uefau17.com

COVID Arcturus Sudah Masuk Indonesia, Epidemiolog Ingatkan Soal Potensi Penyebaran yang Cepat - Health

, Jakarta COVID-19 subvarian XBB.1.16 atau COVID Arcturus masuk Indonesia menjadi perhatian berbagai pihak salah satunya ahli epidemiologi Dicky Budiman.

Menurutnya, XBB.1.16 adalah turunan dari Omicron. Ini artinya tidak dinamai sebagai varian baru melainkan subvarian.

“Ketika ini terjadi di India dan menyebar di hampir 22 negara dalam waktu yang relatif singkat, saya sampaikan, kalau bicara Indonesia tinggal nunggu waktu," kata Dicky.

"Bahkan jedanya kalau subvariannya seperti XBB.1.16 ini tidak sampai dua minggu sudah sampai di Indonesia,” kata Dicky kepada Health melalui pesan suara, Jumat (14/4/2023).

Sistem deteksi di Indonesia yang masih lemah juga menjadi salah satu yang membuat subvarian ini terdeteksi lebih lambat.

“Kemampuan deteksi kita memang masih lemah yang membuat kita terlambat mendeteksinya. Ditambah lagi fenomena di masyarakat yang sudah tidak seaktif dulu lagi dalam testing,” Dicky menambahkan.

Potensi Menyebar Cepat

Dicky menerangkan COVID Arcturus memiliki potensi menyebar dengan cepat. Pasalnya, di tengah modal imunitas masyarakat yang semakin baik, masih ada dua manfaat vaksinasi yang belum bisa diperoleh dunia.

“Mau tidak mau ini sangat berpotensi menyebar dengan cepat karena pertama, orang yang sudah vaksinasi tidak dijamin tidak akan terinfeksi, apalagi dengan subvarian yang lebih efektif dalam menembus imunitas orang yang sudah vaksinasi atau sudah terinfeksi.”

Kedua, orang yang sudah vaksinasi tetap bisa membawa virus termasuk subvarian Arcturus dan membahayakan kelompok rentan seperti lanjut usia, komorbid, dan kelompok orang yang belum divaksinasi.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala yang Dikaitkan dengan COVID Arcturus

Gejala COVID Arcturus tidak berbeda dengan subvarian lain. Secara umum, gejala yang muncul ringan. 

“Gejala yang dikaitkan dengan subvarian XBB.1.16 sebetulnya tidak ada yang berbeda dengan subvarian lainnya. Hanya, karena sekarang ini orang sudah banyak memiliki imunitas, maka gejalanya cenderung ringan,” jelas Dicky.

Bila kita meniliki kasus di India, subvarian ini terkesan lebih banyak menyerang anak-anak. Hal itu terjadi lantaran anak masuk dalam kategori berisiko. 

“Nah, ini sebetulnya bukan lebih menyerang anak tapi karena anak termasuk kelompok yang masuk kategori berisiko. Jadi subvarian ini mengarah pada kelompok yang sangat rawan di masyarakat seperti lansia, komorbid, anak, atau ibu hamil.”

Dicky menambahkan, anak di India umumnya memiliki masalah gizi, masalah pernapasan, masalah polusi udara dan ini berkontribusi pada semakin buruknya kondisi anak-anak di India.

“Akhirnya ketika ada varian yang efektif ya dia menimbulkan gejala yang lebih terlihat jelas. Sebenarnya gejalanya sama aja seperti demam, batuk, pilek, nyeri menelan, lemah.”

3 dari 4 halaman

Mata Merah dan Berair

Selain gejala-gejala umum COVID-19, anak-anak di India yang terinfeksi COVID Arcturus juga mengalami gejala mata merah, gatal, dan berair.

Menurut Dicky, ini merupakan gejala yang agak mencolok dari COVID-19 di India.

Terkait cara penularannya, Dicky mengatakan cenderung mirip dengan varian atau subvarian Omicron sebelumnya. Yakni bisa dari droplet atau butiran ludah orang yang terinfeksi.

“Cara penularannya ya mirip, sama dengan varian atau subvarian Omicron sebelumnya.”

4 dari 4 halaman

Antisipasi Penyebaran COVID Arcturus

Antisipasi penyebaran COVID Arcturus perlu dilakukan. Dimulai dengan menerapkan protokol kesehatan. 

“Bukan karena PPKM sudah enggak ada dan pandemi mau dicabut jadi enggak pakai masker. Kalau di tempat ramai, ventilasi buruk, perjalanan jauh, ya pakailah masker, itu yang bisa melindungi. Kemudian, cuci tangan rutin, kebersihan diri, kelompok, dan kebersihan keluarga juga harus jalan.”

Di sisi lain, pemerintah juga perlu menggencarkan booster terutama bagi orang-orang yang aktif dari sisi mobilitas dan pekerjaannya. Tak lupa, lanjut usia (lansia) dan komorbid juga penting untuk mendapatkan booster.

“Nah itu yang perlu dilakukan supaya Lebaran kita aman. Termasuk saat menjalankan ritual ibadah selama Ramadhan, jika kurang enak badan jangan memaksakan, kalau ada buka bersama sebaiknya di tempat setengah terbuka atau bahkan terbuka.”

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat