uefau17.com

Dongeng Charyl Chappuis yang Menangi Piala Dunia U-17 2009 Bareng Swiss, Bisa Dicontoh Timnas Indonesia U-17 - Bola

, Jakarta Swiss berhasil menjadi juara Piala Dunia U-17 pada 2009 lalu. Keberhasilan ini seperti nyaris mustahil karena saat itu Piala Dunia U-17 dihuni pemain-pemain dengan talenta super.

Brasil misalnya memiliki bintang baru Neymar yang didukung oleh Phillipe Coutinho, Casemiro dan Alisson Becker di posisi gawang. Sedangkan Korea Selatan menampilkan bintang besarnya Son Heung Min. Begitu juga Jerman yang memainkan nama beken seperti Mario Gotze dan Marc Andre Ter Stegen.

Swiss tak masuk hitungan saat itu. Apalagi Nigeria yang menjadi tuan rumah berambisi untuk meraih trofi juara Piala Dunia U-17 keempat mereka.

Diantara banyaknya pemain bintang ternama, ada pula pemain debutan Swiss Charyl Chappuis. Dia masuk skuad Swiss U-17 yang dihuni calon-calon bintang sepak bola seperti Granit Xhaka, Haris Seferovic dan Ricardo Rodriguez.

Chappuis, yang belakangan malah membela Timnas Thailand, menjelaskan bagaimana Swiss U-17 bisa menangi Piala Dunia U-17 di 2009. Saat itu, dia dan teman-temannya memang sudah merasa bisa menang di Piala Dunia U-17 sejak awal.

"Sekarang pastinya mudah untuk menceritakannya karena kami menangi turnamen itu, tapi kami memang sudah merasakannya sejak hari pertama karena kami sedikit berbeda secara mindset," kata pemain 31 tahun ini seperti dikutip FIFA.com.

"Anda bisa lihat sekarang (karier eks pemain Swiss) di dalam skuad kami, kami punya pemain hebat. Kami tahu bisa kalahkan semua tim. Bukan dengan cara arogan, tapi kami tahu semuanya mungkin kalau kami main sebagai tim dan saling percaya. Itulah yang kami lakukan, kami menang semua 7 pertandingan."

FIFA World Cup U-17 Indonesia bisa disaksikan di Indosiar dan SCTV. Bisa nonton Live 52 pertandingan lengkap hanya di Vidio. Best match di Moji dan Mentari, serta melalui Nex Parabola.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Swiss Punya Staf Pelatih Mumpuni di Piala Dunia U-17 2009

 

Chappuis juga menyoroti peran staf pelatih yang berkontribusi untuk memenangi Piala Dunia U-17. Swiss kalahkan tuan rumah Nigeria 1-0 lewat satu gol Seferovic dan saat itu dilatih Dany Ryser.

Swiss bungkam 60 ribu fans Nigeria di Abuja saat itu. Ini bukan sesuatu yang mudah dilakukan kalau tidak didukung pelatih dan tentunya pemain yang mumpuni.

"Saat itu (2009), tentu, semua orang kenalnya cuma Neymar, tapi untuk semua lawan, kami mendapatkan banyak informasi," kata Chappuis.

"Staf pelatih kami menyiapkan semuanya dengan baik, sampai hal detail. Itu juga mengapa kami memenangkan final. Asisten pelatih bilang kepada kami," tendangan sudut, pos kedua, dari situlah kami akan mencetak gol." Dan itulah yang terjadi!"

 

3 dari 4 halaman

Pemain Muda Wajib Percaya Diri

Piala Dunia U-17 merupakan medium untuk pemain muda untuk menunjukkan bakat mereka. Dengan latar belakang gaya dan budaya sepak bola yang berbeda, para pemain saling bersaing di lapangan.

Piala Dunia U-17 jadi ajang uji mental bagi pemain muda untuk menghadapi persaingan tinggi di sepak bola dunia. Chappuis mengatakan, kunci bagi pemain muda atasi tekanan yaitu percaya diri.

"Beberapa pemain kami memang luar biasa. Di usia muda, mereka sudah berbeda. Mereka yakin 100 persen dan mereka terbaik. Mereka punya kepercayaan diri dan itulah yang Anda butuhkan di lapangan. Percaya diri itu hal penting yang harus dimiliki atlet, kalau tak punya itu, Anda lebih baik gak usah ke lapangan," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Silsilah Charyl Chappuis yang Hijrah ke Thailand

 

Chappuis lahir di Locarno, selatan Swiss. Dia lahir dari seorang ayah asal Swiss dan ibu dari Thailand. Saat muda, dia menggambarkan dirinya sebagai anak yang pemalu, tapi bisa mengekspresikan diri di lapangan.

Usai sukses di Piala Dunia U-17, dia mendapatkan banyak tawaran main di liga-liga top Eropa. Namun dia memilih bertahan di Swiss sebelum akhirnya pilih pindah ke Thailand, dimana dia memenangkan banyak trofi.

15 tahun sudah berlalu sejak dirinya terakhir kali angkat trofi, namun dia tetap melihat itu sebagai pencapaian tertinggi di kariernya. Bersama Thailand, Chappuis pun merasakan juara Piala AFF dua kali yaitu 2014 dan 2018.

"Saya seorang bocah yang main di halaman rumah. Saya berkata,"bakal menangi Piala Dunia," dan itu jadi kenyataan. Saya bangga dengan ini. Ini perjalanan yang sulit dipercaya. Saya bisa sebut diri sebagai pemain juara dunia, ini menunjukkan kalau mimpi bisa jadi kenyataan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat