, Jakarta Budaya timur dan barat memang berbeda. Tergantung Anda berbicara dengan siapa, ada yang menganggap budaya barat lebih baik atau sebaliknya. Namun memfokuskan pada satu hal, ada satu budaya yang memang harus diakui, dilakukan lebih baik oleh orang dari dunia belahan barat: budaya mengantre.
Di Indonesia, melihat orang menyerobot antrean bukanlah hal yang aneh. Di antrean commuter line atau di pasar tradisional misalnya--yang perpaduan masyarakatnya lebih beragam--hal ini lebih sering ditemukan. Namun, saat Anda mengantre membeli tiket bioskop atau di kafe, hal ini lebih jarang terjadi.
Lantas, apakah hal ini berarti budaya mengantre berhubungan dengan kelas sosial atau tingkat pendidikan?
Advertisement
Mengutip suatu makalah tentang budaya antre di India--yang masih sama-sama memegang nilai ketimuran--masyarakat di sana juga belum terbiasa setia dan disiplin berada dalam garis antrean.
Menurut sang penulis, Teruko Kagohashi, seorang pendidik lintas budaya dan konsultan pola asuh yang lama tinggal di Negeri Taj Mahal itu dan mengadakan riset kecil-kecilan tentang hal ini, ini karena pola pikir masyarakat India yang pragmatis dan berfokus pada hasil. Mengutip buku Being Indian, yang ditulis oleh Pavan K Varma, Kagohashi mengatakan orang India memiliki keinginan untuk berambisi untuk terus meningkatkan taraf hidupnya dan terus maju setiap kali ada kesempatan. Ini karena mereka memang tinggal di masyarakat yang berpopulasi tinggi, kompetitif, dan memiliki strata sosial.
Belum lagi Varma juga mengatakan, pada dasarnya orang India beranggapan, hidup itu memang tidak adil. Jadi mereka tidak bisa melihat apa untungnya untuk mengantre dan menunggu giliran saat mengantre.
Mengingat sedikit banyak kebiasaan menyerobot antrean di Indonesia terjadi pada tempat-tempat yang pencampuran masyarakatnya lebih beragam, pola pikir masyarakat India ini sepertinya sedikit banyak mewakili pola pikir orang-orang yang hobi menyerobot antrean.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Namun bukan berarti Anda harus membiarkannya.
![Budaya mengantre](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/blank.png)
Melihat ke sisi seberang, ke dunia bagian barat, anak-anak di Inggris sedari kecil sudah sangat diajarkan untuk setia pada antrean. Malah, menurut situs Child Minding Best Practice, budaya antri adalah salah satu dari 10 nilai-nilai masyarakat Inggris yang HARUS diajarkan pada anak.
Dan tak bisa dipungkiri, masyarakat Inggris--dengan negara monarkinya--dianggap sebagai orang-orang tersopan dan penuh tata krama. Dan, negara mereka adalah salah satu yang paling maju.
Mengutip tulisan si penulis, "Jangan biarkan anak-anak yang Anda asuh tumbuh besar dengan sangat tak beradab. Ingat, ketika kita mendorong anak-anak untuk membentuk garis antrean, mereka belajar untuk menegakkan bahan dasar yang menyatukan negara kita." Dan dia hanya sedang berbicara tentang budaya antre yang sering kita remehkan.
Lantas sebenarnya, apa pentingnya mengajarkan anak-anak Anda budaya antre?
Tak bisa dipungkiri, zaman sekarang anak-anak tidak diajarkan untuk menunggu. Pepatah lama "good things happen to those who wait" sepertinya sudah lama dilupakan. Anak-anak sudah tak diajarkan lagi seninya menunggu sesuatu.
Padahal, menunggu adalah sesuatu yang penting untuk kesuksesan anak Anda. Belajar antri anak-anak belajar untuk mengontrol sifat impulsifnya. Dan hal ini, memiliki banyak sekali manfaat bagi tumbuh kembangnya.
Melansir Verywell, Kamis (16/2/2017) berikut beberapa keuntungan yang biasa didapatkan anak hanya dari membiasakan diri mengantre:
1. Sukses secara akademis
Anak-anak yang bisa mengontrol diri akan mampu bertahan berada di antrean, bisa menunggu giliran mereka bermain, dan bisa berpikir sebelum melakukan sesuatu. Mereka juga cenderung jadi lebih sukses dibanding teman-temannya karena mereka bisa menghadapi tekanan lingkungan dan menyelesaikan masalah secara sukses.
Bisa mengontrol diri berkontribusi juga pada kesuksesan akademis. Kontrol diri dua kali lebih penting dibanding kecerdasan ketika berbicara tentang pencapaian akademis--menurut peneliti ilmu saraf Sandra Asmodt dan Sam Wang. Keduanya menulis buku Welcome to Your Child's Brain.
Anak-anak yang bisa mengontrol dorongannya (impulse) bisa berpikir terlebih dahulu sebelum menulis jawaban. Mereka juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah. Mereka juga lebih bisa mentoleransi rasa frustrasi saat berusaha menyelesaikan sesuatu.
Advertisement
Eksperimen Marshmallow
![Budaya mengantre](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/T8dKIZCqD2CWKK488naq4_6F59Q=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1509186/original/096092800_1487236449-anak_antre_2.jpg)
2. Lebih cerdas dan kreatif
Eksperimen Marshmallow dari Stanford menggarisbawahi pentingnya kemampuan mengontrol dorongan pada anak.
Percobaan ini melibatkan serangkaian eksperimen, dilakukan pada tahun 1960an dan 1970an oleh Walter Mischel, seorang profesor di Stanford University, AS.
Penelitian ini mengetes kemampuan anak-anak untuk menunda gratifikasi. Anak-anak berusia 4-6 tahun diberi pilihan: mengambil satu buah marshmallow saat itu juga, atau mendapatkan dua buah marshmallow jika mereka bisa menunggu 15 menit.
Kebanyakan anak berusaha untuk menunggu selama 15 menit, agar mereka bisa mendapatkan lebih banyak marshmallow. Namun, banyak dari mereka yang menyerah dan hanya 30 persen anak yang sukses menunggu.
Mereka yang bisa menunggu menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola stres dan mengendalikan marah.
Anak-anak yang berhasil menunggu mampu mendistraksi diri mereka dan berbicara pada diri sendiri untuk menyemangati diri sendiri saat menunggu. Anak-anak yang lain bisa sukses dengan cara mengecilkan godaan.
Beberapa anak pura-pura menganggap marshmallow tadi adalah awan, sementara yang lain mengatakan pada diri mereka sendiri kalau marshmallow itu hanyalah foto, bukan sungguhan. Hal ini melatih anak untuk jadi lebih kreatif.
Studi lanjutan pada anak-anak yang sukses menunggu tadi menemukan, mereka memiliki lebih sedikit permasalahan tingkah laku. Mereka juga cenderung lebih populer di antara teman-temannya, dan mampu mempertahankan persahabatan lebih lama.
Kemampuan menunggu ini--yang bisa dilatih dengan membiasakan budaya antri--memberi keuntungan pada anak sampai nanti. Mereka yang bisa sabar menunggu memiliki nilai yang lebih tinggi saat remaja.
Kemampuan anak untuk sabar mengantri bukanlah karakter bawaan. Hal itu adalah kemampuan yang harus dilatih dan dikembangkan.
Dengan disiplin yang cukup, Anda bisa mengajarkan anak bagaimana dia bisa belajar bersabar dan mengontrol dorongannya. Hal ini akan membuatnya memiliki kemampuan untuk berpikir sebelum melakukan sesuatu, menjadi lebih kreatif, lebih sabar, dan lebih mampu mengelola stres.
Hal ini yang nantinya akan menjadikan mereka orang-orang dewasa yang sukses, baik secara mental dan finansial.
Terkini Lainnya
Namun bukan berarti Anda harus membiarkannya.
Eksperimen Marshmallow
Budaya Antre
antrean
Mengantre
Euro 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Tugas Pantarlih Pilkada 2024, Pahami Tanggung Jawab dan Besaran Gajinya
Alasan DPD PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier Maju Pilkada Jakarta: Otot Politiknya Kuat
Tahapan Pilkada 2024, Ini Jadwal Persiapan Sampai Pengumuman Perhitungan Suara
Ramai Artis Masuk Bursa Pilkada 2024, Cara Pragmatis Raih Modal Sosial dan Kapital
Alur Pilkada Serentak 2024, Catat Kapan Penyelenggaraannya
Pilkada Jakarta 2024, Suku Betawi Usulkan 5 Nama
TOPIK POPULER
Populer
Dalai Lama Ungkap Kondisi Kesehatan di Usia 89: Dalam Masa Pemulihan dari Operasi Lutut
4 Pasangan Zodiak yang Paling Berpotensi dari Sahabat Jadi Cinta, Kamu Salah Satunya?
SMK Mitra Industri MM2100, Sekolah Pertama di Asia Tenggara dengan Spesialisasi Cat
Mengenal Perawatan Kulit Wajah Trilogy 2.0 yang Kini Hadir di Jambi
Apa Itu Cryptarithm? Game Angka yang Bikin Sandy dan Axel Gampang Tumbangkan Tim Jessica Clash of Champions
Cara Siapkan Anak Kembali ke Sekolah Usai Libur Panjang, Orangtua Bisa Terapkan Ini
Jalani dengan Happy, Prilly Latuconsina Diet Apa Hingga Berhasil Turun 12 Kg?
Kontribusi Nutrisi dalam Mencegah Rambut Rontok Punya Peran Penting, Ini Alasannya
Pilih Kopi atau Teh di Pagi Hari? Ungkap Kepribadian Seseorang Lewat Minuman Favorit
Pegi Setiawan
Kasus Pegi Setiawan Disebut Salah Tangkap Usai Menang Praperadilan, Ini Kata Mabes Polri
Mabes Polri Yakin Polda Jawa Barat Akan Patuhi Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Bareskrim Polri Evaluasi Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Usai Pegi Setiawan Menang Praperadilan
Kejagung Soal Putusan Bebas Pegi Setiawan: Ada Prosedur Tidak Terpenuhi
Status Tersangka Pegi Setiawan dalam Kasus Vina Cirebon Batal Demi Hukum, Ini Respons Hotman Paris
DPR Minta Nama Baik Pegi Setiawan Dipulihkan Usai Status Tersangkanya Gugur
Berita Terkini
BRI Raih Penghargaan Platinum BISRA Awards 2024, Buah Manis Konsisten Atasi Masalah Sampah dan Lawan Perubahan Iklim
Ini Respons KY soal Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
VIDEO: Ribuan Muda Mudi Padati Gelaran Pertamina Weekend Fest 2024
Dirjen Dukcapil: Data Kependudukan Tak Ikut Bocor Diserang Ransomware
7 Potret Kimmy Jayanti dan Greg Nwokolo Liburan di Jepang, Anak Tampil Gaya Pakai Kimono
Sekawan Limo Ditonton 500 Ribuan dalam 4 Hari, Siap Jadi Film Indonesia ke-10 Peraih 1 Juta Penonton
Kasus Pegi Setiawan Disebut Salah Tangkap Usai Menang Praperadilan, Ini Kata Mabes Polri
Nikita Willy Yakin Semua Anak Lahir Untuk Jadi Pemenang
Rafah Jadi Kota Hantu yang Tertutup Debu dan Dipenuhi Puing Setelah 2 Bulan Invasi Israel
Mabes Polri Yakin Polda Jawa Barat Akan Patuhi Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
6 Film Tema Satu Suro untuk Pecinta Horor, Bikin Merinding
Festival Ekonomi Keuangan Syariah Diselenggarakan di Kawasan Timur Indonesia, Apa Tujuannya?
Profil Thiago Alcantara, Pemain Liverpool yang Memutuskan Pensiun di Usia 33 Tahun
Bareskrim Polri Evaluasi Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Usai Pegi Setiawan Menang Praperadilan