, Kendari - Selama Agustus hingga awal November 2019, Kota Kendari dan sekitarnya nyaris tak pernah diguyur hujan. Suhu udara hingga mencapai 37 derajat celsius di beberapa lokasi ini, menyebabkan ribuan ekor ayam mati karena overheat (panas berlebih).
Ayam yang ditemukan mati, berasal dari jenis ayam pedaging (broiler). Ternak yang biasanya mulai dipanen sejak berusia 35 hari, dilaporkan sejumlah peternak, mengalami lemas sebelum ditemukan menjadi bangkai.
Dari puluhan peternak yang tersebar di sejumlah wilayah, rata-rata mengeluhkan cuaca jadi penyebab ayam mati tiba-tiba. Padahal, peternak sudah mengantisipasi dengan kipas angin besar dan menyiram ayam setiap 2-3 jam sekali, sejak pukul 07.00 Wita hingga menjelang petang.
Advertisement
Baca Juga
Dari puluhan kelompok peternak ayam pedaging di Kota Kendari, rata-rata melaporkan ayam peliharaan mereka ditemukan mati lemas. Jumlahnya mencapai puluhan hingga ratusan ekor setiap peternak.
Febri Tamenk, seorang peternak di wilayah Kelurahan Mangga Dua Kecamatan Kendari, menyatakan, ayam miliknya yang mati mencapai 320 ekor. Padahal, banyak yang sudah siap panen.
"Tiba-tiba saja. Awalnya, malas makan, seperti kelelahan kemudian mati dalam kandang," ujar Febri.
Febri menjelaskan, ayam mati tidak serentak. Namun, berturut-turut selama beberapa hari. "Mau diapakan lagi, langsung kita kuburkan," ujarnya.
Peternak lainnya, Ayu, mengungkapkan, ayam miliknya yang mati hampir mencapai 100 ekor. Penyebabnya, gelombang cuaca panas yang nyaris tak bisa diatasi sejumlah peternak di Kota Kendari dan sekitarnya.
"Padahal, kami sudah berupaya memberikan kipas di kandang, namun tetap mati," ujarnya.
Kondisi ayam mati mendadak ini, menyebabkan peternak mengalami kerugian hingga puluhan juta.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ayam Tak Kuat Makan
![Peternak, menaruh kipas angin di dalam kandang untuk mengantisipasi cuaca panas. (/Ahmad Akbar Fua)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/MoLdRdV_QOdCjxbUot8ZM4MQXGg=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2958292/original/085696200_1572927381-IMG_20191028_100529.jpg)
Cuaca panas di Kendari selama Oktober, menyebabkan ayam pedaging tak kuat makan. Padahal, beberapa peternak sudah berupaya memberikan makanan dengan porsi normal.
Makanan yang diberikan, jenis pelet berasal dari campuran berbagai jenis tepung dan ikan yang dihaluskan. Namun, daya konsumsi ayam melemah, sebelum ditemukan mati.
"Kita berikan tiga kali sehari. Tapi kadang tak habis," ujar Febri.
La Husuni, distributor bibit ayam yang menyuplai ayam broiler di Kota Kendari mengatakan, kerap dilaporkan terkait kerugian peternak. Namun, kondisi cuaca panas di luar kendalinya.
"Kami kerap memberikan solusi bagi peternak dengan cara menaruh kipas di dalam kadang lebih dari biasanya," ujar La Husuni.
Selain itu, peternak bisa melakukan penyemprotan rutin dengan air. Hal ini, untuk mengatisipasi overheat yang dialami ayam.
"Solusi lainnya, batasi pemberian makanan yang mengandung asam amino tinggi sehingga tingkat stres menurun," ujarnya.
Dia menjelaskan, asam amino yang tinggi bisa menghasilkan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat yang berlebih, menyebabkan suhu tubuh ayam meningkat.
Untuk menyuplai nutrisi, peternak bisa memperbanyak pakan ayam dengan asupan vitamin. Hal ini yang kadang diabaikan peternak.
Dia menambahkan, porsi makan ayam malam hari, bisa dikurangi dan diganti vitamin. Tujuannya, untuk mengurangi karbodhidrat yang memicu meningkatnya panas tubuh.
"Pakan juga bagusnya digantung, sehingga bisa mengurangi agresivitas saat melahap pakan," ujarnya.
Advertisement
Penjelasan BMKG
![Sejumlah lokasi lahan di Kota Kendari dan sekitarnya, dibuka dan dijadikan perumahan. (/Ahmad Akbar Fua)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/5Q0OtzlXN7NQBMU3HzGUlbtJJXI=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2958293/original/070596300_1572927382-IMG_20181127_133347.jpg)
Kepala seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meterologi Maitim Kendari, Adi Istiyono menjelaskan, tahun 2019 menjadi lebih panas dari tahun sebelumnya untuk wilayah Kota Kendari dan sekitarnya. Hal ini, disebabkan beberapa faktor.
Pertama, karena kelembabapan berurang dibawah 50 persen. Ditambah, uap air di amotsfir berkurang.
Selain itu, penyebab lainnya karena kondisi lingkungan. Dia menjelaskan, pembangunan dimana mana, menyebabkan oksigen berkurang.
"Ini disebabkan daerah tutupan lahan berkurang. karena banyak perumahan, ruko dan beton yang menggunakan daerah tutupan lahan yang baru dibangun," katanya.
Dia merinci, sejak Agustus, hampir tidak terjadi hujan di wilayah Kendari dan sekitarnya. Hanya terjadi hujan pada beberapa wilayah saja, itupun tidak berlangsung lama.
Pada Oktober lalu, sejumlah wilayah di Ranomeeto seperti Bandara Udara Halu Oleo dan Konawe Selatan bahkan mencapai hingga 37 derajat celsius.
"Untuk daerah di pinggiran laut di Kendari, rata-rata sekitar 33 sampai 34 derajat celsius karena memang masih banyak daerah tutupan berupa pohon bakau," ujar Adi Istiyono.
Dia menambahkan, dari dinamika atmosfir dan pantauan cuaca, hujan diprediksi pada November pekan ketiga. Menurutnya, kondisi ini normal saja karena tak ada gangguan badai elnino dan lanina di wilayah Samudera Pasifik.
"Saat ini, matahari ada di selatan indonesia. Sehingga, Sulawesi Tenggara masih berada dibawah daerah seperti Semarang, Jawa Timur yang tingkat panasnya bisa mencapai 38 derajat," katanya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Ratusan ayam milik peternak di Jombang, Jawa Timur mati mendadak, Kamis (31/10/2019 ) siang. Diduga ayam tak kuat bertahan dengan suhu panas ekstrem.
Terkini Lainnya
Mati Lampu, Restoran Ayam Ruben Onsu Merugi
Makan Umpan Ayam, Buaya Raksasa Mati Mengenaskan di Tangan Warga
Puluhan Ayam Mati Kaku Secara Misterius di Banyuwangi
Ayam Tak Kuat Makan
Penjelasan BMKG
Ayam Mati
ayam potong kendari
Ayam Potong
cuaca kendari
ayam mati kepanasan
bmkg kendari
Euro 2024
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Copa America 2024
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Kapan Pilkada 2024? Simak Jadwal Persiapan dan Penyelenggaraannya
Jelang Pilkada 2024, Masyarakat Aceh Barat Diminta Tak Terprovokasi Hoaks
Proses Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Simak Tanggung Jawab dan Masa Kerjanya
Tugas Pantarlih Pilkada 2024, Pahami Tanggung Jawab dan Besaran Gajinya
Alasan DPD PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier Maju Pilkada Jakarta: Otot Politiknya Kuat
TOPIK POPULER
Populer
Gempa Batang Jateng Merusak Rumah Warga, Sejumlah Orang Luka-Luka
Pegi Setiawan Bebas, Kuasa Hukum Vina: Memang Terbukti Ada Kecerobohan Polisi
Kemenparekraf Perkenalkan Program Senandung Dewi 2024 dalam Kolaborasi Penglipuran Village Festival XI
Alasan Indonesia Harus Impor Beras
Festival Bulan Juni 2024 Sukses Digelar di Palembang
Bangunan Liar di Bukit Talumolo Diduga jadi Penyebab Kota Gorontalo Diterjang Banjir
Dari Mojang Bandung, Harashta Toreh Sejarah jadi Miss Supranational 2024
Datang ke Polda Sumut, Putri Korban Kebakaran Rumah Wartawan di Karo Buat Laporan Polisi
Buka Layanan Paspor 'After Hour', Imigrasi Tanjungpandan Raih Penghargaan di Belitung Expo 2024
Antisipasi Bencana, Sekda Sebut Jabar Perlu Manajemen Penanggulangan Super Team
Pegi Setiawan
Profil Eman Sulaeman, Hakim PN Bandung yang Kabulkan Praperadilan Pegi Setiawan
5 Fakta Terkait Pegi Setiawan Bebas dari Tahanan, Kabulkan Gugatan Praperadilan
Pegi Setiawan Bakal Dibebaskan, Komnas HAM Pastikan Penyelidikan Kasus Vina Cirebon Berlanjut
Hotman Paris Ajak Pegi Setiawan Makan Ramen Setelah Status Tersangka Kasus Vina Cirebon Batal
Pegi Setiawan Bebas, Polri: Jadi Evaluasi Bersama
Berita Terkini
3 Anak Tewas dalam Insiden Kebakaran Rumah, Seorang Pria Diamankan Polisi Australia
Adhi Karya Kantongi Kontrak Baru Rp 10,2 Triliun hingga Juni 2024
Pemuda Jakbar yang Berani Lawan Begal saat Mau Tes Bintara Dapat Penghargaan dari Kapolri
Jokowi Lepas Bantuan Kemanusiaan untuk Papua Nugini dan Afghanistan
Kawasan GBK Diusulkan Jadi PSN Khusus Olahraga dan Hiburan
Sering Lupa Menaruh Barang? Coba Baca Doa ini
11 Manfaat Selada Bagi Kesehatan, Simak Cara Menyimpan Agar Tetap Segar
Comeback Lagi Main Sinetron di SCTV, Irish Bella Harus Pintar Bagi Waktu dan Jaga Penampilan
Profil Eman Sulaeman, Hakim PN Bandung yang Kabulkan Praperadilan Pegi Setiawan
5 Fakta Terkait Pegi Setiawan Bebas dari Tahanan, Kabulkan Gugatan Praperadilan
Pemain Vidio Original Series Ular Tangga Dara(h) Bagikan Cerita Syuting Menyeramkan Bersama Ular
Pembiayaan Multifinance Capai Rp 490,69 Triliun per Mei 2024
Kado HUT ke-50, Yamaha Hadirkan Premium Shop Pertama di Indonesia
Redmi Note 7 Spesifikasi dan Harga Terbaru, Resolusi Kamera 48 MP
Stadion Sepak Bola Gaza Kini Jadi Tempat Penampungan Warga Palestina