, Malang - Tiamah duduk di tengah timbunan sampah kering. Tangannya cekatan memilah serpihan plastik dan kertas. Seluruh limbah itu bukan didapat dari rumah tangga atau industri biasa. Tapi sampah impor sisa produksi sebuah perusahaan yang berada di desanya.
Tiamah memilah sampah di depan rumahnya, di Dusun Krajan, Desa Gampingan, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Di desa ini, hampir di setiap pelataran rumah warga tampak timbunan sampah. Aktivitas memilah sampah impor seolah sebuah pemandangan biasa.
“Sampah ini semua ya dari luar negeri. Kami beli dari perusahaan seharga Rp 150 ribu per truk,” kata Tiamah, Kamis lalu.
Advertisement
Baca Juga
Timbunan sampah itu sebagian juga milik tetangganya. Hasil pemilahan tiap kertas, kardus, dan plastik dijual lagi ke pengepul seharga Rp 1.000 per kg. Sedang atom plastik atau sisa botol, produk kemasan serta produk lainnya dijual Rp 2.000 per kg.
Kadang – kadang Tiamah dan tetangganya tidak beruntung. Karena lebih banyak sampah yang tidak bisa dipilah alias tak bernilai. Sedangkan limbah sisanya biasanya dibeli seharga oleh usaha pembuatan gamping di desanya maupun desa tetangga seharga Rp 50 ribu.
“Dibuat bahan bakar pembuatan gamping. Ada juga yang dibakar begitu saja,” tutur Tiamah.
Sampah masih basah saat baru tiba di rumah-rumah penduduk. Tiap truk bisa memuat antara 3-4 ton sampah impor tersebut. Seluruhnya harus dijemur dulu. Bila musim hujan, lindi kerap mengalir dari sampah yang belum kering.
“Sebenarnya ya khawatir bisa berbahaya, kan itu dari luar negeri. Tapi alhamdulillah selama ini kami tidak pernah mengalami apapun,” ucap Tiamah.
Aktivitas pemilahan sampah bagi Tiamah dan tetangganya hanyalah pekerjaan sampingan. Ada beberapa warga setempat juga pernah bekerja di perusahaan itu. Sepengetahuan mereka, perusahaan mengambil bahan kertas sampah impor untuk didaur ulang.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sampah Dibakar
![Kisah Di Balik Sampah Impor yang Menyerbu Malang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/-qAsEa7Ru5lablBOQkA5lzoLvAg=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2840811/original/029312300_1561890306-IMG_20190627_150035.jpg)
Perusahaan yang dimaksud Tiamah dan tetangganya adalah PT Ekamas Fortuna, sebuah perusahaan kertas yang berdiri di Kecamatan Pagak, Malang, sejak puluhan tahun silam. Kamropi, salah satu pengepul sampah di Desa Gampingan juga melakoni hal serupa.
Selain menerima hasil pemilahan kiriman warga, ia juga membeli sampah dari PT Ekamas Fortuna juga senilai Rp 150 ribu per truk. Saban hari truk hilir mudik di gudangnya. Dalam satu bulan ia merogoh duit sebesar Rp 10 juta – Rp 15 juta untuk membeli dari perusahaan itu.
“Bisa puluhan ton yang saya beli, terus dibakar biar dapat sisa besi di dalamnya. Sisa abunya dipakai menimbun lahan milik saya,” ucap Kamropi.
Sampah kertas dan kardus yang diterimanya dari warga dijual kembali ke perusahaan tersebut. Sementara plastik dan atom plastik dikirim ke industri pengolahan plastik. Sedangkan besi dijual ke Sidoarjo dan Surabaya.
Hal senada dikatakan Kholifah, warga Dusun Krajan Desa Gampingan. Ia tidak hanya mengepul atom plastik hasil pemilahan tetangganya. Tapi juga membeli limbah plastik yang sudah kering seharga Rp 350 ribu per truk untuk bahan bakar tungku pembuatan gamping.
Kholifah memiliki usaha pembuatan gamping di Dusun Bekur, Desa Sumberejo. Di desa ini juga banyak usaha pemilahan sampah maupun pembuatan gamping. Sebuah desa yang berada tak jauh dari Desa Sumberejo.
“Butuh delapan truk sampah plastik kering untuk bakar gamping. Itu bisa memproduksi 12 ton batu gamping,” ucapnya.
Dahulu, bahan bakar gamping biasa menggunakan kayu maupun ban karet bekas. Tapi kedua bahan baku itu lebih sulit didapat. Sedangkan sampah plastik lebih mudah dan harganya lebih terjangkau.
“Tidak pernah ada masalah kesehatan, paling cuma gatal-gatal sebentar di tangan,” katanya.
Advertisement
Terselip Mata Uang Asing
![Kisah Di Balik Sampah Impor yang Menyerbu Malang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/lA9iXTJLO1hXKQuN6uopfAF-iXo=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2840812/original/039455900_1561890429-IMG_20190627_150341.jpg)
Di antara timbunan sampah itu mudah menemukan merek dari berbagai produk baik itu makanan kemasan sampai perlengkapan mandi dari luar negeri. Misalnya Pasta Del Capitano, pasta gigi produksi Italia. Sant’Anna air kemasan juga berbasis di Italia serta merek lainnya.
Di antara warga kerap menemukan barang berharga mulai dari uang sampai perhiasan bercampur sampah. Tiamah pernah mendapat beberapa lembar dolar Singapura, Riyal Arab, Euro, Mark Jerman. Termasuk potongan gelang emas laku, dijual seharga Rp 550 ribu
“Suami saya pernah menemukan 500 Euro terselip di antara sampah, kondisinya masih bagus. Lha wong sampah dari luar negeri,” ujar Tiamah.
Kholifah juga pernah mendapatkan belasan dollar Amerika sampai potongan gelang kaki emas berbobot 20 gram. Tapi keberuntungan memperoleh barang berharga di antara sampah itu hanya sesekali terjadi saja.
“Kalau sudah rezeki ya bisa dapat bonus barang berharga di antara sampah itu,” ucap Kholifah.
Meski demikian, di balik temuan barang berharga itu warga tahu ada ancaman bahaya lainnya. Misalnya, tanaman sulit tumbuh subur lantaran limbah plastik ditanam ke tanah. Asap pembakaran sesekali juga mengganggu.
"Ya mau bagaimana lagi. Ini kan juga juga demi perekonomian dapur rumah," ujar Suwandi, salah seorang warga Gampingan.
Tidak Punya Pengolahan Limbah
![Kisah Di Balik Sampah Impor yang Menyerbu Malang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/-krNGkkmt6Ola6xlNgS-qydUp2Q=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2840817/original/048905200_1561890698-IMG_20190630_154731.jpg)
PT Ekamas Fortuna membenarkan sampah yang ada di tangan warga berasal dari limbah produksi mereka. Sebab perusahaan tidak memiliki sistem pengolahan sendiri. Perusahaan membayar ongkos angkut ke rekanan untuk membuang limbah itu dan hanya mau bersih.
“Perusahaan hanya ingin tahu bersih. Kalau ada yang beli itu ulah sopir rekanan karena kami tidak memperjualbelikan,” ujar juru bicara PT Ekamas Fortuna, Mohammad Sugeng Abriyanto.
Menurut dia, perusahaan memiliki lahan sendiri untuk membuang limbah produksi perusahaan. Namun daya tampungnya tidak mencukupi. Karena itu pula, membayar rekanan mengangkut limbah produksi perusahaan. Tiap hari sedikitnya 20 truk rekanan hilir mudik.
“Untuk pengolahan limbah kami tidak punya. Kalau rekanan terserah armadanya mau buang ke mana,” ucap Sugeng.
Ia juga membantah ada ada impor limbah plastik dari luar negeri. Perusahaan hanya mengimpor limbah kertas dan kardus dari Jerman dan Jepang. Jika di dalamnya ada plastik, itu hanya solatip pengingat kardus – kardus tersebut.
“Bahan impor langsung masuk ke pengolahan dan dipilah sendiri untuk daur ulang. Yang tak bisa didaur ulang itu kami buang. Impor tiap tiga bulan sekali,” papar Sugeng.
Perusahaan telah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Serta izin dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sugeng menyebut kementerian juga menyatakan limbah impor itu bebas dari bahan berbahaya dan beracun (B3).
“Soal dampak lingkungan ya silakan prediksi sendiri. Prinsipnya kami tidak impor sampah plastik dan tidak memperjualbelikan limbah produksi,” kata Sugeng.
Kabid Pengolahan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Renung Rubiyataji mengatakan perusahaan harus punya sistem pengolahan limbah sendiri. Namun ia tidak tahu terkait limbah produksi PT Ekamas Fortuna.
“Limbah industri itu tanggungjawab perusahaan. Juga harus dilihat mengandung B3 atau tidak dan tidak boleh diperjualbelikan. Perizinannya kan langsung dari Kementerian LHK,” ujarnya.
Advertisement
Menolak Sampah Impor
![Kisah Di Balik Sampah Impor yang Menyerbu Malang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/t96Nnz08fXwyqKzwyEklqQxC4O4=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2840816/original/099027800_1561890613-IMG_20190630_154624.jpg)
Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mencatat sampah impor menyerbu Indonesia sejak Januari 2018. Tepat setelah Tiongkok menghentikan impor sampah dari Inggris.
Beberapa negara di ASEAN seperti Malaysia dan Vietnam juga sudah menghentikan impor sampah. Ironisnya, Indonesia masih terus menerima tetap terbuka menjadi tempat pembuangan sampah dari berbagai belahan dunia.
“Amerika jadi pembuang sampah plastik terbesar ke Indonesia. Sampahnya beragam, ada limbah domestik bentuk produk kemasan sampai kantong plastik,” ujar Ketua Ecoton, Prigi Arisandi dalam sebuah diskusi di Malang akhir bulan lalu.
Investigasi Ecoton, ada pabrik kertas yang bahan bakunya impor dari luar negeri. Total ada 52 perusahaan dengan 12 perusahaan di antaranya berada di Jawa Timur. Namun, impor kertas itu turut disusupi sampah plastik secara ilegal.
“Berdasarkan data juga menunjukkan ada peningkatan impor limbah plastik di Indonesia,” tutur Prigi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2018 impor sampah plastik Indonesia mencapai 283.152 ton atau naik 141 persen. Jika dibandingkan dengan impor sampah plastik pada 2013 yang hanya sekitar 124.433 ton.
Melubernya sampah plastik impor itu berdampak buruh tidak hanya pda kesehatan masyarakat. Tapi juga pencemaran lingkungan. Sungai Brantas di Jawa Timur misalnya, turut andil mencemari plastik di laut.
Lindi atau air hasil timbunan sampah meresap ke tanah, mengancam kandungan air tanah. Plastik yang ditimbun di tanah juga sulit terurai selama puluhan tahun. Abu hasil pembakaran plastik turut berpotensi merusak unsur tanah.
“Negara lain banyak yang sudah mendeklarasikan menolak impor sampah, tapi Indonesia belum. Malah membuka diri untuk impor,” tegas Prigi.
Warga memilah sampah impor limbah produksi perusahaan di Desa Gampingan, Pagak, Malang. Mereka biasa menemukan uang Euro, dollar maupun perhiasan
Terkini Lainnya
HEADLINE: Tendang Balik 5 Kontainer ke AS, RI Nyatakan Perang ke Sampah Impor?
Kirim Balik Sampah Impor, Indonesia Unjuk Taring?
65 Kontainer Sampah di Batam akan Dikembalikan Usai Uji Lab
Sampah Dibakar
Terselip Mata Uang Asing
Tidak Punya Pengolahan Limbah
Menolak Sampah Impor
malang
Sampah Impor
Pabrik Kertas
memilah sampah
Limbah Produksi
Copa America 2024
Brasil Bersiap Hadapi Uruguay di Perempat Final Copa America 2024
Bungkam Venezuela Lewat Adu Penalti, Kanada Tantang Argentina di Semifinal Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024: Diwarnai Drama Adu Penalti, Kanada Kalahkan Venezuela dan Tantang Argentina di Semifinal
Jadwal Link Siaran Langsung Copa America 2024 Venezuela vs Kanada, Sabtu 6 Juli di Vidio
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Pengamat Prediksi Demokrat Usung Calon Eksternal Ketimbang Kader di Pilgub Banten
Jelang Pilkada 2024, Diskominfo Kepulauan Babel Awasi Konten Hoaks di Ruang Digital
Dedikasi Layani Rakyat, Eman Suherman Disebut Raih Dukungan Kuat Parpol Maju Pilbup Majalengka
Jadwal Pilkada 2024 Serentak di Indonesia, Lengkap Daftar Provinsi dan Cara Cek DPT
Pastikan Hak Politik Penyandang Disabilitas Terjamin di Pilkada 2024, KPU DKI Jakarta Mutakhirkan Data Pemilih
Infografis Bursa Bakal Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur di Pilgub Sumut 2024
TOPIK POPULER
Populer
Aktivitas Kawasan Gedebage Bandung Meningkat, Alasan Pemprov Jabar Rencana Buka Kembali 2 Gerbang Tol
Gaya Baru Kimia Farma di PRJ 2024
Mengintip Aquarium Pangandaran, Wisata Edukasi Cocok untuk Libur Sekolah
Profil Ayu Aulia, Selebgram yang Viral Jadi Sorotan Warganet
Pemprov Jabar Perkuat Kapasitas SDM dan Infrastruktur Guna Mengantisipasi Serangan Siber
Perbedaan Mendaki dari Jalur Karangan dengan Rute Angin-Angin di Gunung Latimojong Sulsel
Siswi SMK di Lampung Diperkosa dan Dibunuh Pamannya, Berawal dari Tumpangan Saat Pulang Sekolah
Dilengkapi Atribut Batik dan Aksesoris Kulit Garutan, Seragam ASN Pemda Garut Makin Kece
Polisi Gagalkan Peredaran 7.200 Botol Oli Palsu Asal Tangerang di Bandar Lampung
Pertamina Foundation Raih Tiga Penghargaan untuk Pemberdayaan Masyarakat dan Pelestarian Lingkungan
Euro 2024
Jamal Musiala Puji Permainan Lamine Yamal, Spanyol Permalukan Jerman 2-1 di Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Belanda vs Turki: Misi Oranje Menghindari Kejutan
Keriuhan Suporter Prancis Sambut Kemenangan Les Bleus atas Portugal
Akhir Tragis Karier Toni Kroos Bersama Timnas Jerman
Prediksi Euro 2024 Inggris vs Swiss: 3 Singa Terancam Kuda Hitam
Gusur Portugal, Prancis Tantang Spanyol di Semifinal Euro 2024
Berita Terkini
Diguyur Hujan Sejak Pagi, Jalan Ciledug Raya Tergenang Air hingga 50 Sentimeter
Tebing Tol JORR Longsor, Akses Jalan Ditargetkan Kembali Normal Malam Ini
Inovasi Material Berpori Penyimpan Gas Rumah Kaca, Lebih Cepat dari Kerja Pohon
Niat dan Tata Cara Sholat Tahajud di Bulan Muharram 2024 Lengkap Doanya
Doa Akhir Tahun, Bacaan Arab dan Latin Beserta Artinya yang Bisa Kamu Baca Serta Amalannya
Diduga Tak Bayar Usai Barang Branded yang Dibelinya Palsu, Aty Kodong Dilapor ke Polisi
MUI Bingung Indonesia Masih Jalin Hubungan Bisnis dan Dagang dengan Israel
Banjir Rendam Rel Kereta Stasiun Kebayoran - Pondok Ranji, Perjalanan Terlambat
Pria Ini Jadi Korban Penyekapan dan Dianiaya Berbulan-bulan Akibat Bisnis Jual Beli Mobil, Polisi Lamban?
Fenomena La Nina Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia
DPRD Minta Pj Wali Kota Malang Patuh Aturan, Segera Mundur Jika Maju Pilkada 2024
4 Langkah Ini Bisa Hilangkan Rasa Pahit pada Lobak Putih
Serius Garap Ekosistem EV, Aion Gandeng PLN untuk Tambah SPKLU di Jakarta
Zodiak-zodiak yang Tidak Cocok Satu Sama Lain, Kamu Gimana?