 'pertunjukan' musikal dengan mengayunkan bayi mereka ke atas di jalanan yang ramai di kota Kuala Lumpur.
Ada pula sejumlah cacatan turis-turis bule yang melakukan penipuan.
Seperti pria asal Jerman, Benjamin Holst, yang kakinya bengkak karena memiliki kelainan, telah menyedot perhatian media di kawasan Asia dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah foto, ia duduk di jalan mengemis, padahal di halaman Facebook miliknya ia malah mengungkapkan sisi lain dari dirinya.
Ia pernah mengunggah foto-foto minuman, makanan mewah dan berpose dengan sejumlah perempuan lokal.
Dianggap sebagai "penipu" oleh banyak orang, ia kemudian dilaporkan masuk dalam daftar hitam oleh imigrasi Thailand dan dilarang masuk ke Singapura.
Advertisement
Patutkah Ditolerir?
![[Fimela] Nyepi](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/sBUleRk--vDiqM2guWhZcMWpFA8=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2745299/original/015795100_1551878048-christine-wehrmeier-1253264-unsplash.jpg)
Bulan Juni lalu, pihak berwenang di Bali menyatakan jika mereka akan menindak turis-turis asing yang diduga mengemis di jalanan.
"Orang asing yang tidak punya uang atau yang berpura-pura miskin, akan kami kirim ke kedutaan mereka," ujar Setyo Budiwardoyo dari imigrasi di Ngurah Rai pada saat itu.
Ia menegaskan keberadaan mereka telah "menyebabkan banyak masalah" dan kebanyakan yang berurusan dengan pihak berwenang di Bali berasal dari Australia, Inggris, atau Rusia. Bulan Juni lalu, pihak berwenang di Bali menyatakan jika mereka akan menindak turis-turis asing yang diduga mengemis di jalanan.
"Orang asing yang tidak punya uang atau yang berpura-pura miskin, akan kami kirim ke kedutaan mereka," ujar Setyo Budiwardoyo dari imigrasi di Ngurah Rai pada saat itu.
Ia menegaskan keberadaan mereka telah "menyebabkan banyak masalah" dan kebanyakan yang berurusan dengan pihak berwenang di Bali berasal dari Australia, Inggris, atau Rusia.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan, "meminta para pelancong untuk bertanggung jawab sendiri atas keselamatan, keuangan, dan perilaku mereka di luar negeri, termasuk mematuhi hukum negara yang mereka kunjungi."
"Kami meminta agar pelancong Australia memastikan jika mereka memiliki dana yang cukup untuk perjalanan."
"Tidak ada pengemis," kata Babua Murjani, seorang anggota Rainbow Gathering di Bali.
"Seniman hanya melakukan penampilan saat jalan-jalan, mereka yang paham tidak berpartisipasi dalam budaya konsumer kapitalis yang sekarat."
"Untuk bisa keluar dan menampilkan seni di jalanan butuh keberanian, itu adalah bentuk revolusi," ujarnya.
Standar Ganda?
![Nyepi](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/myrlxpqlkVKaqRfGcGBaeb22d0w=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/833625/original/082678100_1426958148-nyepi_bali2.jpg)
Thailand telah mulai menegakkan aturannya lebih ketat untuk mewajibkan turis asing setidaknya memiliki THB 10.000, atau hampir Rp 5 juta, untuk memenuhi syarat imigrasi, menurut sebuah forum ekspat.
Namun sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan lembaga riset pasar yang berbasis di Inggris, YouGov menunjukkan 46 persen warga Thailand memiliki pandangan positif terhadap 'begpacker', sementara hanya 10 persen yang memiliki kesan negatif.
Di Thailand, seperti di bagian lain Asia Tenggara, ada budaya memberi sedekah.
Joshua mengatakan pelancong dengan anggaran terbatas senang ke negara-negara di Asia Tenggara karena biaya hidup yang rendah, serta "keramahan warga ... dan secara budaya mereka tidak konfrontatif di Thailand atau di sebagian besar negara Asia Tenggara lainnya."
Menurut Helen Coffey, wakil editor topik travel untuk The Independent, kita harus berhati-hati untuk tidak menganggap 'begpacker' terlalu cepat.
"Ada asumsi yang tidak nyaman bahwa setiap orang kulit putih di Asia memiliki sarana yang independen dan tinggal menelepon keluarganya yang kaya saat mereka kehabisan uang," tulisnya di tahun 2017, saat 'begpacker' mulai banyak dikritik di jejaring sosial di Asia Tenggara.
"Foto diunggah tanpa konteks, tanpa referensi atau pengetahuan tentang keadaan pribadi orang-orang," tulis Coffey.
Max Geraldi seorang warga Indonesia sudah banyak melakukan perjalanan selama lebih dari 10 tahun di Eropa, Asia Selatan dan Timur Tengah sambil menampilkan pertunjukan di jalanan.
Kepada ABC ia mengatakan "semua hal yang butuh penampilan dan pertunjukkan untuk mendapat uang, bukanlah mengemis. Jika ada sesuatu untuk ditawarkan, seperti hiburan, bukanlah mengemis."
Tetapi turis asing di Asia Tenggara dikritik lebih keras karena aksi mengamen, seperti diberi julukan 'begpacker' itu, kata Max.
Banyak warga di Asia Tenggara menganggap ketidakadilan saat sebagian besar turis asing bisa datang ke negara mereka dengan bebas visa.
Sementara bagi mereka perlu melakukan pemeriksaan kesehatan yang memakan waktu, melampirkan laporan bank dan dokumen-dokumen lainnya, serta membayar visa untuk mengunjungi Eropa, Amerika Utara atau Australia.
"Apakah mereka sadar berapa banyak yang harus kita keluarkan hanya untuk mendapatkan visa untuk mengunjungi negara mereka? Dan di sini mereka memamerkan diri sebagai orang yang membutuhkan," kata Nash Tysmans, seorang warga Filipina.
Nash pernah menulikan opininya soal 'begpacker' di sebuah media online berbahasa Inggris yang banyak dibaca di Filipina, 'The Inquirer;.
"Bayangkan luasnya pintu yang kita buka untuk turis, uluran tangan dan kaki sebagai bagian dari budaya ramah tamah kita untuk membuat orang asing merasa nyaman seperti di rumah sendiri," tulisnya.
Terkini Lainnya
Simak video pilihan berikut:
Siapa Mereka?
Patutkah Ditolerir?
Standar Ganda?
turis
Bali
Bule
Begpacker
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Minggu 30 Juni di Indosiar dan Vidio
Timnas Indonesia U-16
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia, Senin 1 Juli Pukul 19.30 di Indosiar dan Vidio
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Garuda Nusantara Dilarang Takut
Lupakan Euforia, Nova Arianto Minta Skuad Timnas U-16 Fokus di Semifinal Piala AFF U-16
Judi Online
MKD Akan Rapat Internal, Bahas Sanksi Tegas Bagi Anggota Dewan Terlibat Judi Online
Nama Jurnalis Dicatut untuk Hoaks Promosi Situs Judi, Simak Daftarnya
Heru Budi Telusuri Oknum ASN Pemprov Jakarta Terlibat Judi Online
Judi Online di Minahasa Selatan, 2 Wanita Ditangkap
Catatan IPW untuk Polri di HUT ke-78 Bhayangkara
Pilkada 2024
Kapolri Pastikan Pemetaan Potensi Kerawanan Pilkada 2024 di HUT ke-78 Bhayangkara
Jelang Pilkada 2024, Jokowi Minta Polri Jaga Netralitas dan Stabilitas
KPU Jakarta Tunggu PKPU soal Batas Usia Kepala Daerah
Santun dan Sederhana, Dukungan pada Eman Suherman Maju Cabup Disebut Terus Datang
Sandiaga Tunggu Penugasan PPP untuk Maju Pilkada 2024
Heru Budi Respons Peluang Maju Pilkada Jakarta 2024: Saya ASN, Tidak Pengalaman di Bidang Politik
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
1 Juli 2023: Bus Pariwisata Hangus Terbakar Usai Tabrak Pembatas Jalan di Maharashtra India, 25 Orang Tewas
Populer
Miliarder di Inggris Bakar Rumah Mewahnya, Tak Rela Dimiliki oleh Mantan Istri
Pejabat Hamas: Tak Ada Kemajuan Soal Diskusi Gencatan Senjata
Indonesia Kecam Keputusan Israel Sahkan Pos Pemukiman Yahudi, Dinilai Langgar Hukum Internasional dan Resolusi PBB
Mengenal Kampung Oben, Desa Inklusif yang Berdayakan Penyandang Disabilitas
Pasukan Israel Lancarkan Serangan Bom ke 2 Kota di Lebanon Selatan
Ketegangan AS-Tiongkok Meningkat Akibat Masalah Kabel Bawah Laut, Beijing Dituduh Lakukan Spionase
Pria di Florida AS dalam Kondisi Kritis Usai Diserang Hiu
Korea Utara Luncurkan 2 Rudal Balistik, Tensi dengan Korea Selatan Makin Panas
Cerita Penyandang Disabilitas dan Lansia di Desa Besmarak NTT Bertahan Hidup dari Efek Perubahan Iklim
Euro 2024
Link Live Streaming Euro 2024 Prancis vs Belgia di Babak 16 Besar, Senin 1 Juli Pukul 23.00 WIB
Prediksi Euro 2024 Prancis vs Belgia: Les Bleus Jadi Ancaman Serius De Rode Duivels
Persiapan Portugal Jelang Hadapi Slovenia di Babak 16 Besar Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Slovenia: Andalkan Pilar Utama
Prancis Bersiap Hadapi Belgia di 16 Besar Euro 2024
Berita Terkini
Doa agar Terbebas dari Jerat Utang dan Fitnah Dajjal yang Turun Jelang Kiamat
Antusiasme Masyarakat Saksikan Parade dan Defile Pasukan Polri
Napi Lapas Cipinang Lakukan Love Scamming Anak di Bawah Umur, Ancam Sebarkan Foto Vulgar
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Anak Baru Belajar Berjalan? Pastikan Ganti Popok Secara Berkala agar Tak Pengaruhi Perkembangan Motorik
Intip Strategi IFG Life Pasca Akuisisi Mandiri Inhealth
MIND ID Resmi Kuasai 34% Saham Vale, Jadi Pemegang Saham Terbesar
Ayu Ting Ting Putus dengan Muhammad Fardhana, Ayah: Sudahan, Tidak Berlanjut!
Usul Bikin Family Office, Luhut Ingin Tarik Dana Keluarga Kaya dari Luar Negeri
Prabowo Berdiri dengan Jokowi saat HUT Bhayangkara, Buktikan Kakinya Sudah Fit Pasca Operasi
Sayonara, Toyota Suntik Mati Supra Mesin 4 Silinder
Pejabat Hamas: Tak Ada Kemajuan Soal Diskusi Gencatan Senjata
Jumlah Warga Miskin Indonesia Turun 0,33 Persen, Jumlahnya Masih 25,22 Juta Jiwa
10 Rekomendasi Drama Jepang Tentang Makna Kehidupan, Wajib Ditonton
Menko Polhukam Ungkap Strategi BSSN Perkuat Keamanan Siber Pasca Serangan Ransomware PDNS 2