uefau17.com

Konflik Rusia-Ukraina Memanas Bikin Bursa Saham Global Rontok - Saham

, Jakarta - Bursa saham global bereaksi terhadap serangan Rusia ke Ukraina pada Kamis, 24 Februari 2022. Serangan Rusia tersebut memicu kebuntuan diplomatik yang panjang menjadi konflik militer.

Presiden Rusia Vladimur Putin mendeklarasikan “operasi militer khusus” pada Kamis pagi. Hal ini terjadi dua hari setelah resmi mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur sebagai wilayah merdeka.

Laporan segera muncul dari ledakan di Kiev, dan kota-kota lain di seluruh negeri. Sementara itu, lebih banyak tentara Rusia tiba di pantai selatan Ukraina.

Amerika Serikat dan Eropa telah berjanji untuk meminta pertanggung jawaban Moskow dengan sanksi lebih berat dan substansial terhadap Rusia saat ini.

Bursa saham Eropa turun tajam. Indeks Stoxx 600 tergelincir lebih dari tiga persen ke titik terendah pada 2022. Indeks DAX Jerman merosot lebih dari empat persen.

Bursa saham Asia Pasifik anjlok. Penuruunan terbesar di indeks Hong Kong Hang Seng yang susut 3,2 persen.

Bursa saham Amerika Serikat juga tertekan. Indeks Dow Jones melemah lebih dari 700 poin. Indeks Nasdaq tergelincir lebih dari dua persen sehingga masuk tren melemah. Indeks S&P 500 merosot 2,2 persen.

Bursa saham Moskow sempat berhenti sementara pada Kamis pagi seiring saham Rusia melemah. Kemudian kembali dibuka pada pukul 10.00 waktu Moskow. Indeks MOEX Rusia melemah 34,4 persen dan indeks RTS Moskow susut hampir 40 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Komoditas Menguat

Sementara itu, harga minyak melonjak. Harga minyak Brent sentuh posisi di atas USD 100 per barel untuk pertama kali sejak 2014. Harga minyak Brent bertambah 7,4 persen ke posisi USD 104,09 per barel. Kemudian harga minyak berjangka Amerika Serikat naik 6,4 persen ke posisi USD 98,01 per barel.

Di sisi lain, harga emas naik hampir 1 persen ke posisi USD 1.925,70 seiring investor cari teman berlindung yang aman.

Investor global bersaing tidak hanya dengan ketidakpastian atas durasi dan tingkat konflik yang terjadi tetapi juga oleh potensi kekurangan pasokan, inflasi yang memburuk karena lonjakan harga energi. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan risiki kebijakan dari bank sentral.

"Volatilitas yang meningkat pada ekslasi konflik menunjukkan pasar belum sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan konflik yang lebih dalam,” kata Kepala Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat