, Bandung - Lestarikan alam hanya celoteh belaka. Oh, jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa, kini tinggal cerita. Bencana erosi selalu datang menghantui, tanah kering kerontang, banjir datang itu pasti. Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi musnah dengan sendirinya akibat rakus manusia.
Dengan suara separuh sumbang, lagu "Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi" karya Iwan Fals itu dilantunkan Fajar Ramadan dan karib-karibnya di depan hangat api unggun, Minggu malam, 28 Januari 2024 lalu.
Baca Juga
Mereka yang berkumpul adalah anak muda anggota Komunitas Pecinta Alam (KPA) Lancah. Meski lelah sehabis turun gunung dari Gunung Kolotok, Kabupaten Bandung, Fajar dan teman-temannya masih cukup tenaga untuk bercengkrama dan saling berbagi kisah kecintaan dan harapan mereka akan kelestarian alam.
Advertisement
"Manusia harus mencintai dan merawat alam untuk kehidupan berkelanjutan, bukan hanya untuk sekarang saja," kata lelaki berusia 24 tahun itu kepada di pinggiran lapangan voli Kampung Sukanagara, Desa Mekarsari, Kecamaten Pacet, Kabupaten Bandung.
Selama tiga hari, dari tanggal 26-28 Januari 2024, Fajar dan senior lainnya membimbing adik-adik mereka yang akan jadi anggota muda KPA Lancah. Fajar jadi salah satu panitia Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) angkatan ke-3 KPA Lancah itu.
Diklatsar diisi ragam kegiatan dari mulai penyampaian materi dasar seperti cara menyalakan api, cara bertahan di hutan, navigasi darat, hingga vertical rescue, serta soal merawat solidaritas antarkawan.
Menurut Fajar, anak muda penting untuk aktif di komunitas pencinta alam. Dengan berkumpul dan berorganisasi, mereka bisa saling belajar menumbuhkan kepedulian pada lingkungan, pun lebih memahami hubungan diri dengan alam.
"Jadi pendaki gunung adalah pilihan, tapi jadi pencinta alam adalah kewajiban. Semua orang mesti mencintai dan merawat alam dengan cara yang ia bisa," kata lelaki yang juga dikenal sebagai Fajar Kaldera itu.
"Mendaki gunung, masuk ke hutan, bagi saya terasa membentuk karakter diri agar jadi manusia yang lebih memerhatikan alam. Sekarang banyak terjadi bencana, longsor, banjir dan sebagainya karena hutan kian kritis," imbuhnya.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Lalakon Carita Kahirupan
Trash Bag Community atau Komunitas Peduli Kebersihan Gunung, membuat lingkungan gunung di Indonesia lebih bersih dan indah.
KPA Lancah disepakati berdiri sejak 6 Juni 2016. Dirintis sekian pendiri yang di antaranya seorang guru dan pegiat kebudayan Sunda, Ius Rusli alias Ki Jagur (47).
Dia bercerita, nama Lancah diambil dari Bahasa Sunda yang berarti laba-laba, juga berupa akronim dari Lalakon Carita Kahirupan, secara bebas dapat diartikan perjalanan cerita kehidupan.
"Apapun yang kita dengar, lihat atau rasa itu adalah pelajarannya tergantung kita membacanya. Pelajaran yang tersurat atau tersirat. Yang tersirat tuh, ya, ini semua (alam semesta), pohon, suara kodok," ujarnya.
Bagi Ki Jagur, hidup adalah suatu perjalanan berkisah dalam bentuk ucapan dan tingkah polah, entah baik atau buruk, sepanjang usia.
Setiap manusia mesti berupaya menorehkan cerita yang baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, pun alam sekitar. Harga diri itu terletak pada cerita apa yang kita ukir semasa hidup.
"Selama kita hidup berarti kita mempunyai cerita, cerita kehidupan kita disebutnnya lalakon. Bagaimana kita selama ini berhubungan dengan alam adalah bagian di antaranya," kata dia.
KPA Lancah didorong oleh semangat bermain, berbuat baik pada sesama, dan pelestarian lingkungan. Kata Ki Jagur, semangat dan nama KPA Lancah pun terinspirasi dari surat laba-laba, surat Al Ankabut dalam Al-Qur'an.
"Kurang lebih disebutkan bahwa hidup adalah tempat senda gurau dan permainan belaka, bagi mereka yang mengetahuinya. Kalau dalam Bahasa Sunda mah alam dunya teh tempat kaulinan jeng kaheureuyan, eta ge lamun maraneh nyaho," katanya.
"Makanya, hidup adalah ulin (bermain). Dengan banyak ulin kita bisa banyak mengetahui. Saat ulin itu ada silaturahmi dengan sesama termasuk dengan alam. Silaturahmi membukakan pintu-pintu kebaikan. Ulin itu kudu (harus) dan jangan lupa ceria," lanjutnya.
Sejak berdiri, KPA Lancah sudah memiliki tiga angkatan. Kebanyakan merupakan pelajar yang mukim di kisar Kecamatan Pacet, Ciparay, Majalaya. Meski begitu, komunitas mereka adalah perkumpulan umum, anak-anak muda dari berbagai latar sosial bisa berkumpul.
"Untuk masuk KPA lancah syaratnya hanya dua. Izin orang tua dan berkeinginan berorganisasi, maksudnya bergerak, bekerja, berkehidupan. Tidak jadi masalah mau siswa SMA, kuliah atau pengangguran karena kita semua sama-sama manusia. Selama ada kemauan dan dilaksanakan, punya niat baik dan niat baik itu dilaksanakan, Insha Allah bakal jadi nilai," katanya.
KPA Lancah kerap menyorot masalah sampah dan penghijauan lahan. Dengan menenam pohon, kata Ki Jagur, semoga bisa menjadi sedekah oksigen, bekal amal yang panjang.
Advertisement
Keresahan Soal Kerusakan Alam
Baru-baru ini tantangan #TrashChallenge menjadi viral. Tantangan ini mengajak orang-orang membersihkan lingkungan dengan mengumpulkan sampah yang ada di sekitar.
Ajeng Siti Sopiah (16), Widiawati Komalasari (19), Alifiannur (18), dan Fahmi (19), adalah empat anak muda yang baru dilantik jadi anggota muda KPA Lancah di lapangan voli Kampung Sukanagara, Desa Mekarsari, Kecamaten Pacet, Kabupaten Bandung, pekan lalu, 28 Januari 2024.
Mereka sama-sama memendam kecintaan, harapan dan keresahan soal lingkungan. Ajeng, misalnya, merasa jika persoalan sampah di lingkungannya adalah masalah yang mesti diselesaikan bersama-sama. Sampah bisa turut jadi pangkal kerusakan alam.
Ajeng juga resah soal wilayah hijau yang dilihatnya kian menyusut akibat alih fungsi lahan jadi perumahan-perumahan.
"Di gunung, di daerah itu kan banyak pohon. Terus ditebang untuk bikin perumahan. Serapan airnya jadi kurang. Soal sampah juga. Aku sering lihat (sampah-sampah) di sungai, sungainya jadi tersendat lalu banjir," ucapnya.
Kita harus menjaga alam, kata Ajeng. Kita harus sadar hidup berdampingan dengan alam. Kita butuh alam. Ketika kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita.
Di samping Ajeng, Widiawati pun punya keresahannya sendiri. Dia resah melihat kerusakan daerah resapan air yang dinilai dapat memicu bencana longsor di Kabupaten Bandung.
"Longsor itu kan karena ulah manusia juga. Sangat bahaya kalau pohon di gunung itu terus berkurang karena ditebang. Pohon itu bisa menahan air, tanahnya jadi kuat. Pohon juga menghasilkan oksigen. Kalau tidak menjaga alam, akibatnya akan kita rasakan sendiri berupa bencana," kata Ajeng.
Sementara Fajar Kaldera, mengaku tengah resah soal ancaman alih fungsi cagar alam menjadi taman wisata alam. Dalam hal ini, Fajar menyinggung Keputusan Menteri LHK Nomor SK.25/Menlhk/Setjen/PLA.2/1/2018 tentang Perubahan Fungsi Sebagian Cagar Alam menjadi Taman Wisata Alam.
Fajar resah dengan perubahan status Cagar Alam Kamojang di Kabupaten Bandung dan Cagar Alam Gunung Papandayan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menjadi Taman Wisata Alam.
"Parahnya lagi kawasan cagar alam, kawasan konservasi, sudah dirusak oleh segerombolan manusia tidak bertanggung jawab," katanya.
"Kenapa menjadi keresahan buat saya? karena mungkin nanti beberapa tahun yang akan datang, bencana ekologi, bencana kemanusiaan akan terus terjadi bahkan bisa lebih parah. Dan generasi saya dan adik-adik saya sangat mungkin yang akan menanggungnya" tegas Fajar.
Jaring Lancah di FKPA
Sebanyak 47 komunitas pecinta alam gelar pawai tolak penggunaan plastik di Bundaran HI hingga Monas.
KPA Lancah kini turut jadi bagian dalam Forum Komunitas Pencinta Alam (FKPA) Kabupaten Bandung. Sekjen FKPA Kabupaten Bandung, Wisnu Budi Irawan, mengatakan, KPA Lancah menjadi komunitas pencinta alam umum yang berjejaring dengan anggota forum lainnya.
Berdasarkan pendataan FKPA, kata Wisnu, ada sekitar 540 komunitas pencinta alam se-Kabupaten Bandung yang masuk forum. Tapi yang aktif tercatat 270 komunitas, baik KPA umum, sispala di sekolah, maupun mapala di tingkat universitas.
"Yang mendorong dibentuknya FKPA di Situ Cisanti pada 2005 lalu itu adalah munculnya ketakutan terhadap lingkungkan tempat tinggal kita sehari-hari, baik kawasan hutan, kampung halaman, yang semakin ke sini itu semakin rusak," kata Wisnu.
Wisnu menyampaikan, fokus FKPA di antaranya mendata lahan kritis dan melakukan penghijauan lahan-lahan kritis, penyelamatan mata air, kebencanaan, serta pelestarian seni budaya lokal.
"Dari tahun 2005 sampai hari ini, Alhamdulillah teman-teman ini tanpa ada bantuan dari pemerintah kabupaten pun tetap bergerak. Selama ini kita mengandalkan uang kas atau hasil dari patungan atau reongan, swadaya kelompok," katanya.
Wisnu berharap, anak muda di KPA Lancah bisa terus tumbuh menjadi individu yang peduli sesama dan alam sekitar. Berjejaring dengan komunitas lain, sehingga kelak turut jadi bagian masyarakat yang sadar akan hubungannya dengan alam.
"Kita semua itu sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, dan kita manusia ini bisa jadi adalah sumber masalah. Tapi ingat, kita juga bisa berupaya untuk turut menjadi solusi dalam masalah lingkungan," katanya.
Advertisement
Susutnya Lahan Hijau
KYAAA! Behind The Scene Cinta Anak Muda Hadir Nih untuk Fevers!
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat (Jabar) menyoroti masalah alih fungsi lahan di Kawasan Bandung Selatan (KBS). Ancaman yang kiranya sedang dijelang akibat masalah lingkungan itu adalah krisis air.
Tidak hanya jadi ancaman serius bagi KBS, penyempitan lahan terbuka hijau itu juga diyakini bakal berimbas ke daerah lainnya di sekitar Cekungan Bandung.
Amatan Walhi Jabar, alih fungsi lahan di KBS masif terjadi akibat beberapa kepentingan di antaranya perluasan pemukiman, industri dan pembukaan kawasan wisata.
Kondisi kini diyakini bisa semakin parah mengingat Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN).
Alih fungsi lahan untuk pemukiman di antaranya terjadi di daerah seperti Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, Ciparay, Arjasari, Katapang, Soreang, Majalaya, Solokan Jeruk, Cicalengka dan Rancaekek.
Lahan terbesar yang berubah menjadi pemukiman adalah kawasan pertanian. Padahal, seburuk-buruknya wilayah pertanian dianggap masih bisa meresapkan air. Berbeda dengan lahan pemukiman, tanah-tanah akan tertutup dengan tembok dan aspal jalan.
Merujuk opendata.jabar, tercatat seluas 907.683,68 hektare lahan kritis di Jawa Barat per 2022 lalu. Diduga, luasan lahan kritis tersebut semakin bertambah tiap tahun, seiring dengan intervensi berbagai kegiatan, salah satunya rencana-rencana kegiatan infrastruktur serta pembangunan properti, tambang, dan maraknya izin usaha wisata alam di Jawa Barat.
Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Wahyudi Iwang, mengatakan, dari tahun ke tahun wilayah Provinsi Jawa Barat mengalami deforestasi serta degradasi kawasan hutan yang signifikan.
Bentang alam berubah akibat alih fungsi lahan yang berlebihan, baik daerah perdesaan, rural hingga daerah urban.
Khusus di Bandung Raya, lahan yang berstatus sangat kritis di Kabupaten Bandung tercatat seluas 46.678,84 hektare, Kabupaten Bandung Barat seluas 53.018,62 hektare, Kota Cimahi seluas 616,03 hektare dan Kota Bandung 837,42 hektare.
Memasuki 2024 ini, luasan lahan kritis itu diduga kian bertambah, di antaranya terjadi penyusutan tutupan lahan (Tuplah) di Bandung Raya.
"Kebijakan pemerintah pun paling dominan juga memberikan kontribusi kuat terhadap masalah tersebut," kata Iwang.
Bintangi Cinta Anak Muda, Berikut Fakta Febby Rastanty
Terkini Lainnya
Arief S Kartasasmita, Rektor Anyar Unpad Janji Ongkos Kuliah Bakal Terjangkau
600 Ribu Ton Sampah Hanyut ke Sungai Berujung di Laut, 4 Juta Ton Dibakar Cemari Udara
PT KA Bandung Ubah Jadwal 3 Perjalanan Kereta Api Mulai Juli 2024
Lalakon Carita Kahirupan
Keresahan Soal Kerusakan Alam
Jaring Lancah di FKPA
Susutnya Lahan Hijau
Bandung
Kabupaten Bandung
KPA Lancah
Komunitas Pecinta Alam
Gunung Kolotok
Kerusakan Lingkungan
Rekomendasi
600 Ribu Ton Sampah Hanyut ke Sungai Berujung di Laut, 4 Juta Ton Dibakar Cemari Udara
PT KA Bandung Ubah Jadwal 3 Perjalanan Kereta Api Mulai Juli 2024
Guru Besar ITB: Warga Indonesia Telan 52 Juta Partikel Mikroplastik per Bulan
3 Faktor Pemicu Kekerasan Seksual: Insting, Relasi Gender, dan Kuasa
Ramah Lingkungan, Masyarakat Sukabumi Langgengkan Produk Anyaman Bambu
Catat, 6 Kuliner Nikmat Restoran Sunda di Bandung
BPS Catat Ada 3,85 Juta Penduduk Miskin di Jabar
Mengenal Latar Belakang Pendirian Museum Konferensi Asia Afrika Bandung
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
HEADLINE: Skandal Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat DKPP, Berujung Proses Pidana?
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Survei WRC Pilkada Sulut 2024: Elektabilitas Jan Maringka 27,3%, Disusul Elly Lasut 27,1%
Survei GRC Jelang Pilkada Jember 2024: Mantan Bupati Faida Unggul, Disusul Petahana Hendy Siswanto
PKB Tegaskan Tidak Dukung Ridwan Kamil di Pilkada Jabar 2024
Demokrat Rekomendasikan Dukungan ke 3 Paslon Ini untuk Pilkada Papua Barat, Babel, dan Jambi
Coklit Pilkada 2024 Sudah Sasar 16,6 Juta Pemilih di Jatim, Target Tuntas di Hari ke-20
TOPIK POPULER
Populer
Refleksi Perjalanan Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto dalam Buku Jurnalis Liputan6.com
Guru Besar ITB: Warga Indonesia Telan 52 Juta Partikel Mikroplastik per Bulan
3.43 Hektare Terumbu Karang Dirusak Reklamasi di Anambas
Lagu Tema Film 'My Hero Academia The Movie 4: You’re Next' Karya Vaundy
Projo Siap Menangkan Danny Pomanto di Pilgub Sulsel, Jokowi Tersenyum
Lautan 'Rongsokan Bertuan' Roda Dua di Halaman Mapolres Garut, Kapan Diambil ?
Ambung Gila, Permainan Mistis yang Libatkan Roh
3 Faktor Pemicu Kekerasan Seksual: Insting, Relasi Gender, dan Kuasa
Euro 2024
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Spanyol Vs Jerman: Der Panzer Manfaatkan Status Tuan Rumah
Timnas Spanyol Percaya Diri Jelang Duel Perempat Final Euro
Berita Terkini
Bacaan Niat Puasa Daud, Tata Cara, dan Waktu Pelaksanaannya yang Perlu Diketahui
Potret Afgan Bareng Dita Secret Number dan Zayyan Xodiac, Sukses Konser di Seoul
Hoaks Foto Vladimir Putin dan Kim Jong-un Angkat Gelas Bir di Klub Malam
Kronologi OJK Coba Selamatkan Kresna Life Sebelum Akhirnya Cabut Izin Usaha
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Infinity Castle Bakal Tayang di Bioskop sebagai Film Trilogi, Jadi Puncak Kisah Animenya
Saksikan FTV Kisah Nyata Sore Spesial di Indosiar, Jumat 5 Juli 2024 Via Live Streaming Pukul 16.00 WIB
5 Kode Redeem Zenless Zone Zero Juli 2024, Jangan Sampai Ketinggalan!
Cara Cek Bantuan BPNT Online, Cukup dengan HP
Jokowi Buka-bukaan soal Swasembada Pangan, Mengapa Sulit Terwujud?
Top! Bank Mandiri Borong 8 Penghargaan di Asian Banking & Finance Awards 2024
Megawati Sebut Ada Ilalang Ambisius Kejar Kekuasaan, Singgung Siapa?
Dramatis, Ibu di India Melahirkan di Atas Perahu Akibat Banjir