, Urubamba - Salah satu simbol Kerajaan Inca paling terkenal saat ini adalah benteng kuno Machu Picchu, yang dibangun di antara puncak Machu Picchu dan Huayan Picchu.
Dibangun sekitar tahun 1450 di ketinggian sekitar 2.350 mdpl, Machu Picchu berada di atas lembah Urubamba, kawasan Pegunungan Andes, Peru. Benteng ini juga berlokasi di jalan yang sempit di sepanjang sisi gunung yang curam.
Baca Juga
VIDEO: Gempa Berkekuatan 7,2 Skala Richter Mengguncang Peru bagian Selatan
Gempa M 7,2 Guncang Peru Selatan, Getaran Terasa hingga Ibu Kota dan Buat Tempat Tidur Goyang
Hasil Copa America 2024: Miguel Araujo Diusir Wasit, Kanada Bungkam Perlawanan Peru
Teras yang dibangun di tebing berbatu, yang menghadap ke jurang Sungai Urubamba, digunakan untuk bercocok tanam. Mata air di sana menyediakan cukup air segar untuk lebih dari 1.000 penduduk.
Advertisement
Namun, mengapa Machu Picchu dibangun di tempat yang susah diakses seperti itu?
Selain dari aspek religius, penelitian baru yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Geological Society of America (GSA) menunjukkan, Bangsa Inca pun memikirkan soal geologi yang dinilai mereka berperan penting bagi kerajaan.
Berdasarkan investigasi lapangan dan analisis foto udara oleh tim peneliti dari Rio Grande do Sul University, seperti dikutip dari Forbes, Kamis (26/9/2019), Kerajaan Inca dibangun di tempat-tempat di mana patahan geologis saling bersilangan.
Machu Picchu berada di atas dua sistem patahan penting yang saling bertemu, satu berjalan dari timur laut ke barat daya dan satu lagi berjalan dari barat laut ke tenggara. Bahkan, satu bangunan dan kuil di benteng mengikuti panjangnya sesar.
Sejalan dengan patahan tersebut, granit keras yang dipakai untuk membangun Machu Picchu, batholith (sejumlah besar batuan beku intrusi, lebih besar dari 100 kilometer persegi, yang terbentuk dari magma dingin di kerak Bumi) yang berusia 250 juta tahun, hancur oleh gerakan tektonik.
Suku Inca beradaptasi dengan keberadaan sesar tersebut. Mereka menggali puing-puing yang sudah longgar. Blok granit yang digali ini kemudian digunakan untuk membangun dinding dan bangunan.
Parit yang digali di tanah juga memiliki keuntungan penting lainnya, di wilayah dengan curah hujan hampir 80 inci per tahun, karena berperan sebagai saluran drainase untuk air tanah.
Mereka harus tahu cara untuk mengeringkan gunung Inca kuno agar menstabilkan lereng yang berbatu. Jika tidak, maka area tersebut akan sangat rentan terhadap runtuhan dan tanah longsor.
Analisis lebih lanjut dari foto udara menunjukkan situs Inca lainnya, seperti Ollantaytambo di Peru tenggara, Pisac di Lembah Suci Inca, yang seluruhnya berada di atas sistem sesar utama.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Penjelasan Lanjut
![Pusat Kerajaan Inca, Machu Picchu](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/pvGZUFAdiiYoQBsg7Y-ojec9ISY=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/951736/original/035216600_1439221034-20150810-Machu_Pincchu-_Inca-_Peru.jpg)
Machu Picchu dianggap sebagai salah satu pencapaian arsitektur terbesar umat manusia. Situs ini dibangun di atas Pegunungan Andes di wilayah terpencil, di atas ngarai sungai yang terjal.
Namun, lokasi tempat yang dikatakan suci ini telah lama membingungkan para ilmuwan: Mengapa Suku Inca membangun karya agung mereka di tempat yang sulit dijangkau? Penelitian menunjukkan bahwa jawabannya mungkin terkait dengan sesar geologis yang terletak di bawah situs.
Pada Senin, 23 September 2019, pada pertemuan tahunan GSA di Phoenix, Rualdo Menegat (seorang ahli geologi di Rio Grande do Sul University), mempresentasikan hasil analisis geoarkeologis terperinci yang menerangkan Suku Inca memang sengaja membangun Machu Picchu --serta beberapa kota mereka-- di lokasi di mana patahan tektonik bertemu.
"Lokasi Machu Pichu bukanlah suatu kebetulan," kata Menegat, dikutip dari sciencedaily.com, Kamis (26/9/2019). "Tidak mungkin membangun situs seperti itu di pegunungan tinggi jika substratnya (dasar) tidak retak."
Dengan menggunakan kombinasi pencitraan satelit dan pengukuran lapangan, Menegat memetakan jaringan padat fraktur (keretakan) dan patahan yang ada di bawah Situs Warisan Dunia UNESCO.
Menegat menemukan bahwa sesar dan fraktur ini terjadi dalam beberapa set, beberapa di antaranya sesuai dengan zona patahan utama yang bertanggung jawab untuk mengangkat Pegunungan Andes Tengah selama delapan juta tahun terakhir.
Karena beberapa dari sesar itu berorientasi di timur laut-barat daya dan yang lainnya di barat laut-tenggara, patahan tersebut secara kolektif membuat bentuk huruf "X", di mana sesar-sesar ini berpotongan di bawah Machu Picchu.
Pemetaan Menegat menunjukkan bahwa sektor perkotaan dan ladang pertanian di sekitarnya, serta bangunan dan tangga-tangga, semuanya sejalan dengan tren sesar utama ini.
"Tata letak jelas mencerminkan matriks fraktur yang mendasari situs," ujar Menegat. Kota Inca kuno lainnya, termasuk Ollantaytambo, Pisac, dan Cusco, juga terletak di persimpangan sesar.
Advertisement
Kerajaan yang Retak
![[Bintang] Peru](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/yhpsn7d-s8r8DOIPRFuiAHytsng=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1008895/original/b6b72a1ff53e64c61c381c2ce56a7177-046371100_1443871004-12.jpg)
Hasil studi Menegat menunjukkan jaringan patahan dan patahan yang mendasari merupakan bagian integral dari konstruksi Machu Picchu.
Suku Inca memanfaatkan bahan bangunan yang berlimpah di zona patahan. "Keretakan yang intens di sana membuat batu-batu itu pecah di sepanjang bidang kelemahan yang sama ini, yang sangat mengurangi energi yang dibutuhkan untuk mengukirnya."
Selain membantu membentuk bangunan berbahan dasar batu, jaringan patahan di Machu Picchu kemungkinan menawarkan keunggulan lainnya. "Sesar tektonik di daerah itu menyalurkan air lelehan dan air hujan langsung ke lokasi penduduk," ucap Menegat.
Pembangunan Machu Picchu yang sedemikian tinggi juga mempunyai manfaat untuk mengisolasi situs dari longsoran dan tanah longsor --bahaya yang terlalu umum di lingkungan pegunungan semacam ini.
Sesar yang mendasari Machu Picchu juga membantu mengeringkan situs ini ketika diterpa badai hujan yang hebat.
"Kira-kira, dua pertiga dari upaya untuk membangun tempat suci ini melibatkan pembangunan drainase bawah permukaan," Menegat menejlaskan.
"Fraktur yang sudah ada sebelumnya membantu proses ini dan membantu menjelaskan pelestariannya yang luar biasa," lanjutnya. "Machu Picchu dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa peradaban Inca adalah kerajaan batu yang retak."
Terkini Lainnya
VIDEO: Gempa Berkekuatan 7,2 Skala Richter Mengguncang Peru bagian Selatan
Gempa M 7,2 Guncang Peru Selatan, Getaran Terasa hingga Ibu Kota dan Buat Tempat Tidur Goyang
Hasil Copa America 2024: Miguel Araujo Diusir Wasit, Kanada Bungkam Perlawanan Peru
Penjelasan Lanjut
Kerajaan yang Retak
Machu Picchu
Inca
Suku Inca
Lempeng Tektonik
Sains
peru
Rekomendasi
Gempa M 7,2 Guncang Peru Selatan, Getaran Terasa hingga Ibu Kota dan Buat Tempat Tidur Goyang
Hasil Copa America 2024: Miguel Araujo Diusir Wasit, Kanada Bungkam Perlawanan Peru
Ini Bahasa Paling Langka di Dunia, Hanya Satu Penutur yang Masih Mahir
Hasil Copa Amerika 2024: Peru dan Chile Bermain Imbang
Hasil Copa America 2024: Lini Depan Mandek, Duel Peru vs Cile Berakhir Tanpa Gol
Listrik Padam Bandara Lima Peru Bikin Ribuan Penumpang Terdampar
Perundingan Perdana Indonesia-Peru CEPA Dimulai, Target Selesai November 2024
Tabrakan Bus dan Kereta Kargo di Peru Tewaskan 4 Orang, 30 Lainnya Terluka
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
HEADLINE: Pudarnya Sinar Bintang di Euro 2024 dan Copa America 2024, Siapa Jadi Pembeda di Semifinal?
Sudah 39 Tahun, Cristiano Ronaldo Beri Bocoran Terkait Masa Depannya di Portugal
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
HEADLINE: Pudarnya Sinar Bintang di Euro 2024 dan Copa America 2024, Siapa Jadi Pembeda di Semifinal?
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Kinerja Sudah Terbukti, Anwar Hafid Disebut Paket Komplit Cagub Idaman Warga Sulteng
Diskominfo Kepulauan Babel Tingkatkan Pengawasan untuk Lawan Hoaks Menjelang Pilkada 2024
Kaesang Pangarep Ungkap PSI-PKS Jalin Kerja Sama di Pilkada untuk 3 Wilayah Ini
Kapan Pilkada 2024? Simak Jadwal Persiapan dan Penyelenggaraannya
Jelang Pilkada 2024, Masyarakat Aceh Barat Diminta Tak Terprovokasi Hoaks
Proses Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Simak Tanggung Jawab dan Masa Kerjanya
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
8 Juli 1972: Penulis dan Revolusioner Palestina Ghassan Kanafani Tewas di Tangan Israel
Populer
Adik Kim Jong Un Murka dengan Latihan Militer Korea Selatan di Dekat Wilayah Perbatasan
Kampung UFO Pertama Hadir di Indonesia pada Hari UFO Nasional
PM Prancis Mundur Usai Sayap Kiri Unggul dalam Pemilu Legislatif
3 Anak Tewas dalam Insiden Kebakaran Rumah, Seorang Pria Diamankan Polisi Australia
Indonesia Kecam Serangan Udara Tentara Israel ke Sekolah Palestina
Kejutan di Pemilu Prancis 2024, Sayap Kiri Unggul dalam Perolehan Suara
Cegah Kepunahan, Ilmuwan Suntik Cula Badak dengan Radioaktif
Pengunjung Taman Nasional Death Valley AS Meninggal Dunia Akibat Suhu Panas Ekstrem
Sejumlah Kereta Subway di Boston Dipasangi Wajah Lucu, Tujuannya Supaya Bikin Orang Senyum
Pegi Setiawan
Pegi Setiawan Menang Praperadilan, Salah Tangkap atau Salah Prosedur?
Pegi Setiawan Bebas, Kapolri: Kita Hormati Putusan Pengadilan
DPR Minta Semua Pihak Hormati Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Profil Eman Sulaeman, Hakim PN Bandung yang Kabulkan Praperadilan Pegi Setiawan
5 Fakta Terkait Pegi Setiawan Bebas dari Tahanan, Kabulkan Gugatan Praperadilan
Pegi Setiawan Bakal Dibebaskan, Komnas HAM Pastikan Penyelidikan Kasus Vina Cirebon Berlanjut
Berita Terkini
Amalan Pelunas Utang dan Pelancar Rezeki dari Syaikh Abu Hasan As-Syadzili
Niat Cari Kerja, Data 26 Pelamar Ini Malah Dipakai untuk Pinjol dengan Kerugian Rp 1 Miliar
Lama Hiatus, Lia ITZY Akan Ikut Rayakan Anniversary MIDZY
3 Kisah Pemain Belanda Tersukses di Manchester United
Anisha Rosnah Berhijab dan Tenteng Tas Rp50 Jutaan Saat Kunjungan ke Sekolah Bareng Pangeran Mateen
Cegah Kepunahan, Ilmuwan Suntik Cula Badak dengan Radioaktif
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Selasa 9 Juli 2024
Mantan Ajudan Wapres Brigjen Pol Sabilul Alif Jadi Wakapolda Kaltim
Polisi Tetapkan 1 Tersangka Baru Kasus Anggota DPRD Lampung Tengah Tembak Warga hingga Tewas
Dosanya Berlipatganda, Jangan Lakukan Ini di Bulan Muharram Kata UAH
Anak Pergi ke Ladang, Ayah Mertua Rudapaksa Menantu yang Sedang Sakit di Rumah
Astronom Temukan Supergugus Galaksi Raksasa
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Final Four PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Rebut Gelar Juara?
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini