, Pyongyang - Meski dikabarkan sebagai negara dengan perekonomian yang buruk, namun siapa sangka, Korea Utara dilaporkan memiliki sebuah pusat perbelanjaan di Pyongyang, yang dikhususkan menjual sejumlah benda mewah.
Di mal mewah itu, berbagai macam benda apapun bisa didapat oleh para pejabat elite Korea Utara, mulai dari wiski berkualitas, perhiasan, parfum, satu set drum, atau saxofon.
Advertisement
Uniknya, mal tersebut hanya khusus melayani transaksi tunai. Alasannya, diduga uang tunai hasil transaksi di pusat perbelanjaan khusus barang mewah itu akan langsung masuk ke dalam kas negara, dan sebagian fulus tersebut disisihkan untuk program pengembangan nuklir Korea Utara. Demikian seperti diwartakan oleh CNN, Selasa (18/7/2017).
Baca Juga
Laporan eksistensi mengenai pusat perbelanjaan mewah itu merupakan hasil investigasi yang dilakukan oleh NK Pro, firma independen pemantau Korea Utara.
Keberadaan mal mewah itu justru menyimbolkan kondisi yang berlawanan dengan situasi masyarakat Korea Utara di wilayah pedesaan, yang sebagian besar --menurut klaim NK Pro-- hidup dalam kemiskinan.
"Saya pernah melihat seorang warga Korea Utara membayar menggunakan lembaran uang seratus dolar untuk sebuah benda seharga US$ 2.000. Siapapun yang memiliki mata uang dolar, dibolehkan untuk berbelanja di sana," kata seorang diplomat sebuah negara Barat yang bekerja di Pyongyang, menceritakan pengalamannya kala mengunjungi mal mewah tersebut.
Benda-benda mewah nan mahal seperti wiski, perhiasan, atau parfum mahal di Korea Utara merupakan barang langka. Pasalnya, sejak sejumlah negara Barat dan Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi terhadap negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu, pasokan benda mewah tersebut mengalami keterbatasan, penurunan, langka, hingga tidak ada sama sekali.
Penyebab penjatuhan sanksi yang membuat pasokan barang tersier menjadi langka disebabkan oleh --tak lain dan tak bukan-- program pengembangan rudal dan persenjataan nuklir Korea Utara.
Akan tetapi, investigasi NK Pro menunjukkan bahwa, benda mewah itu masih beredar di mal di Pyongyang tersebut. Hal itu jadi salah satu bukti bahwa, sanksi yang diterapkan oleh negara Barat dan Dewan Keamanan PBB terhadap Korut, belum efektif.
Menurut laporan NK Pro, mal mewah tersebut menjual satu lemari penuh produk Montblanc, merek mewah asal Jerman. Salah satu produk Montblanc yang dijual adalah arloji seharga 460.000 won Korea Utara atau setara dengan US$ 4.000.
Meski begitu, pihak Montblanc mengaku bahwa pihaknya tidak mendistribusikan dan menjual produk di Korea Utara.
"Impor yang dimaksud mungkin merupakan distribusi ilegal atau lewat penyalur pihak kedua," jelas Montblanc dalam pernyataan tertulis.
Dugaan terkait penyalur pihak kedua nampak mengindikasikan bahwa sejumlah barang mewah itu didistribusikan oleh negara lain yang menjalin relasi dengan Korea Utara.
Menurut mantan pejabat Korea Utara, transaksi jual-beli barang mewah di mal elite di Pyongyang itu mampu memberikan keuntungan besar untuk sejumlah program prioritas negara.
"Mereka mendapat keuntungan yang besar melalui penjualan di mal mewah tersebut. Keuntungan yang didapat dialirkan ke kas negara, dan nantinya akan digunakan untuk program pengembangan misil dan nuklir," jelas Kim Kwang-jin, mantan atase yang membantu aktivitas finansial ilegal Korea Utara, dan kini menjadi seorang pembelot.
Saksikan juga video berikut ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mesin Uang Korut
Kim Kwang-jin, pembelot Korut yang kini bekerja sebagai analis di Korea Selatan, menambahkan bahwa mal mewah tersebut merupakan salah satu bagian proyek milik Office 39, lembaga --yang diduga oleh Kementerian Keuangan AS-- beroperasi dalam aktivitas finansial ilegal Korea Utara.
"Mereka mengontrol mal dan swalayan mewah, perhotelan, dan industri jasa di Pyongyang. Semua bisnis terbaik ditangani oleh mereka," jelas Kwang-jin.
Tak jelas berapa banyak keuntungan yang dapat diperoleh oleh Office 39. Estimasi kasar, lembaga itu mampu menjaring keuntungan finansial sebesar ratusan juta dollar dari berbagai aktivitas bisnis.
Lembaga yang didirikan sekitar 1970-an pada rezim Kim Il-sung itu, menurut Kwang-jin, lebih tepat dianggap sebagai organisasi keluarga, ketimbang organisasi pemerintah. Organisasi itu merupakan bisnis keluarga besar Kim. Bukan milik kabinet, bukan milik pemerintah," tambah Kwang-jin.
Diduga, Office 39 turut melakukan aktivitas bisnis luar negeri dengan sejumlah negara. Keuntungan perdagangan yang dijalin oleh Office 39 dengan negara lain dianggap masuk ke dalam kas program pengembangan nuklir Korut.
Dan, baru-baru ini, upaya untuk memotong arus finansial ilegal Korea Utara yang bersumber dari negara lain menjadi salah satu agenda prioritas Washington, DC. Urgensi agenda itu semakin menjadi, khususnya sejak Pyongyang berhasil melakukan tes rudal untuk yang ke-11 kalinya sepanjang tahun 2017.
"Aksi global dibutuhkan untuk menghentikan ancaman yang bersifat global pula. Setiap negara yang membantu Korea Utara, dari aspek ketenagakerjaan, ekonomi, atau militer, jelas-jelas melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB," jelas Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Akhir Juni lalu, Kementerian Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi terhadap empat entitas finansial asal China, yang diduga berperan sebagai "pipa penghubung" untuk mendukung aktivitas finansial ilegal Korut. Sanksi itu dijatuhkan pada Bank of Dandong, satu perusahaan, dan dua individu pegiat finansial.
"Kami akan terus memotong arus keuangan Korea Utara sampai mereka taat pada ketentuan yang ada," kata Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, 30 Juni 2017.
Kebijakan sanksi AS juga turut merambah ke Afrika. Salah satu negara yang dijatuhi sanksi adalah Sudan.
Hingga kini, Sudan masih meninjau sanksi yang diterapkan AS tersebut. Negara dengan Ibu Kota Khartoum itu akan merespons penjatuhan sanksi Washington, DC pada Oktober tahun ini.
Washington, DC juga menduga bahwa sejumlah entitas asal Myanmar dan Singapura memiliki riwayat, bahkan hingga kini masih, membeli persenjataan produksi Korea Utara.
Pada 2015, Kementerian Keuangan AS meyakini junta militer yang pada saat itu memerintah Myanmar, merupakan salah satu pembeli sistem misi balistik produksi Korut. Penjualan itu dipercaya sebagai sumber dana program pengembangan rudal, hulu ledak nuklir, dan gaya hidup mewah Kim Jong-un.
Meski kini junta militer Myanmar telah kehilangan relevansinya di pemerintahan, kekuatan politik mereka masih memiliki pengaruh besar. Mereka juga diduga rutin menjalin kontak dengan Korea Utara.
Awal tahun ini, Directorate of Defense Industries (DDI) Myanmar merupakan satu dari 30 lembaga dunia yang dijatuhi sanksi oleh Kemlu AS. Meski penjatuhan sanksi tak menyebut keterkaitan dengan Korut sebagai faktor, pada 2012 DDI sempat menuduh hal serupa. Dan pada 2013, kepala DDI Letnan Jenderal Thei Htay resmi dijatuhi sanksi oleh Kemenkeu AS.
Sementara itu, beberapa firma asal Singapura turut diduga menjalin hubungan dengan entitas Korea Utara.
Laporan dari PBB awal tahun ini sempat menyebut bahwa sebuah perusahaan bernama Pan Systems Pyongyang memanfaatkan jaringan agensi finansial asal China, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Timur Tengah, untuk mengelabui mekanisme sanksi yang diterapkan oleh AS Cs. Skema itu dimanfaatkan untuk melakukan perdagangan material persenjataan produksi Korea Utara.
Kwang-jin pun turut mengafirmasi dugaan finansial ilegal Korea Utara dengan Singapura.
"Mereka ingin menghasilkan uang dengan perjanjian ilegal bersama Korut. Dan aktivitas itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Begitupun perdagangan yang bersifat legal. Singapura juga menjadi negara yang strategis, mengingat mereka, merupakan kawasan pelabuhan internasional besar di kawasan," tambah Kwang-jin.
Terkini Lainnya
'Celengan Babi' Rahasia di Balik Gaya Hidup Mewah Kim Jong-un
Diam-Diam Myanmar Masih Jalin Hubungan Militer dengan Korut?
Jalin Hubungan Ilegal dengan Korut, AS Sanksi Bank China
Mesin Uang Korut
Korea Utara
korut
Rekomendasi
115 Penerbangan Jet Komersial Korea Selatan Terganggu Balon Sampah Korut, 10.000 Penumpang Pesawat Terdampak
Balon Sampah Korea Utara Picu Bandara Incheon di Korsel Ditutup
Militer Korea Selatan: Korut Diduga Uji Coba Rudal Hipersonik dan Meledak
Korea Utara Kirim 70 Balon Udara Mengandung Parasit dari Kotoran Manusia ke Korsel
Vladimir Putin ke Korea Utara 18-19 Juni 2024, Peningkatan Hubungan Pertahanan Jadi Sorotan
Lagu-Lagu BTS Jadi Cara Korea Selatan Balas Balon Sampah dari Korut, Diputar via Loudspeaker Jumbo di Perbatasan
Tentara Korea Selatan Putar Kencang Lagu BTS untuk Balas Balon Sampah Korut, ARMY Ngamuk di Media Sosial
Kian Panas, Tentara Korea Utara Melintas Perbatasan Picu Korea Selatan Lepaskan Tembakan Peringatan
Balas Serangan 330 Balon Sampah Korea Utara, Korsel Pasang Pengeras Suara Siarkan Propaganda Anti-Kim Jong Un
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Survei TBRC: Jelang Pilkada 2024 Kabupaten Yalimo Papua, Nama Bupati Petahana Unggul
Faldo Maldini Pamitan ke Jokowi Sebelum Maju Pilkada Tangerang
Pilkada Sulteng 2024, PKS Beri Surat Rekomendasi untuk Pasangan Anwar-Reny
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Populer
Istri di AS Tega Racuni Suami, Alasannya Merasa Tak Dihargai
Indonesia Siap Bagi Pengalaman Keharmonisan Antar Umat Beragama di Konferensi Internasional Ini
Omar Garcia Harfuch, 'Batman' dari Meksiko Ditunjuk jadi Menteri Keamanan
Profil Keir Starmer, PM Inggris Baru Pengganti Rishi Sunak yang Punya Gelar 'Sir'
Warga Negara Baru Amerika Serikat Siap Berikan Suara dalam Pilpres AS
Pilpres Iran Putaran Kedua, Massoud Pezeshkian Bakal Tetap Unggul Jadi Presiden?
Hujan Picu Banjir India-Bangladesh, 9 Orang Tewas dan 3 Juta Warga Terdampak
Kapal Terbalik di Laut Mauritania, 89 Migran Hendak ke Eropa Tewas, 72 Orang Dinyatakan Hilang
Partai Buruh Menang Pemilu, Keir Starmer yang Bergelar Bangsawan Jadi PM Inggris Gantikan Rishi Sunak
Euro 2024
Permalukan Jerman, Spanyol Raih Tiket Semifinal Euro 2024
Euro 2024: Pengakuan Jujur Pelatih Jerman dan Ungkapan Sedih Toni Kroos Usai Akhiri Karier dengan Kecewa
Euro 2024: Komentar 2 Pahlawan Spanyol Mikel Merino dan Dani Olmo Usai Singkirkan Jerman di Perempat Final
Hasil Euro 2024: Dramatis, Prancis Singkirkan Portugal 5-3 Lewat Adu Penalti
Hasil Euro 2024: Pedri Cedera, Spanyol Permalukan Jerman 2-1 untuk Tiket Semifinal
Dapatkan Link Live Streaming Perempat Final Euro 2024 Portugal vs Prancis, Tayang Sesaat Lagi
Berita Terkini
Sektor Otomotif Lesu, Gaikindo: Butuh Insentif dari Pemerintah
Menyusuri Eksotisme Gua Angin dan Gua Clearwater Sarawak Malaysia
Euro 2024: Pengakuan Jujur Pelatih Jerman dan Ungkapan Sedih Toni Kroos Usai Akhiri Karier dengan Kecewa
Ingat, Pesilat Dilarang Konvoi Motor saat Peringatan Suroan di Madiun
Mengenal Bursa Mt Gox, Salah Satu Penyebab Penurunan Bitcoin Baru-Baru Ini
3 Resep Nanas Goreng, Camilan Lezat Mudah Dibuat untuk Temani Santai Akhir Pekan
Kecelakaan Parah di Sachsenring, Marc Marquez Bisa Ikut MotoGP Jerman 2024?
IPO Pengelola Lapangan Golf Milik Anak Tommy Soeharto Oversubscribed 27 Kali
Kenali Ciri-Ciri Pakaian Anak Impor Ilegal, Dijual Bebas di Pasar Tanah Abang
Catat, 6 Tempat Wisata di Bandung yang Pernah Jadi Lokasi Syuting
Gus Baha, Hidup adalah Nikmat yang Dirindukan oleh Orang Mati
Survei TBRC: Jelang Pilkada 2024 Kabupaten Yalimo Papua, Nama Bupati Petahana Unggul
Euro 2024: Komentar 2 Pahlawan Spanyol Mikel Merino dan Dani Olmo Usai Singkirkan Jerman di Perempat Final
Pemkot Depok Optimis Bisa Kurangi Kemacetan, Beberkan Solusinya
Perbedaan Mendaki dari Jalur Karangan dengan Rute Angin-Angin di Gunung Latimojong Sulsel