uefau17.com

Indonesia Digital Association: Fundamental Media Bergeser Saat Era Digital - News

, Jakarta - Chairman Indonesia Digital Association Dian Gemianto memaparkan presentasinya yang berjudul Good Journalism: Daging yang Hilang di Pasar Digital. Menurut dia, jurnalisme yang baik kini semakin sulit dicari saat terdisrupsi era digitalisasi.

"Ada pergeseran fundamental terjadi dari product centric yang terdisrupsi digital menjadi consumer centric," kata pria karib disapa Gemi ini saat diskusi Konvensi Hari Pers Nasional di Kendari, seperti dikutip dari siaran daring Channel Youtube Dewan Pers, Selasa (8/2/2022).

CMO KG Media ini menjelaskan, ketika masa product centric berjaya, publik akan mengonsumsi konten apa pun yang diproduksi oleh media. Apa yang dianggap penting oleh media akan menjadi konsumsi publik.

"Faktor utama keberhasilan media adalah distribusi, seluas apa media menjangkau pembacanya," jelas dia.

Sebaliknya, ketika hal itu terdisrupsi menjadi consumer, maka control of access information yang awalnya dikendalikan oleh publisher akan hilang. Hal itu berubah menjadi milik publik yang hanya konten yang diinginkan saja yang akan dikonsumsi.

"Jadi ada perubahan dari ini yang perlu anda ketahui menjadi 'apa yang ingin anda ketahui?," tegas Gemi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Good Journalism Bukan Hilang Tapi Sulit Ditemukan

Melalui disrupsi, kunci keberhasilan media akhirnya berubah. Bukan lagi distribusi melainkan discoverbility. Yaitu kemampuan sebuah konten untuk mudah ditemukan di jagat digital.

Rumus dari discoverbility ada empat turunan, pertama diatur oleh algoritma. Kedua, algoritma diatur oleh insentif bisnis. Ketiga, insentif bisnis diperoleh dari engagement dan keempat engagement tumbuh pesat dalam polarisasi narasi sosial.

"Jadi empat hal ini yang mengatur bagaimana situasi disrupsi saat ini," urai Gemi.

Gemi berkesimpulan, good journalism susah ditemukan dalam platform digital karena tidak ada feeding engagement. Sebab, membuat good journalism harus berimbang, tervalidasi, dan tidak hoaks.

"Hal tersebut tidak feeding engagement dari algoritma si platform karena daging itu hilang bukan kontennya hilang tapi susah ditemukan," tandas Gemi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat