, Jakarta: Raut wajah Abdurrahman Wahid tampak serius. Keningnya sesekali berkerut. Intonasi suaranya diatur sedemikian rupa, sehingga mensenyapkan suasana Ruangan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (23/7) dini hari, sekitar pukul 01.30 WIB. Gus Dur yang saat itu mengenakan batik berwarna cokelat dan mengenakan kopiah bertulisan Presiden RI memberlakukan Dekrit. Isinya tak tanggung-tanggung. Pertama, membekukan MPR/DPR. Kedua, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan untuk penyelenggaraan pemilihan umum dalam waktu setahun. Ketiga, menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru. Caranya, dengan membekukan Partai Golongan Karya sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.
"Untuk itu, kami memerintahkan seluruh jajaran TNI dan Polri untuk mengamankan langkah penyelamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menyerukan seluruh rakyat Indonesia tetap tenang serta menjalankan kehidupan sosial ekonomi seperti biasa," kata Juru Bicara Kepresidenan Yahya C. Staquf yang malam itu disuruh membaca isi dekrit. Selaku Presiden Indonesia dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang, Abdurrahman merasa perlu menyelamatkan negara dan bangsa.
Pemberlakuan Dekrit langsung ditanggapi secara keras. Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri langsung berkomentar,"maklumat itu tidak sah. "Praktisi hukum Adnan Buyung Nasution juga menegaskan, pemberlakuan Dekrit adalah tindakan pidana dan dapat dikatakan sebagai makar. Itu sebabnya, Adnan menyarankan agar "Gus Dur segera ditangkap. "Adnan Buyung juga mengimbau Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri segera mengambil alih pemerintahan dan menyerukan TNI/Polri untuk tak mematuhi Dekrit tersebut. Mega juga diminta mendesak Polri segera menangkap Gus Dur. "Sebab, apa yang dilakukan Gus Dur benar-benar membahayakan," kata Adnan Buyung, geram.
Senada dengan Adnan Buyung, pengamat politik Andi Alfian Mallaranggeng juga menolak isi Dekrit. Bahkan, secara lantang, dia mengajak semua elemen masyarakat tak menghiraukan Dekrit Presiden. Di mata mantan anggota Komisi Pemilihan Umum ini, pemberlakuan Dekrit sangat tidak sah dan bisa disebut sebagai kudeta. Gus Dur telah memaksakan diri dengan mengambil alih kekuasaan secara keseluruhan ke dalam tangannya.
Tak lama berselang, pimpinan MPR langsung menggelar konferensi pers. Amien Rais mengajak seluruh masyarakat memboikot isi Dekrit. Ketua DPR Akbar Tandjung juga memastikan bahwa Senin ini, MPR akan mempercepat SI dan pada pukul 11.00 WIB Indonesia sudah memiliki Presiden baru. Selain memilih Mega, MPR juga akan membahas pemberhentian Gus Dur. Akbar menilai Wahid telah bertindak otoriter.
Dekrit Presiden langsung memakan "korban". Sekretaris Kabinet Marzuki Darusman kontan mengundurkan /HTML>"; } ?>
Pergerakan politik memang sangat cepat malam itu. Sejumlah petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan langsung mendatangi kediaman Megawati. Selain itu, Kepala Polri nonaktif Jenderal S. Bimantoro juga segera melaporkan kondisi keamanan terakhir kepada Mega. Dengan rompi antipeluru, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sofjan Jacoeb juga terlihat di rumah Mega. Lalu, bagaimana dengan sikap TNI? Menurut Agum, sikap TNI sesuai dengan suara rakyat. Itu sebabnya, Megawati meminta TNI/Polri tetap berpegang pada Sapta Marga dan konstitusi.
Pemberlakuan Dekrit bukan tak mendapat dukungan. Sebanyak 81 lembaga swadaya masyarakat sangat mendukung Presiden Wahid membekukan MPR/DPR dan Partai Golkar. Selain itu, ribuan pendukung Abdurrahman dari Jawa Timur telah berada di Jakarta untuk mengamankan Dekrit Presiden. Keberadaan pendukung Gus Dur membuat pengamanan Gedung DPR/MPR makin diperketat. Selain personel Polri, puluhan Polisi Militer juga telah hadir di sekitar Gedung DPR. Dinginnya malam seakan tak mampu menyejukkan suhu politik di Jakarta.
Keintegritasan bangsa Indonesia benar-benar tengah diuji. Ancaman Presiden Wahid bahwa akan ada sejumlah daerah yang memisahkan diri apabila ia diturunkan tak bisa disepelekan. Namun, mempertahankan Wahid juga bukan perkara gampang. Akankah bangsa ini tercabik-cabik karena mempunyai Presiden kembar? Entahlah.(ULF)
"Untuk itu, kami memerintahkan seluruh jajaran TNI dan Polri untuk mengamankan langkah penyelamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menyerukan seluruh rakyat Indonesia tetap tenang serta menjalankan kehidupan sosial ekonomi seperti biasa," kata Juru Bicara Kepresidenan Yahya C. Staquf yang malam itu disuruh membaca isi dekrit. Selaku Presiden Indonesia dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang, Abdurrahman merasa perlu menyelamatkan negara dan bangsa.
Pemberlakuan Dekrit langsung ditanggapi secara keras. Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri langsung berkomentar,"maklumat itu tidak sah. "Praktisi hukum Adnan Buyung Nasution juga menegaskan, pemberlakuan Dekrit adalah tindakan pidana dan dapat dikatakan sebagai makar. Itu sebabnya, Adnan menyarankan agar "Gus Dur segera ditangkap. "Adnan Buyung juga mengimbau Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri segera mengambil alih pemerintahan dan menyerukan TNI/Polri untuk tak mematuhi Dekrit tersebut. Mega juga diminta mendesak Polri segera menangkap Gus Dur. "Sebab, apa yang dilakukan Gus Dur benar-benar membahayakan," kata Adnan Buyung, geram.
Senada dengan Adnan Buyung, pengamat politik Andi Alfian Mallaranggeng juga menolak isi Dekrit. Bahkan, secara lantang, dia mengajak semua elemen masyarakat tak menghiraukan Dekrit Presiden. Di mata mantan anggota Komisi Pemilihan Umum ini, pemberlakuan Dekrit sangat tidak sah dan bisa disebut sebagai kudeta. Gus Dur telah memaksakan diri dengan mengambil alih kekuasaan secara keseluruhan ke dalam tangannya.
Tak lama berselang, pimpinan MPR langsung menggelar konferensi pers. Amien Rais mengajak seluruh masyarakat memboikot isi Dekrit. Ketua DPR Akbar Tandjung juga memastikan bahwa Senin ini, MPR akan mempercepat SI dan pada pukul 11.00 WIB Indonesia sudah memiliki Presiden baru. Selain memilih Mega, MPR juga akan membahas pemberhentian Gus Dur. Akbar menilai Wahid telah bertindak otoriter.
Dekrit Presiden langsung memakan "korban". Sekretaris Kabinet Marzuki Darusman kontan mengundurkan /HTML>"; } ?>
Pergerakan politik memang sangat cepat malam itu. Sejumlah petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan langsung mendatangi kediaman Megawati. Selain itu, Kepala Polri nonaktif Jenderal S. Bimantoro juga segera melaporkan kondisi keamanan terakhir kepada Mega. Dengan rompi antipeluru, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sofjan Jacoeb juga terlihat di rumah Mega. Lalu, bagaimana dengan sikap TNI? Menurut Agum, sikap TNI sesuai dengan suara rakyat. Itu sebabnya, Megawati meminta TNI/Polri tetap berpegang pada Sapta Marga dan konstitusi.
Pemberlakuan Dekrit bukan tak mendapat dukungan. Sebanyak 81 lembaga swadaya masyarakat sangat mendukung Presiden Wahid membekukan MPR/DPR dan Partai Golkar. Selain itu, ribuan pendukung Abdurrahman dari Jawa Timur telah berada di Jakarta untuk mengamankan Dekrit Presiden. Keberadaan pendukung Gus Dur membuat pengamanan Gedung DPR/MPR makin diperketat. Selain personel Polri, puluhan Polisi Militer juga telah hadir di sekitar Gedung DPR. Dinginnya malam seakan tak mampu menyejukkan suhu politik di Jakarta.
Keintegritasan bangsa Indonesia benar-benar tengah diuji. Ancaman Presiden Wahid bahwa akan ada sejumlah daerah yang memisahkan diri apabila ia diturunkan tak bisa disepelekan. Namun, mempertahankan Wahid juga bukan perkara gampang. Akankah bangsa ini tercabik-cabik karena mempunyai Presiden kembar? Entahlah.(ULF)
Terkini Lainnya
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
TOPIK POPULER
Populer
Penampakan Afif Maulana saat Pose Memegang Pedang Panjang
Karen Agustiawan Pernah Menang Kasasi Lawan Kejagung, KPK Tak Mau Kecolongan
Dirjen Aptika Mundur Pasca Serangan Siber, DPR: Harus Menterinya yang Mundur
Megawati Sebut Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Seorang Warga Sinjai Meninggal Dunia Saat Hendak Mendekati Iringan Presiden Jokowi
Puan Maharani Soroti Kelalaian Menkominfo Budi Arie: Menteri yang Tak Maksimal, Bisa Dievaluasi Presiden
100 Hari Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf Digelar di Masjid Nurul Musthofa Depok
Wali Kota Depok Sudah Serahkan Rancangan Perda Pertanggungjawaban APBD 2023
Euro 2024
Link Live Streaming Euro 2024 Portugal vs Prancis, Sabtu 6 Juli Pukul 02.00 WIB
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman Jumat 5 Juli Pukul 23.00 WIB, Duel Raksasa di 8 Besar
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Berita Terkini
Kalah di PTUN dalam Kasus Kresna Life, OJK Ajukan Kasasi
Sulap Sampah jadi Bahan Bakar PLTU, 2 Masalah Ini Teratasi Sekaligus
Indonesia Siap Bagi Pengalaman Keharmonisan Antar Umat Beragama di Konferensi Internasional Ini
Kronologi Putusnya Baifern Pimchanok dan Nine Naphat, Terhalang Restu Ibunda
LPG 3 Kg Langka di Pasaran, DPRD Desak Pemkab Banyuwangi Cari Solusi
Toyota Indonesia Resmikan Fasilitas Isi Ulang Baterai xEV di Gandaria City Mal
3 Kode Redeem Genshin Impact Terbaru 5 Juli 2024, 300 Primogems Gratis Siap Diklaim!
Saham GOTO Lolos Papan Pemantauan Khusus Meski Parkir di Level Gocap 3 Bulan
Deretan Final Lineup Member izna, Grup Kpop Jebolan I-LAND 2
Erick Thohir Bakal Sikat Oknum Koruptor Kasus Indofarma, Siapa Dia?
Kisruh soal Impor Beras, DPR Bisa Bergerak dengan Buat Pansus
Soraya Rasyid Menolak Tuduhan Jadi Orang Ketiga di Rumah Tangga Andrew Andika dan Tengku Dewi
Aktivitas Kawasan Gedebage Bandung Meningkat, Alasan Pemprov Jabar Rencana Buka Kembali 2 Gerbang Tol