uefau17.com

Aplikasi dari China Ini Berpotensi Ganggu UMKM, Bagaimana Antisipasi Indonesia? - Bisnis

, Jakarta - Aplikasi digital cross-border trader atau perdagangan lintas negara yang memangkas jalur distribusi dan memasukkan barang impor langsung dari China yakni aplikasi temu dinilai berpotensi menganggu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Seiring hal itu pemerintah antisipasi dengan penguatan aturan yakni Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 yang berupaya memisahkan media sosial dan perdagangan elektronik.Demikian seperti dikutip dari Antara, ditulis Kamis (!3/6/2024).

Pelaksana Harian Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menuturkan, pemerintah sudah menyadari ada potensi gangguan yang dihadapi para pelaku UMKM dari munculnya berbagai aplikasi digital cross-border trade (perdagangan lintas negara) yang memangkas jalur distribusi dan memasukkan barang impor langsung dari China.

Ia menuturkan, belajar dari kasus TikTok Shop, tidak semua bisnis model digital atau platform digital sesuai dengan kebutuhan Indonesia.

“Dalam kasus TikTok Shop, platform tersebut menghadirkan peluang, namun secara bersamaan mengubah model bisnis operasional dan transaksi UMKM yang berpotensi memunculkan dampak lanjutan terhadap aspek persaingan usaha dan lahirnya monopoli bisnis," kata Musdhalifah dalam acara Media Briefing: Perkembangan Kebijakan Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM seperti dikutip dari Antara.

Musdhalifah menuturkan, kehadiran aplikasi semacam itu tanpa adanya regulasi yang sesuai dapat merusak ekosistem pasar yang telah ada, menciptakan kompetisi tidak adil yang berakibat menurunnya permintaan produk lokal hingga menghilangkan sebagian pekerjaan di sektor distribusi.

Oleh sebab itu, pemerintah berkomitmen untuk melindungi dan memberdayakan UMKM melalui serangkaian kebijakan strategis, salah satunya dengan penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Harus Diantisipasi

Sementara itu, Asisten Deputi Koperasi dan UMKM Kemenko Perekonomian Herfan Brilianto Mursabdo menambahkan aplikasi cross-border trade harus diantisipasi sebab bisa mengancam keberadaan UMKM.

"Kemarin kita bicara banyak terkait TikTok, sekarang muncul lagi Temu. Memang kenyataannya seperti Temu ini sudah beroperasi di beberapa negara dan kita perlu mengantisipasi apabila mereka beroperasi di Indonesia," ujar Herfa.

Aplikasi perdagangan elektronik Temu dapat menghubungkan langsung antara pabrik dengan pembeli. Hal itu dapat mematikan pelaku UMKM karena akan mengubah tatanan rantai pasok.

"Dalam Permendag itu, ada beberapa ketentuan terkait PMSE (Perdagangan Melalui Sistem Elektronik) yang bisa kita jadikan acuan untuk bukan menahan, tetapi meregulasi secara lebih tepat aplikasi-aplikasi yang lain," kata dia.

Herfan menuturkan, aturan itu sebagai salah satu cara untuk menahan atau memastikan agar aplikasi perdagangan tersebut tidak langsung memberikan dampak pada UMKM.

"Dalam Permendag itu juga ada pasal yang mensyaratkan kewajiban minimum pricing untuk kegiatan lintas negara, di mana minimal itu harganya 100 dolar AS untuk pengiriman barang," ujar Herfan.

Kendati demikian, Herfan menambahkan, aturan tersebut belum cukup untuk menyelamatkan UMKM karena inovasi digital akan terus berkembang. Oleh sebab itu, pemerintah berkomitmen untuk terus mempelajari dampak dari inovasi-inovasi digital demi menyusul ketertinggalan kemajuan teknologi.

"Ini PR (pekerjaan rumah) yang cukup besar karena lagi-lagi terkait UMKM. PR kita pertama ini meningkatkan literasi digital terlebih dahulu, mengajak UMKM kita untuk mulai masuk dalam literasi digital," ujar dia.

3 dari 5 halaman

Menteri Teten Khawatir

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki khawatir masuknya lokapasar baru yang dapat hubungkan langsung antara pabrik di China langsung ke konsumen Indonesia.

"Ini yang saya khawatir, ada satu lagi aplikasi digital cross-border yang saya kira akan masuk ke kita, dan lebih dahsyat daripada TikTok, karena ini menghubungkan factory direct kepada konsumen," kata Teten di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, ditulis Kamis (13/6/2024).

Teten menuturkan, aplikasi bernama Temu ini berasal dari China dan sudah masuk ke 58 negara. Dia mengatakan, aplikasi tersebut terhubung dengan 80 pabrik di China dan produknya bisa langsung diterima oleh seluruh konsumen di dunia. Temu juga dinilai lebih berbahaya dari TikTok Shop lantaran aplikasi tersebut tidak memiliki reseller dan afiliator.

Hal itu dapat kembali mengancam pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang hanya mampu berproduksi secara kecil-kecilan. Sementara pabrikan China, mampu menghasilkan produk secara massal.

"Kalau TikTok masih mending, masih ada reseller, ada afiliator, masih membuka lapangan kerja. Kalau ini kan akan memangkas langsung, selain harganya lebih murah, juga memangkas lapangan kerja misalnya distribusi," ujar dia.

Teten berharap, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023 tentang perizinan berusaha, periklanan, pembinaan, dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan melalui sistem elektronik dapat mengantisipasi masuknya aplikasi Temu.

"Tapi memang meskipun kita sudah punya aturan di Permendag 31/2023, itu tidak boleh cross-border jual produk di bawah 100 dolar AS, saya hanya hanya warning saja karena keadaan ekonomi UMKM saat ini indeks bisnisnya sedang turun," kata dia.

 

4 dari 5 halaman

Teten Masduki Ajak 15 Startup Lokal Cari Investor Kakap ke Luar Negeri

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan upayanya mendukung pengembangan startup lokal. Termasuk dengan menjembatani akses pembiayaan bagi perusahaan rintisan atau startup di sektor digital dalam negeri.

Membuktikan upayanya tersebut, Teten Masduki mengaku telah menyediakan program inkubasi bagi sekitar 350 startup lokal. Pada program itu, dilakukan pembenahan tata kelola sehingga diharapkan bisa menjawab tantangan perubahan zaman.

"Di kami, itu ada program entrepreneur hub, ada sekitar 350 startup digital yang kita inkubasi kita dandanin model bisnisnya, lalu kita pertemukan dengan calon-calon investor," ujar Teten usai acara Inabuyer Expo 2024, di Smesco Indonesia, Jakarta, Jumat (17/5/2024).

Sebagai tindak lanjut, dia juga telah mengajak 15 startup lokal untuk mencari investor dari luar negeri. Satu negara yang sudah didatanginya adalah Singapura.

"Kemarin saya bawa ke Singapura 15 startup digital yang memang di sektor produksi, banyak yang di sektor agritech sama aquatech. Ini yang memang potensial untuk mendapatkan pembiayaan," jelasnya.

Sektor Produksi

Teten mengatakan, sektor produksi dalam negeri tidak kalah menariknya untuk mendapatkan kucuran dana segar dari investor asing. Maka, dia mendorong lahirnya jagoan startup di bidang agrikultur dan aquakultur yang potensinya cukup besar di Indonesia.

"Kita ingin melebarkan investasi di digital economic, tidak hanya berkerumun di e-commerce dan digital payment, tapi kita ingin lebarin ke agriculture sama aquaculture, karena kita punya potensi disitu," tegas dia.

5 dari 5 halaman

Gandeng DBS Bank

Pada lawatannya ke Singapura itu, dia menggandeng DBS Bank untuk memberikan pembiayaan. Termasuk juga dengan beberapa perusahaan modal ventura lain.

Kembali lagi, dia mengarahkan investasi bisa didapat oleh startup lokal di sektor agrikultur dan aquakultur pada konteks mengoptimalkan sumber pengembangan ekonomi digital Tanah Air.

"Jadi ini memang saya kira masih banyak yang tertarik untuk masuk ke digital economy tapi ke sektor hulu-nya, sektor produksi," kata dia.

"Kemarin kita dengan DBS, kita tahu lah DBS bank besar di Singapura ya, kerja sama dengan beberapa modal ventura dengan kami, mudah-mudahan lah ada yang beli beberapa start up kita," pungkasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat