, Jakarta - Pada 21 Agustus 2017 akan terjadi gerhana matahari meluas yang dialami bagian besar dunia. Itu akan menjadi gerhana pertama yang melintasi Amerika Utara dalam Abad ke-21, sekaligus yang pertama melintasi benua Amerika dalam 4 dekade belakangan.
Keberadaan media sosial akan memungkinkan aliran informasi tiada henti dari setiap orang yang terdampak oleh gerhana. Akan ada banyak foto, video, dan temuan-temuan ilmiah baru.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, seperti dikutip dari Listverse.com pada Sabtu (15/4/2017), kebanyakan hal dalam sejarah manusia tidak selalu demikian. Pengetahuan tentang gerhana yang disebabkan melintasnya Bulan di antara Bumi dan Matahari tidak masuk dalam pikiran para leluhur kita.
Untuk menjelaskan redupnya Matahari ataupun Bulan secara mendadak, peradaban-peradaban purba menciptakan beragam legenda dan dongeng seperti berikut ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. Keyakinan Norse
Bangsa Norse percaya bahwa Matahari dan Bulan dilambangkan oleh saudara sekandung Sol dan Mani. Mereka melintasi angkasa menggunakan kereta kuda dan menentukan panjangnya hari dan bulan dalam setahun.
Merekalah kekuatan penggerak Matahari dan Bulan, sekaligus menjadi bagian integral tatanan dunia. Ketika keduanya melintas di angkasa, mereka terus-menerus dikejar oleh dua serigala Skoll dan Hati yang kemudian akhirnya menyergap saudara sekandung pria dan wanita tersebut.
Legenda bangsa Norse menyebutkan bahwa, ketika dua serigala itu menyantap Matahari dan Bulan, langit pun menjadi gelap dan Ragnarok, yaitu kiamat menurut bangsa Norse, akan dimulai.
Advertisement
2. Bangsa Maya
Bangsa Maya sangat terlibat dengan astronomi dan astrologi. Mereka menganggap penting pergerakan semesta dalam kehidupan harian dan tindakan-tindakan dalam budaya mereka.
Bagi bangsa itu, pergerakan benda-benda semesta adalah cara para dewa berkomunikasi. Gerhana matahari dipandang sebagai kejadian yang sangat mencemaskan. Mereka menyebutnya sebagai chi’ ibal kin, atau “memakan matahari.”
Bangsa Maya sangat trampil memperkirakan pergerakan angkasa sehingga kalender mereka sangat teliti hingga ke Abad ke-21 ini. Mereka mencatat pergerakan Bulan sehingga bisa memperkirakan suatu tanggal jauh sebelumnya. Mungkin yang paling mencengangkan adalah perkiraan gerhana total pada 11 Juli 1991.
Bangsa Maya sangat cermat mengamati bahwa pola-pola kecil pada akhirnya mengarah kepada pola-pola besar.
3. Budaya Navajo
Bagi bangsa Navajo, gerhana matahari adalah saat di mana matahari sedang melemah. Saat itu, semua orang harus bersikap hormat. Ada kepercayaan kuat bahwa setiap pria, wanita, dan anak harus menunjukkan hormat kepada semesta dengan cara menunggu dalam ruang hingga gerhana berlalu.
Mereka juga dilarang makan, minum, atau menatap ke angkasa. Menurut kebanyakan bangsa Navajo modern, gerhana matahari membawa ketenangan, sedangkan bangsa Navajo kuno akan menghentikan segala kegiatan selama gerhana.
Mereka bahkan menghentikan upacara-upacara yang sedang berlangsung agar terhindar dari kejahatan yang dicurahkan kepada mereka oleh Matahari yang sedang meredup.
Banyak bangsa modern Navajo yang masih melakukan tradisi leluhur dan menolak melakukan kegiatan apapun selama gerhana matahari. Banyak di antara kita tertarik dengan gerhana besar, tapi kaum tradisional Navajo akan menetap dalam ruang.
Advertisement
4. Korea
Dalam mitologi Korea, ada cerita tentang seorang raja di negeri kegelapan, jauh dari dunia kita.
Raja itu ingin mencari cara menyediakan cahaya dan kehangatan ke negerinya sehingga ia memerintahkan anjing paling ganas di sana untuk mencuri Matahari dan Bulan dari Bumi.
Dengan tekad mencuri Matahari, anjing yang bernama Bulgae itu menggigitnya dan merasa Matahari terlalu panas baginya. Ia kemudian mencoba mencuri Bulan, yang dirasakan terlalu dingin. Setiap kali anjing itu mencoba mengulangi dua hal itu, kita mengalaminya sebagai gerhana.
5. Aborigin Australia
Bangsa Aborigin di Australia percaya bahwa Matahari adalah seorang wanita dari suatu perkemahan jauh di timur yang menyulut obor dan bergerak melintasi angkasa.
Di pagi hari, ia akan menghiasi dirinya dengan pewarna merah yang bertebaran ke langit sehingga tampak kemerahan saat matahari terbit. Ketika menuju ke barat, lagi-lagi ia menghiasi dirinya menjadi semburat warna matahari terbenam sambil kembali ke perkemahan hingga muncul lagi esok hari.
Wanita itu dikisahkan kembali ke perkemahannya menggunakan jalur bawah tanah dan menghangatkan Bumi dari dalam sehingga menumbuhkan tanaman.
Di sisi lain, Bulan dipandang sebagai sosok pria dan dikaitkan dengan kesuburan. Gerhana matahari pun dijelaskan sebagai peristiwa Bulan dan Matahari sedang berpelukan.
Advertisement
6. Benin dan Togo
Di Benin dan Togo, di Afrika Barat, suku Fon di sana menceritakan gerhana dalam suasana yang lebih damai dibandingkan dengan budaya-budaya lain. Mereka percaya bahwa Matahari (“Lisa”) dan Bulan untuk kemudian saling bertandang.
Pada mulanya, orang ketakutan dengan meredupnya Matahari dan menanggapnya sebagai kutukan pembawa sial. Namun Mawu menceritakan kepada mereka bahwa itu adalah peristiwa ketika Lisa sedang memeluknya.
Setelah penjelasan itu, orang-orang memberikan sesajian dan, sejak saat itu, memandang gerhana matahari sebagai saat bahagia dalam kebersamaan.
7. Mongolia
Dalam legenda Mongolia, ada suatu monster bernama Arakho yang sangat kelaparan ingin menyantap rambut. Legenda itu kemudian menyebutkan bahwa manusia dulunya tertutup rambut, tapi Arakho menyantap sebagian besar rambut itu sehingga manusia terlihat seperti apa adanya sekarang.
Pada dewa menganggap ini sebagai tergerusnya kekuatan mereka sehingga memerintahkan Matahari dan Bulan untuk menciptakan ramuan hidup abadi. Tapi Arakho mendengar tentang hal itu dan mencuri ramuan tersebut.
Sebelum ia sempat menghabiskannya, kepalanya dipancung hingga lepas. Tapi jumlah ramuan yang telah ditenggaknya cukup untuk membuat kepalanya terus hidup.
Dalam amarah, ia sekarang memburu Matahari dan Bulan, lalu memakan mereka. Tapi, karena tidak lagi mempunyai tubuh, santapannya lolos lagi melewati lehernya. Jadi, ketika gerhana matahari terjadi, itu sebenarnya Arakho sedang menyantap Matahari.
Advertisement
8. Jepang
Sejarah Jepang memiliki banyak catatan kejadian gerhana matahari. Selama berabad-abad, kejadian gerhana menyebabkan tutupnya kantor di seluruh negeri pada hari sesudah gerhana.
Ada beberapa gerhana besar yang tercatat sebelum 1600 M. Tapi, kebanyakan catatan kejadian itu tersebar. Legenda pertama yang menjelaskan gerhana matahari berkaitan dengan praktik Shinto.
Satu kisahnya menceritakan tentang perselisihian antara Susanoo, dewa laut, dan Amateras, dewi Matahari. Susanoo melakukan serangkaian pelanggaran terhadap saudara perempuannya sebelum ia kemudian menguasai lautan.
Amaterasu tidak berkenan dengan tindakan saudara lelakinya sehingga bersembunyi dari dewa-dewa lainnya. Ketika Amaterasu tidak ada, Matahari menghilang dari angkasa.
Untuk mengembalikan cahaya kepada dunia, dewa-dewa lain memutuskan untuk membujuknya keluar dari gua persembunyian. Mereka menciptakan hiburan dan perayaan ritual.
Karena penasaran dengan suara-suara di luar, Amaterasu memutuskan untuk melihatnya. Ketika keluar, ia disergap dan cahaya pun kembali menerangi dunia. Menurut kepercayaan Shinto, gerhana matahari terjadi ketika Amaterasu bersembunyi lagi.
9. Hindu
Legenda Hindu tentang gerhana matahari mirip dengan legenda Mongolia, karena sama-sama menceritakan dimakannya Matahari oleh penyerang tak berkepala yang telah dihukum menggunakan kekerasan.
Dalam mitos Hindu, ada pertikaian antara kelompok Devata dan kelompok Asura demi menerima amrit (kehidupan kekal) dari sebuah jambangan. Vhisnu menyamar sebagai seorang penari rupawan dan membagikan amrit kepada 2 kelompok tersebut.
Ia meminta dua kelompok itu duduk berbaris secara berseberangan, lalu mulai membagikan amrit tersebut. Tapi ia sebenarnya tidak berniat membagikan amrit kepada kaum Asura, hanya untuk kaum Devata.
Salah satu dari kelompok Asura menyadari apa yang terjadi dan segera berpindah ke kelompok seberang untuk menerima kehidupan kekal. Ketika Vishnu tiba di anggota Asura itu dan ia mulai meminumnya, Matahari dan Bulan menyadari bahwa Asura itu bukan bagian dari kelompok mereka.
Vishnu segera menanggalkan samarannya dan mencabut kepala sang Asura dari tubuhnya. Tapi, Asura itu telah menenggak amrit sehingga ia tidak mati. Kepalanya menjadi Rahu dan tubuhnya menjadi Ketu.
Demi melampiaskan dendam kepada Matahari dan Bulan karena mengungkap penyusupannya, Rahu mengejar-ngejar untuk memakan mereka.
Tapi karena Rahu hanya sekedar kepala, ia tidak bisa menelan Matahari ataupun Bulan yang langsung lolos dari lehernya. Jadi, ketika terjadi gerhana matahari, itu adalah Rahu yang sedang berupaya lagi membalaskan dendamnya.
Advertisement
10. China
Kaum China Kuno termasuk salah satu peradaban pertama yang menciptakan observatorium. Menurut kepercayaan mereka, seorang kaisar berkaitan dengan Matahari sehingga setiap perubahan pada Matahari merupakan kutukan jahat bagi sang kaisar.
Di antara tindakan pertama yang tercatat terkait gerhana matahari adalah dugaan pemancungan dua ahli astronomi karena tidak memperkirakan terjadinya suatu gerhana. Sang kaisar melakukan semampunya untuk membujuk kekuatan-kekuatan yang membawa kembali Matahari.
Pada awal sejarah China, tulang ramalan digunakan untuk mencatat gerhana-gerhana. Namun demikian, catatan itu kerap samar dan tak bertanggal.
Pada awalnya, bangsa China Kuno percaya bahwa Matahari sedang disantap seekor naga. Sebelum pembangunan observatorium, dipercaya ada naga semesta yang bersiap menyantap Matahari agar dunia dilanda kegelapan.
Secara tradisi, panci dan wajan diketuk-ketuk agar menciptakan kebisingan untuk mengusir naga tersebut. Bangsa China kemudian meninggalkan penjelasan mitologis sembari mengembankan astronomi yang lebih maju dan menyimpan catatan tertulis pada kertas secara lebih baik.
Dengan kemajuan seperti itu, masih ada yang percaya dengan legenda masa lalu, termasuk para awak kapal angkatan laut pada Abad ke-19 yang menembakan meriam-meriam mereka untuk mengusir naga yang sedang menelan Bulan.
Terkini Lainnya
Foto Seksi Playboy dan Kentut, Ini 10 Hal yang Dirahasiakan NASA
10 Bentuk Alam yang Dijadikan Simbol Seks Nenek Moyang
Studi: Ubur-Ubur Adalah Nenek Moyang Hewan di Bumi
1. Keyakinan Norse
2. Bangsa Maya
3. Budaya Navajo
4. Korea
5. Aborigin Australia
6. Benin dan Togo
7. Mongolia
8. Jepang
9. Hindu
10. China
Gerhana
bumi
Bulan
Rekomendasi
Eksklusif, Debu Meteroit Langka Dipakai untuk Membuat Balok Lego
Bulan Menjauh dari Bumi 3,8 Sentimeter setiap Tahun
China Umumkan Calon Astronaut Pertama dari Hong Kong dan Macau
Mengenal Ledakan Pasir di Bulan, Bahaya yang Mengancam Nyawa Para Astronot
Apa Kabar 7 Astronot Apollo yang Masih Hidup? Ini Kisah Mereka Usai Misi ke Bulan
Setahun Menikahkan Dua Anak, Apakah Salah? Bagaimana Pandangan Islam?
Fakta-Fakta Proyek DearMoon Gagal Terbang ke Bulan
China Kibarkan Bendera Nasionalnya di Sisi Jauh Bulan
Mengenal Rashid Rover, Misi Bulan Pertama Negara Arab
Copa America 2024
Brasil Bersiap Hadapi Uruguay di Perempat Final Copa America 2024
Bungkam Venezuela Lewat Adu Penalti, Kanada Tantang Argentina di Semifinal Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024: Diwarnai Drama Adu Penalti, Kanada Kalahkan Venezuela dan Tantang Argentina di Semifinal
Jadwal Link Siaran Langsung Copa America 2024 Venezuela vs Kanada, Sabtu 6 Juli di Vidio
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Jelang Pilkada 2024, Diskominfo Kepulauan Babel Awasi Konten Hoaks di Ruang Digital
Jadwal Pilkada 2024 Serentak di Indonesia, Lengkap Daftar Provinsi dan Cara Cek DPT
Pastikan Hak Politik Penyandang Disabilitas Terjamin di Pilkada 2024, KPU DKI Jakarta Mutakhirkan Data Pemilih
Infografis Bursa Bakal Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur di Pilgub Sumut 2024
Survei TBRC: Jelang Pilkada 2024 Kabupaten Yalimo Papua, Nama Bupati Petahana Unggul
Faldo Maldini Pamitan ke Jokowi Sebelum Maju Pilkada Tangerang
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
6 Juli 2013: Militan Boko Haram Serang Sekolah Asrama di Nigeria, 30 Orang Termasuk Guru Tewas
Populer
Menikmati Keindahan dan Kedamaian di Trinity St. Sergius Lavra, Biara Kristen Ortodoks Utama Rusia
Gunung Etna Meletus, Semburan Abu Vulkanik dan Lava Picu Bandara Catania Ditutup
Tornado Dahsyat di Shandong China Bunuh 1 Warga, 79 Orang Lainnya Terluka
Ilmuwan Temukan Perubahan Iklim Buat Jamur Lebih Beracun untuk Manusia
Kedubes India Gandeng Rumania Luncurkan Jakarta Diplomatic Film Club, Jadi Wadah Unjuk Gigi Sinema Dunia
Warga Negara Baru Amerika Serikat Siap Berikan Suara dalam Pilpres AS
Delegasi Biro Komite Palestina PBB ke Indonesia, Bahas Upaya Tingkatkan Dukungan untuk Negaranya
6 Juli 2013: Militan Boko Haram Serang Sekolah Asrama di Nigeria, 30 Orang Termasuk Guru Tewas
Istri di AS Tega Racuni Suami, Alasannya Merasa Tak Dihargai
Mengenal Galaksi Satelit, Kunci Menuju Materi Gelap
Euro 2024
Jamal Musiala Puji Permainan Lamine Yamal, Spanyol Permalukan Jerman 2-1 di Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Belanda vs Turki: Misi Oranje Menghindari Kejutan
Keriuhan Suporter Prancis Sambut Kemenangan Les Bleus atas Portugal
Akhir Tragis Karier Toni Kroos Bersama Timnas Jerman
Prediksi Euro 2024 Inggris vs Swiss: 3 Singa Terancam Kuda Hitam
Gusur Portugal, Prancis Tantang Spanyol di Semifinal Euro 2024
Berita Terkini
Jangan Sampai Terlewat! Ini Amalan Sunnah Terbaik pada pada Malam dan Hari 1 Muharram
Hasil Pengukuran Serentak Intervensi Stunting: 5,8 Juta Balita Indonesia Alami Masalah Gizi
Saham Kripto Gagal Ambil Celah dari Reli Sektor Teknologi
Kedubes India Gandeng Rumania Luncurkan Jakarta Diplomatic Film Club, Jadi Wadah Unjuk Gigi Sinema Dunia
Jamal Musiala Puji Permainan Lamine Yamal, Spanyol Permalukan Jerman 2-1 di Euro 2024
Pemuda di Gresik Rekam Aksi Gantung Diri Melalui Handphone, Keluarga Menolak Autopsi
Penampakan Penemuan Lukisan Gua Tertua di Dunia, Ada di Indonesia
Antam Masuk BUMN dengan Laba Terbesar, Apa Strateginya?
Antisipasi Peningkatan Jumlah Penumpang di Tahun Baru Islam, PT KA Bandung Operasikan KA Lodaya Tambahan
Nikita Mirzani Sebut Bukan Ayu Ting Ting yang Salah Perkara Putus dari Muhammad Fardhana
Jelang Pilkada 2024, Diskominfo Kepulauan Babel Awasi Konten Hoaks di Ruang Digital