uefau17.com

Utang Global Sentuh USD 91 Triliun, Negara Ini Menanggung Beban Terberat - Bisnis

, Jakarta - Total utang gabungan negara-negara di seluruh dunia telah mencapai USD 91 triliun. Angka tersebut merupakan jumlah yang hampir sama dengan ukuran perekonomian global.

Seperti diketahui, beban utang global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagian karena dampak pandemi, sehingga menjadi ancaman yang semakin besar terhadap standar hidup bahkan di negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat (AS).

Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu menegaskan kembali peringatannya bahwa defisit fiskal kronis di AS harus segera diatasi. 

"(Tetapi) defisit yang terus berlanjut dan meningkatnya beban utang (sekarang) menjadikan hal ini lebih menjadi kekhawatiran jangka menengah," kata Roger Hallam, kepala suku bunga global di salah satu manajer aset terbesar di dunia Vanguard, dikutip dari CNN Business, Rabu (3/7/2024).

Ketika beban utang meningkat di seluruh dunia, investor semakin cemas.

Di Prancis, gejolak politik telah memperburuk kekhawatiran terhadap utang negara tersebut, sehingga imbal hasil obligasi, atau imbal hasil yang diminta investor, melonjak.

Putaran pertama pemilu pada hari Minggu menunjukkan bahwa beberapa kekhawatiran terburuk pasar mungkin tidak terjadi. Namun bahkan tanpa adanya ancaman krisis keuangan dalam waktu dekat, para investor menuntut imbal hasil yang lebih tinggi untuk membeli utang karena kesenjangan antara belanja dan pajak yang membengkak.

Utang yang lebih tinggi juga berarti lebih sedikit uang yang tersedia untuk layanan publik yang penting atau untuk merespons krisis seperti krisis keuangan, pandemi, atau perang.

Karena imbal hasil obligasi pemerintah digunakan untuk menentukan kebutuhan lain, seperti hipotek, peningkatan imbal hasil juga berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi rumah tangga dan bisnis, sehingga merugikan pertumbuhan ekonomi.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyesuaian Akan Berat

Menurut Karen Dynan, seorang profesor di Harvard Kennedy School, mengatasi masalah utang Amerika memerlukan kenaikan pajak atau pemotongan tunjangan, seperti program jaminan sosial dan asuransi kesehatan.

"Banyak (politisi) yang tidak bersedia membicarakan pilihan sulit yang harus diambil. Ini adalah keputusan yang sangat serius… dan bisa berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat," ujarnya, yang juga merupakan mantan kepala ekonom di Departemen Keuangan AS.

Adapun Kenneth Rogoff, seorang profesor ekonomi di Universitas Harvard, setuju bahwa AS dan negara-negara lain harus melakukan penyesuaian yang menyakitkan.

"Utang tidak lagi gratis," katanya.

"Pada tahun 2010-an, banyak akademisi, pembuat kebijakan, dan gubernur bank sentral berpandangan bahwa suku bunga akan selamanya mendekati nol dan kemudian mereka mulai berpikir utang adalah makanan gratis," ucap dia.

"Itu selalu salah karena Anda bisa menganggap utang pemerintah seperti memiliki hipotek dengan suku bunga fleksibel dan, jika suku bunga naik tajam, pembayaran bunga Anda akan naik banyak. Dan itulah yang terjadi di seluruh dunia," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Utang Kian Membengkak, AS Harus Bagaimana?

Di Amerika Serikat, pemerintah federal akan menghabiskan USD 892 miliar pada tahun fiskal ini untuk pembayaran bunga.

Jumlah tersebut lebih besar dari anggaran pertahanan dan mendekati anggaran untuk Medicare, asuransi kesehatan untuk masyarakat lanjut usia dan penyandang disabilitas.

Tahun depan, pembayaran bunga AS juga akan mencapai USD 1 triliun atas utang nasional yang berjumlah lebih dari USD 30 triliun, jumlah yang kira-kira sama dengan ukuran perekonomian AS, menurut Kantor Anggaran Kongres AS.

CBO melihat utang AS mencapai 122% PDB hanya dalam 10 tahun dari sekarang. Dan pada tahun 2054, utang diperkirakan mencapai 166% PDB, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi.

"Jadi berapa banyak utang yang terlalu banyak? Para ekonom berpendapat bahwa tidak ada tingkat yang telah ditentukan di mana hal-hal buruk terjadi di pasar, namun sebagian besar berpendapat bahwa jika utang mencapai 150% atau 180% dari produk domestik bruto, itu berarti biaya yang sangat serius bagi perekonomian dan masyarakat secara lebih luas," kata Dynan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat