uefau17.com

Mengenal Golok Sulangkar, Senjata Khas Banten yang Sarat Akan Mitos dan Keberuntungan - Regional

, Jakarta - Golok merupakan jenis senjata yang serupa dengan parang atau pedang, tetapi berukuran lebih pendek. Di wilayah Banten, senjata semacam ini dikenal dengan dua nama, yaitu golok dan bedog, meskipun secara fisik keduanya serupa dan memiliki penampilan yang mirip, tetapi, keduanya memiliki perbedaan dalam makna dan fungsi mereka.

Menurut keterangan dari laman Kementerian Hukum dan HAM wilayah Banten, Golok sulangkar adalah sebuah senjata tradisional dengan sejarah yang kaya di Provinsi Banten. Senjata ini memiliki karakteristik khusus dalam hal pembuatan, mengikuti tradisi tak tertulis yang telah diteruskan dari generasi ke generasi sejak zaman Kesultanan Banten.

Produk yang dikenal dengan sebutan golok sulangkar memiliki reputasi yang kaya dengan banyak keistimewaan. Sejak zaman dahulu, golok sulangkar telah dipercaya memiliki kualitas istimewa yang tidak bisa dianggap enteng.

Golok sulangkar telah menjadi terkenal secara luas dan menjadi ciri khas alat dalam kesenian debus Banten. Sejarah golok sulangkar sangat erat terkait dengan perkembangan Kesultanan Banten itu sendiri, yang memainkan peran penting dalam budaya dan sejarah daerah ini. Golok adalah jenis senjata yang sangat umum digunakan pada masa lalu, termasuk dalam perjuangan melawan penjajah.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Legenda Mistis

Seperti halnya Keris di Jawa, Golok Sulangkar memiliki aspek nilai mistis yang melekat padanya. Banyak yang meyakini bahwa Golok Sulangkar memiliki kekuatan supranatural yang sangat kuat, yang dapat digunakan untuk "mengatasi" musuh.

Penting untuk dicatat bahwa "mengatasi" dalam konteks ini tidak selalu berarti menggunakan golok untuk melukai fisik musuh, terkadang, golok dapat memainkan peran penting dalam mediasi dan meredakan perselisihan antara pihak yang bersengketa.

Selain aspek mistis, golok sulangkar juga dikenal memiliki keunggulan dalam hal fungsi. Konon, luka yang disebabkan oleh golok sulangkar, sekecil apa pun, akan kesulitan sembuh. Bahkan, jika golok disayatkan ke pohon pisang muda, pohon tersebut akan mengalami pembusukan dan mati secara tiba-tiba.

Kehadiran seseorang yang membawa golok sulangkar ke tempat di mana konflik sedang terjadi, diyakini dapat meredakan ketegangan dan perselisihan. Golok Sulangkar juga dipercayai memiliki kemampuan untuk menenangkan perasaan yang marah, panas, dan penuh amarah. Ini menunjukkan bahwa senjata ini bukan hanya digunakan dalam konteks fisik, tetapi juga sebagai simbol perdamaian dan penyejuk dalam situasi konflik.

Berdasarkan laporan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), terdapat suatu kisah menarik dari masa Kesultanan Banten. Pada suatu waktu, terlahir seorang bayi yang memiliki kelainan, karena ia terus-menerus menangis tanpa henti, dan tak ada yang bisa meredakan tangisannya, Sultan pun memutuskan untuk mengadakan sebuah sayembara yang menjanjikan hadiah kepada siapa pun yang bisa membuat bayi itu berhenti menangis dan bersedia merawatnya.

Tidak lama kemudian, muncul seorang pria bernama Ki Gede. Dengan keajaibannya, Ki Gede berhasil membuat bayi tersebut berhenti menangis. Sultan lalu mengumumkan Ki Gede sebagai pemenang sayembara, memberikan hadiah berupa palu godam, yang kemudian diberi nama "Godam Si Denok."

Selain cerita-cerita heroik, golok sulangkar juga dikenal memiliki aspek mistis. Dalam beberapa legenda, senjata ini digunakan dalam upacara-upacara khusus untuk mengusir roh jahat atau untuk memberikan perlindungan terhadap energi negatif. Pemilik golok sulangkar diyakini memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat senjata ini agar tetap dalam kondisi yang baik, sehingga dapat terus memberikan perlindungan dan keberuntungan.

3 dari 3 halaman

Pembuatan Golok Sulangkar

Menurut informasi yang dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Besi Sulangkar adalah jenis besi yang berasal dari injakan atau footstep delman serta kendaraan sado yang sudah tua. Komponen besi injakan delman inilah yang disebut sebagai besi sulangkar. Terdapat kemungkinan bahwa besi pelat sulangkar juga bisa diperoleh dari bekas pelat mobil bekas, bahan kikir bekas, bahkan ranjang besi bekas.

Syarat utama adalah bahwa besi sulangkar yang digunakan harus asli, berasal dari jenis pelat hitam yang sudah tua dan pernah digunakan oleh generasi sebelumnya atau merupakan barang bekas. Konon, dalam kepercayaan masyarakat di Ciomas, besi-besi kuno diyakini memiliki unsur mistis yang kuat, sehingga saat dijadikan golok, mereka masih memancarkan aura mistis yang melekat pada golok tersebut.

Pembuatan golok sulangkar dimulai dengan pemilihan bahan baku yang kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu yang sangat tinggi, lalu ditempa dengan teliti untuk membentuk bilah Golok Sulangkar. Proses pemanasan dan penempaan ini memainkan peran penting dalam membentuk lengkungan yang khas dari bilah Golok Sulangkar.

Setelah bilah selesai dibentuk, langkah berikutnya adalah memberikan sentuhan artistik pada gagang Golok Sulangkar. Gagang ini sering diukir dengan motif-motif yang indah dan maknawi yang mewakili budaya dan kepercayaan setempat. Pandai pandai besi menggunakan alat-alat tradisional seperti palu dan pahat untuk membuat ukiran-ukiran yang rumit dan menghiasi gagang Golok Sulangkar.

Proses terakhir adalah tahap perawatan dan finishing. Golok Sulangkar diasah dengan cermat untuk memastikan bahwa bilahnya tajam dan siap digunakan. Beberapa pandai besi bahkan menguasai teknik tempering, yang memberikan kekuatan ekstra pada bilah senjata.

Proses pembuatan golok sulangkar memerlukan waktu, ketelitian, dan dedikasi yang tinggi. Setiap senjata dihasilkan dengan tangan oleh para perajin yang berpengalaman, yang melestarikan tradisi lama pembuatan senjata ini. 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat