uefau17.com

Jelang 1 Tahun Perang Ukraina, China dan Rusia: Hubungan Kami Tidak Tunduk pada Tekanan Siapapun - Global

, Moskow - Presiden Vladimir Putin mengatakan, hubungan antara Rusia dan China mencapai tonggak baru. Hal tersebut disampaikannya usai bertatap muka dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Partai Komunis China sekaligus diplomat paling senior negara itu, Wang Yi, pada Rabu (22/2/2023), di Moskow.

"Hubungan Rusia-China berkembang seperti yang kami rencanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Semua bergerak maju dan berkembang," ujar Putin, yang berdiri di samping Wang seperti dikutip dari CNN, Kamis (23/2). "Kerja sama di arena internasional Rusia dan China, seperti yang telah kami sampaikan berulang kali, sangat penting untuk menstabilkan situasi internasional."

Wang menambahkan bahwa hubungan kedua negara tidak dapat tunduk pada tekanan dari pihak ketiga.

"Hubungan China-Rusia tidak diarahkan pada negara ketiga manapun dan tentu saja tidak dapat tunduk pada tekanan dari negara ketiga manapun," ujar Wang, yang merupakan mantan menteri luar negeri China.

Kunjungan Wang, yang berlangsung beberapa hari sebelum peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, secara luas diyakini sebagai pendahulu pertemuan antara Putin dan Presiden China Xi Jinping.

Pada Desember 2022, Putin dan Xi menggelar pertemuan virtual. Putin menggambarkan hubungan kedua negara yang terbaik dalam sejarah dan dia mengundang Xi ke Moskow pada musim semi 2023.

Wall Street Journal pada Selasa melaporkan bahwa Xi kemungkinan akan berkunjung ke Moskow pada April atau awal Mei 2023.

Lawatan Wang juga terjadi beberapa hari setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan kunjungan Presiden Joe Biden ke Ukraina. AS baru-baru ini menggemakan klaim bahwa China tengah mempertimbangkan pengiriman senjata dan amunisi ke Rusia.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

China Pertahankan Tren Positif dengan Rusia

Sebelum bertemu Putin, Wang lebih dulu mengadakan sejumlah tatap muka dengan pejabat Rusia, termasuk Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.

Dalam pertemuannya dengan Lavrov, Wang mengatakan bahwa dia mengharapkan kedua negara untuk mencapai konsensus baru dalam memajukan hubungan bilateral.

"Hari ini saya bersedia untuk bertukar pandangan lebih lanjut dengan Anda, teman lama saya, tentang kemajuan hubungan timbal balik kita dan saya pikir kita pasti akan mencapai konsensus baru," kata Wang kepada Lavrov pada Rabu. "Tidak peduli bagaimana situasi internasional berubah, China telah dan tetap bersedia mempertahankan tren positif dengan Rusia dalam membangun hubungan kerja sama jenis baru antara kekuatan besar."

Wang mengatakan di bawah kepemimpinan Xi dan Putin, kedua negara telah mempertahankan tekad strategis mereka dan dengan tegas menentang perilaku sepihak atau intimidasi apa pun, serta dengan teguh menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan masing-masing.

3 dari 3 halaman

Kokoh seperti Batu

Pada Selasa, Wang mengatakan kepada Kepala Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev bahwa hubungan Beijing dengan Moskow kokoh seperti batu.

"Hubungan China-Rusia sudah matang dan kokoh seperti batu serta akan tahan terhadap ujian situasi internasional yang terus berubah," kata Wang seperti dilansir kantor berita Rusia, Sputnik.

"Kami siap bersama dengan pihak Rusia, sesuai dengan kesepakatan tingkat atas untuk secara tegas mempertahankan kepentingan dan martabat nasional serta mendorong kerja sama yang saling menguntungkan di semua bidang," ungkap Wang.

Sementara itu, Patrushev memberi tahu Wang bahwa China dan Rusia harus tetap bersatu dalam menghadapi tekanan yang meningkat dari Barat, mengutip apa yang disebutnya sebagai "peristiwa berdarah yang dilancarkan oleh Barat di Ukraina".

Rusia telah berulang kali menuduh Barat menghasut perang di Ukraina dan Beijing membeo pesan tersebut.

"Dalam konteks kampanye kolektif Barat untuk menahan Rusia dan China... koordinasi dan interaksi Rusia-China di arena internasional membawa kepentingan khusus," kata Patrushev.

Patrushev mengatakan pula bahwa Rusia dan China harus berusaha untuk menciptakan tatanan dunia baru yang lebih adil, yang menantang hegemoni unipolar kolektif Barat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat