, Banyumas - Lebih dari sepekan api membakar Gunung Slamet di wilalayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Api menerobos perbatasan Brebes-Banyumas pada 19 September dan baru berhasil dipadamkan pada 27 September 2019, alias sembilan hari.
Api telah padam. Angka pasti luas kebakaran dan kerugiannya pun telah dihitung.
Namun, bahaya tak cukup sampai di situ. Kebakaran Gunung Slamet masih menyisakan bahaya laten, yang bisa saja muncul cepat maupun selang beberapa tahun.
Advertisement
Berdasar pemetaan oleh Perhutani, area yang terbakar berada di petak 58D-11, 58D-12, Wilayah RPH Karanggandul BKPH Gunung Slamet Barat. Dalam kebakaran tersebut, kerugian diperkirakan sebanyak Rp225 juta.
Baca Juga
Sekelas Perhutani, kerugian Rp225 ribu mungkin tak begitu berarti. Namun, secara ekologi dampak yang ditimbulkan berpotensi merugikan lebih besar.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Ariono Purwanto mengatakan dalam kebakaran Gunung Slamet, area resapan air seluas 30 hektare wilayah administratif Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Banyumas lenyap.
Dia khawatir, hilangnya resapan akan menyebabkan berbagai dampak yang merugikan masyarakat. Dampak pertama yang paling cepat adalah risiko banjir meningkat lantaran hilangnya area resapan yang luas di sebuah kawasan.
Bahaya banjir bandang bisa terjadi dalam jangka waktu cepat maupun lambat. Tahun pertama, sisa vegetasi masih mungkin menyerap tumpahan hujan. Namun, tahun-tahun berikutnya tak ada jaminan vegetasi yang rusak dalam kebakaran Gunung Slamet itu mampu bertahan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sekolah Alam MTs Pakis, Alternatif untuk Anak-anak di Lereng Gunung Slamet
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kerusakan Ekosistem
![Sisa kebakaran Gunung Slamet di ketinggian sekitar 2.650 mdpl. (Foto: /BPBD Banyumas/Muhamad Ridlo)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/FR-iQu4dVEr0Gg5FMo3t3mFtl_U=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2927465/original/059108400_1569955181-KEBAKARAN_GUNUNG_SLAMET_7-Ridlo.jpg)
"Dengan hilangnya catchment area adalah yang utama banjir. Karena tidak ada penahan air yang meresapkan ke bumi, ya," ucap Ariono, Minggu malam, 30 September 2019.
Risiko berikutnya adalah lenyapnya mata air lantaran hilangnya area resapan. Dampaknya bisa saja meluas. Misalnya, ikan terancam punah lantaran sungainya mengering.
Potensi bahaya berikutnya adalah meningkatnya laju sedimentasi di sungai-sungai yang berhulu di area resapan. Sungai akan mendangkal dan mengubah ekosistem sungai.
"Ekosistem tidak akan bisa berkembang. Misalnya ikan. Ikan bisa hilang karena airnya tidak ada," dia menerangkan.
Dampak jangka panjang juga sangat mungkin timbul dalam musibah kebakaran Gunung Slamet ini. Secara alami, sebuah ekosistem akan pulih usai rusak.
Akan tetapi, pemulihan ekosistem itu tak bisa terjadi serta merta atau dalam jangka pendek. Pemulihan, membutuhkan waktu lebih lama dibanding kali pertama vegetasi terbentuk.
Potensi lainnya adalah perubahan ekosistem endemik kawasan tertentu. Perubahan vegetasi misalnya, akan mengubah fauna yang tinggal di kawasan tersebut.
"Habitat masing-masing hewan berbeda. Ini yang harus menjadi perhatian," dia menerangkan.
Advertisement
Bahaya Alih Fungsi Lahan
![Kebakaran lereng Gunung Slamet, Banyumas, berlangsung sembilan hari antara 19-27 September 2019. (Foto: /Perhutani/Muhamad Ridlo)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/0KeTU_aLrCaUVEyo2XXZZY7kayA=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2927466/original/063959700_1569955181-KEBAKARAN_GUNUNG_SLAMET_4-Ridlo.jpg)
Ariono mengungkapkan, tiap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pasti membawa risiko alih fungsi lahan yang sengaja dilakukan. Contoh konkretnya adalah karhutla luar Jawa.
Bahkan, karhutla yang lantas berdampak alih fungsi lahan juga terjadi di Brebes. Menurut dia, kebakaran beberapa tahun lampau menyebabkan berhektar-hektar kawasan hutan di lereng Gunung Slamet berubah menjadi lahan pertanian.
"Masyarakat lantas menanaminya dengan berbagai komoditas pertanian," ujarnya.
Dari fakta itu, rasanya tak aneh jika kemudian muncul banjir di area yang sebenarnya bukan area genangan. Lenyapnya area tangkapan air menyebabkan air hujan menggelontor langsung ke area di bawahnya, termasuk permukiman penduduk.
Namun begitu, Ariono menilai alih fungsi lahan oleh manusia potensinnya kecil di Banyumas. Sebab, area kebakaran berada di 2.600 mdpl dan sulit dijangkau.
"Perubahan ini, ini memang, bisa soal waktu ya, pemulihan itu lebih lama. Tapi dampak pun tidak langsung. Mungkin tahun ini masih bisa menyerap, karena masih ada sisa-sisa. Tapi tahun depan akan hilang," dia memperingatkan.
Karenanya, BPBD dan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman membentuk tim untuk mempelajari ekosistem di kawasan yang terbakar di Gunung Slamet. Tim akan naik ke kawasan bekas kebakaran dan mempelajari dampak ekologi kebakaran ini.
Tim akan menilai, apakah perlu intervensi untuk memulihkan vegetasi seperti sedia kala. Jika diperlukan, maka tim akan beroordinasi dengan pihak terkait lainnya, seperti Perhutani dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
"Kita akan mempertahankan vegetasi dan ekosistem di wilayah tersebut. Karena terkadang ada tumbuhan ekspansif yang berpotensi mengubah vegetasi di sebuah kawasan," Ariono mengungkapkan.
Terkini Lainnya
Cerita 9 Hari Kebakaran Gunung Slamet
Duka di Balik Perjuangan Pemadaman Kebakaran Gunung Slamet
Sekat Raksasa untuk Membendung Kebakaran Gunung Slamet Banyumas
Kerusakan Ekosistem
Bahaya Alih Fungsi Lahan
Kebakaran Gunung Slamet
Dampak Kebakaran Gunung Slamet
Kebakaran Gunung
Banyumas
Ekosistem Gunung Slamet
Euro 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Alasan DPD PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier Maju Pilkada Jakarta: Otot Politiknya Kuat
Tahapan Pilkada 2024, Ini Jadwal Persiapan Sampai Pengumuman Perhitungan Suara
Ramai Artis Masuk Bursa Pilkada 2024, Cara Pragmatis Raih Modal Sosial dan Kapital
Alur Pilkada Serentak 2024, Catat Kapan Penyelenggaraannya
Pilkada Jakarta 2024, Suku Betawi Usulkan 5 Nama
Maju Pilkada, Sekda Kabupaten Tangerang Pamit Pensiun Dini
TOPIK POPULER
Populer
Pegi Setiawan Bebas, Kuasa Hukum Vina: Memang Terbukti Ada Kecerobohan Polisi
Polda Jabar Segera Jalankan Putusan Hakim PN Bandung: Bebaskan Pegi Setiawan
Isi Suara Kapten Divisi Pertama Gen Narumi, Seiyuu Kōki Uchiyama Bergabung di Episode Terakhir Anime Kaiju No. 8
Buka Layanan Paspor 'After Hour', Imigrasi Tanjungpandan Raih Penghargaan di Belitung Expo 2024
Pemblokiran Jalan Desa di Tasikmalaya Berakhir, Pemilik Lahan Senyum-Senyum Dapat Duit Rp10 Juta
Cerita Napi Lapas Pohuwato Pamerkan Karya Lukisan dari Balik Jeruji Besi
Momen Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Ikut Tapa Bisu di Kirab Malam 1 Sura Pura Mangkunegaran
Polisi Selidiki Asal Senjata Api Milik Anggota DPRD Lampung Tengah
Aniaya Warga Hingga Babak Belur di Kantor Polisi, Kanit Reskrim di Bone Dimutasi
Dari Mojang Bandung, Harashta Toreh Sejarah jadi Miss Supranational 2024
Pegi Setiawan
DPR Minta Nama Baik Pegi Setiawan Dipulihkan Usai Status Tersangkanya Gugur
Polda Jabar Segera Jalankan Putusan Hakim PN Bandung: Bebaskan Pegi Setiawan
Pegi Setiawan Segera Dibebaskan, Pengacara Akan Jemput ke Rutan Polda Jabar
Hakim Putuskan Pegi Setiawan Bebas, Polda Jabar Bakal Cari Pembunuh Vina Sebenarnya?
Hakim PN Bandung Sebut Penetapan Tersangka Pegi Setiawan Tidak Cukup Bukti
Polda Jabar: Hakim Tidak Menyebutkan Ganti Rugi, Hanya Hentikan Penyidikan dan Bebaskan Pegi Setiawan
Berita Terkini
Alasan DPD PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier Maju Pilkada Jakarta: Otot Politiknya Kuat
Jalani dengan Happy, Prilly Latuconsina Diet Apa Hingga Berhasil Turun 12 Kg?
Tahapan Pilkada 2024, Ini Jadwal Persiapan Sampai Pengumuman Perhitungan Suara
Tiba-Tiba Disuguhi Makanan saat Puasa Muharram, Apa yang Harus Dilakukan?
Spin-off Unit Usaha Syariah Tahun Depan, BTN Siapkan Dana Jumbo
Peruntungan Zodiak Aries di Tahun 2024: Peluang, Tantangan, dan Transformasi
Ramai Artis Masuk Bursa Pilkada 2024, Cara Pragmatis Raih Modal Sosial dan Kapital
Dompet Bitcoin Jerman Merosot di Bawah 40,000 BTC, Nilainya Rp 37 Triliun
IPO ISEA Oversubscribed 12,9 Kali, Emiten Incar Kolam Udang Baru
Jatim Cetak Sejarah Pertama Kali Angka Kemiskinan Tembus 1 Digit, Ternyata Ini Rahasianya
8 Potret Detail Penampilan Salshabilla Adriani saat Akad dan Resepsi Pernikahan
Istri Song Joong Ki, Katy Louise Saunders Hamil Anak Kedua
Seekor Macan Tutul Tertangkap Kamera Pengunjung di Taman Nasional Baluran Situbondo