uefau17.com

Fenomena Suami Takut Istri Adalah Tanda Kiamat, Tinjauan Hadis - Islami

, Cilacap - Waktu terjadinya kiamat merupakan rahasia Allah SWT. Hanya saja tentang tanda-tanda datangnya hari kiamat banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW yang menginformasikan kepada kita.

Salah satu tanda kiamat yang jarang diungkap ialah fenomena suami takut istri. Dewasa ini, fenomena tersebut sudah banyak terjadi.

Menanggapi fenomena tersebut, melahirkan julukan bagi suami yang kerap menjadi bahan lelucon yakni 'isti' yang merupakan akronim dari ikatan suami takut istri.

Ternyata fenomena ini bukan hanya sekadar lelucon, namun merupakan salah satu tanda-tanda kiamat yang jarang diketahui.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hadis Suami Takut Istri

Syaikh Dr Muhammad Al ‘Areifi dalam buku Nihayatul A’lam (terjemahan: Kiamat Sudah Dekat penerbit Qishti Press) menjelaskan bahwa di antara tanda kiamat adalah fenomena suami takut istri.

“Ini adalah salah satu tanda-tanda hari kiamat yaitu ketika seseorang durhaka kepada ibunya dan lebih dekat serta takut kepada istrinya untuk melawan dan mendurhakai ibunya atau ayahnya sendiri. Fenomena ini sudah terjadi dewasa,” tulis Syaikh Dr Muhammad Al ‘Areifi via makfufin.id.

Kemudian Syaikh Dr Muhammad Al ‘Areifi menukil hadis dari Abu Hurairah yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Apabila harta rampasan perang (al fai’) hanya dibagikan di kalangan orang-orang kaya, seorang suami takut kepada istrinya dan durhaka terhadap ibunya dan seseorang lebih dekat kepada temannya daripada ayahnya sendiri” (HR. Tirmidzi)

Berdasarkan penjelasan hadis di atas, suami takut istri yang menyebabkan durhaka kepada ibunya ini merupakan tanda-tanda kiamat. Jadi bukan takut terhadap istri tanpa alasan. Jika memang si suami ini bersalah kepada istrinya memang sudah sewajarnya ia takut.

3 dari 3 halaman

Suami adalah Pemimpin

Keutamaan suami di tengah-tengah keluarganya adalah sebagai pemimpin. Jika ia ternyata menjadi suami yang takut istri dalam hal melakukan kebenaran, maka sejatinya ia bukan lagi sebagai pemimpin.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena itu Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisaa’ : 34)

Bahkan saking luhurnya derajat suami ini, seandainya diperbolehkan, seorang istri akan diperintahkan untuk bersujud kepada suaminya.

Namun karena manusia tidak boleh bersujud kepada manusia, maka hal itu tidak diperintahkan.

Rasulullah SAW bersabda,

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada yang lain, tentu akan kuperintahkan wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)

 Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat