, Jakarta - Organisasi pegiat hak asasi manusia Amnesty International memaparkan hasil investigasi independen mereka yang menguak temuan baru seputar krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Paparan itu disampaikan di Jakarta pada Selasa 21 November 2017.
Anggota Tim Pencari Fakta Komite HAM PBB untuk Myanmar (TPF Myanmar), Marzuki Darusman turut hadir dan ikut merespons paparan hasil investigasi serta menyampaikan pernyataan sesuai dengan bidang kepakarannya
Investigasi itu merupakan hasil kerja selama dua tahun -- sepanjang November 2015 hingga September 2017 -- yang dilakukan oleh tim investigasi Amnesty International di sejumlah daerah di Rakhine, Myanmar.
Advertisement
Baca Juga
"Dari hasil investigasi itu, kami menyimpulkan bahwa etnis Rohingya di Rakhine menerima berbagai bentuk kebijakan diskriminatif yang sistematis dari pemerintah, militer, dan kelompok warga mayoritas di Myanmar," kata Elise Tillet, ketua tim investigasi pencari fakta independen Amnesty International di Jakarta, Selasa (21/11/2017).
"Beragam diskriminasi berbasis rasisme yang tersistematis, serta berbagai pembatasan hak asasi manusia di dalam kebijakan dan hukum pemerintahan di Myanmar, mengakibatkan etnis Rohingya menjadi kelompok yang liyan (dianggap beda) dan terpinggirkan. Maka dari pada itu, kelompok etnis Rohingya menjadi korban kejahatan apartheid," tambah Tillet.
Menurut Tillet dan kawan-kawan, etnis Rohingya di Rakhine mengalami beragam bentuk pembatasan HAM yang merupakan bukti atas kejahatan apartheid.
Pembatasan itu berupa restriksi mobilitas, akses kesehatan, akses pendidikan, pemenuhan kebutuhan hidup mendasar seperti makanan, serta pemenuhan hak sipil dan politik.
"Untuk melakukan perpindahan dari satu kota ke kota lain, etnis Rohingya harus memiliki dokumen izin mobilitas yang mesti ditandatangani oleh aparat keamanan Myanmar setempat. Mereka juga harus melaksanakan sejumlah mekanisme pemeriksaan yang ekstensif bahkan sarat dengan kekerasan di pos keamanan di perbatasan antar daerah. Dan hal itu tidak dialami oleh kelompok etnis lain," papar Tillet.
"Restriksi itu juga memaksa mereka melakukan mobilitas melalui jalur aliran sungai di Rakhine, karena mereka dilarang menggunakan jalan raya di kawasan. Padahal, saya tegaskan, jalan yang menghubungkan antar desa atau daerah tersedia di sana," tambahnya.
Penbatasan mobilitas lain yang dialami oleh kelompok Rohingya adalah pemberlakuan jam malam.
Tillet melanjutkan, restriksi mobilitas yang dialami oleh etnis Rohingya ikut menghasilkan pembatasan lain yang dialami mereka.
"Mereka jadi sulit untuk mengakses fasilitas kesehatan, sulit untuk bepergian ke masjid tempat mereka beribadah, dan tidak bisa pergi bertani, berladang, atau berlayar mencari ikan. Bahkan ada yang mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak boleh pergi ke kota-kota besar," papar Tillet.
Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid menambahkan bahwa, sumber dari segala bentuk restriksi serta pembatasan pemenuhan HAM yang dialami oleh Rohingya adalah produk hukum Myanmar Citizenship Act 1982 yang membantah eksistensi kelompok etnis tersebut.
Melengkapi pernyataan Usman, Tillet mengatakan bahwa diskriminasi dan segregasi itu terjadi sistemik dari pemerintah pusat hingga ke daerah.
"Semua institusi itu di bawah otorisasi Kementerian Dalam Negeri Myanmar yang masih banyak dipengaruhi oleh militer. Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin sipil tidak memiliki otoritas yang kuat," tambahnya.
Dari berbagai temuan hasil investigasi itu, Elise Tillet, selaku perwakilan Amnesty International mengimbau agar Myanmar harus menghentikan segala kebijakan yang mendiskriminasi dan mensegregasi etnis Rohingya.
Dan pada akhirnya, "Komunitas internasional perlu melakukan intervensi, jika Myanmar tidak melakukan apa-apa," papar Tillet.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Anggota TPF Myanmar Menyambut Baik Langkah Amnesty International
Anggota Tim Pencari Fakta Komite HAM PBB untuk Myanmar (TPF Myanmar), Marzuki Darusman yang hadir dalam perhelatan itu, menyambut baik paparan investigasi independen Amnesty International.
"Suatu sumbangan yang penting dalam melakukan konseptualisasi atas problematika yang sering disebut sebagai krisis Rohingya itu. Tim pencari fakta tentu menyambut baik laporan itu dan mudah-mudahan kita bisa berinteraksi untuk lebih mendalami proses serta seluk- beluk mereka mencapai kesimpulan tersebut," papar Marzuki.
"Lembaga swadaya dan organisasi seperti Amnesty International telah berkali-kali mengangkat penindasan terhadap komunitas Rohingya dari berbagai aspek tertentu. Temuan itu menunjukkan adanya indikasi unsur pidana pelanggaran berat dan serius terhadap hak asasi manusia (gross human rights violation)," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Marzuki juga memaparkan mengenai informasi terbaru seputar kinerja TPF Myanmar hingga saat ini.
"Untuk awal ini, kita sudah melakukan berbagai pengumpulan data. PBB memperpanjang tugas kita hingga September 2018 nanti. Saat itu, kita baru bisa menyampaikan laporan final ke Komisi HAM PBB," papar pria yang pernah menjabat sebagai Jaksa Agung RI itu.
Meski begitu, Marzuki mengatakan simpulan sementara bahwa, "Kekerasan masih berlangsung meski Myanmar telah mengklaim bahwa kekerasan akan atau sudah dihentikan. Kenyataannya, kekerasan itu masih berlangsung. Situasi di sana juga masih belum stabil," tambahnya.
Terkini Lainnya
Inggris: Krisis Rohingya Menodai Reputasi Myanmar
Indonesia Memulai Pembangunan Rumah Sakit di 'Kampung' Rohingya
AS Desak Investigasi Independen atas Krisis Rohingya
Anggota TPF Myanmar Menyambut Baik Langkah Amnesty International
Amnesty Internasional
Rohingya
Krisis Rohingya
Apartheid
Rekomendasi
16 Juni 1976: Tragedi Pemberontakan Soweto di Afrika Selatan Bunuh 176 Orang, jadi Awal Hari Pemuda
Cyril Ramaphosa Kembali Menjadi Presiden Afrika Selatan
Mahasiswa Yahudi di University of Cambridge Ikut Aksi Pro-Palestina: Kewajiban Agama Saya untuk Menentang Genosida
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Minggu 30 Juni di Indosiar dan Vidio
Prediksi Copa America 2024 Argentina vs Peru: Kesempatan Pelapis Tim Tango
Hasil Copa America 2024: Brace Vinicius Junior Bawa Brasil Gulung Paraguay
Timnas Indonesia U-16
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Garuda Nusantara Dilarang Takut
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Lupakan Euforia, Nova Arianto Minta Skuad Timnas U-16 Fokus di Semifinal Piala AFF U-16
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos: Pesta Gol, Garuda Nusantara Lolos ke Semifinal
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos: Sempat Tertinggal, Garuda Nusantara Unggul 4-1 di Babak Pertama
Dapatkan Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos, Sesaat Lagi Tayang di Indosiar dan Vidio
Judi Online
80 Ribu Pelajar Kecanduan Judi Online, Komnas PA Bandar Lampung Minta Cek Aktivitas Daring Anak
Promosikan Situs Judi Online, Belasan Selebgram Lampung Kena Batunya
Kepala Desa di Sampang Diminta Jadi Pelopor Pencegahan Judi Online
Hoaks Terkini Seputar Judi Online, Simak Biar Tak Terpengaruh
Punya Ayah Kecanduan Judi dan Menafkahi Keluarga dari Uang Haram, Bagaimana Buya?
Top 3 News: Tangani 23 Kasus Judi Online, Polda Metro Jaya Sebut Semua Bandar Ada di Luar Negeri
Pilkada 2024
Jokowi Effect Disebut Masih Ada di Pilkada 2024, PDIP Andalkan Ini
Pilkada 2024, PDIP Buka Peluang Kerja Sama dengan Gerindra sampai PKB
Bukan di Jakarta, Golkar Pastikan Ridwan Kamil Menang di Pilkada Jawa Barat
Ribuan Petani Kumpul di Semarang Minta Sudaryono Maju Gubernur Jawa Tengah
LSI Sebut Jokowi Effect Pengaruhi Pemilih di Pilgub Jateng 2024
Visi Eman Suherman Majukan Majalengka dengan Kolaborasi Disebut Menuai Dukungan Besar
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
1 Juli 2023: Bus Pariwisata Hangus Terbakar Usai Tabrak Pembatas Jalan di Maharashtra India, 25 Orang Tewas
Populer
Disdikbud Kabupaten Kupang: Ada Peningkatan Angka Literasi pada Siswa Sekolah
Korea Utara Sebut Hubungan AS, Jepang, dan Korea Selatan bak NATO Versi Asia
4 Museum di Ibu Kota Rusia Ini Wajib Dikunjungi
5 Orang Tewas dalam Ledakan di Gudang Kembang Api Filipina
Dikira Alkohol, 4 Nelayan di Sri Lanka Tewas Usai Minum Air dari Botol yang Ditemukan di Laut
Bank Sentral Myanmar Bantah Laporan PBB soal Transaksi Senjata: Kami
Siswa SMAN 3 Kupang Timur Jadi Agen Pengendali Perubahan Iklim Lewat Game GENERAKSI
4 Manfaat Hadirnya Keluarga dan Teman untuk Jaga Kesehatan Mental dan Fisik Seseorang
Dinilai Tampil Mengecewakan pada Debat Perdana Pilpres AS 2024, Akankah Joe Biden Tergantikan?
Euro 2024
Laga Dramatis, Inggris Berhasil Redam Slovakia 2-1
Bungkam Georgia, Spanyol Tantang Jerman di Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Euro 2024: Tekuk Georgia, 2 Wonderkid Spanyol Lamine Yamal dan Nico Williams Malah Girang Jumpa Jerman di Perempat Final
Euro 2024: Komentar Jude Bellingham Usai Cetak Gol Salto Lawan Slovakia, Inggris Makin Pede di Perempat Final?
Berita Terkini
Daftar Lengkap Harga BBM Terbaru Pertamina, Shell dan BP-AKR pada 1 Juli 2024
6 Zodiak yang Sulit Dipuaskan dalam Hubungan, Kamu Termasuk?
Dealer ke-10 Sea-Doo Can-Am Indonesia Berdiri di Pantai Indah Kapuk, Bisa Sewa Jetski
7 Potret Angga Yunanda Rambut Mirip D.O. EXO, Bintangi Film My Annoying Brother
Bank Sentral Myanmar Bantah Laporan PBB soal Transaksi Senjata: Kami
Mengenal Stone Garden, Tempat Wisata Alam Bersejarah dan Mempesona
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Garuda Nusantara Dilarang Takut
Angelina Sondakh Antar Keanu Massaid ke Spanyol, Serasa Dijaga dan Ditemani Adjie Massaid dari Atas
Metro Sepekan: Sempat Dapat Perlawanan, Ratusan Lapak PKL di Puncak Bogor Dibongkar Satpol PP
7 Gaya Pemotretan Aura Kasih Bareng Arabella, Tampil Curi Perhatian
NIK Resmi Jadi NPWP Mulai 1 Juli 2024
PKS dan PDIP Kota Bogor Sepakat Bangun Koalisi di Pilkada 2024
Laga Dramatis, Inggris Berhasil Redam Slovakia 2-1
Transaksi Saham GOTO Sentuh Rp 6 Triliun di Pasar Negosiasi, Begini Penjelasan Manajemen
Wanita Terpaksa Servis Motor sampai Jutaan Rupiah karena Utamakan Beli Skincare Dibanding Ganti Oli