, Jakarta - Fenomena pemanasan global terus memberikan dampak negatif terhadap Bumi ini dan segala bentuk kehidupan yang ada di dalamnya, baik flora maupun fauna.
Di satu sisi, manusia tersenyum puas menikmati kemajuan teknologi pada era globalisasi. Di sisi lain, ribuan hewan dan manusia di dunia bagian lain larut dalam kesengsaraan karena harus menanggung dampak dari pembuangan limbah industri tersebut.
Baca Juga
- 1 WNI Terluka dalam Ledakan Bom Istanbul?
- Peringatan Bahaya dari Kawah Mistis 'Pintu Masuk Dunia Lain'
- Eks PM Italia Silvio Berlusconi Dilarikan ke RS
Manusia telah berulang kali diingatkan tentang bahaya pemanasan global serta akibat fatalnya yang kerap kali dialami dan dirasakan oleh hewan-hewan tak bersalah.
Advertisement
Berbagai macam upaya telah dikerahkan, namun tidak semua hati bisa tergerak hanya dengan imbauan saja.
Jika kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan betapa seriusnya kondisi ini, maka anda perlu perhatikan beberapa dampak terparah pemanasan global di bawah ini.
1. Rasa Sesak Permanen
Betapa mirisnya hidup kura-kura ini. Suatu hari tubuhnya terjebak dalam sebuah karet plastik yang merupakan salah satu sampah dari limbah hasil industri yang dikendalikan oleh manusia.
Tanpa disadari, karet yang terikat mengitari tubuhnya itu menjadi aksesoris permanen. Karet plastik tersebut telah menghambat proses pertumbuhan sang kura-kura dan merusak tempurungnya yang seharusnya berperan sebagai perisai melindungi bagian dalam tubuhnya yang rapuh.
Melansir dari Daily Mail, kura-kura laut atau yang biasa disebut penyu ternyata memang sangat rentan menjadi korban limbah plastik, terutama di wilayah perairan Samudra Pasifik.
Suatu kali tim penyelamat Greenpeace menemukan satu kura-kura yang sudah mati di pesisir pantai Hawai. Saat diteliti, mereka menemukan lebih dari 1.000 bahan atau objek yang terbuat dari plastik bersarang dalam perut kura-kura malang tersebut.
2. Kelaparan Berkepanjangan
Nasib beruang kutub di bawah ini tidak berbeda jauh dengan sang kura-kura yang tubuhnya terlilit karet plastik secara permanen.
Ukuran tubuhnya menciut secara drastis, membuktikan sulitnya untuk beruang kutub mencari makanan di era yang kian 'memanas' ini.
Melansir dari CBS News, pemanasan global sendiri bukan penyebab langsung dari kematian beruang kutub yang angkanya kian meningkat dewasa ini.
Akan tetapi, fenomena tersebut memicu pelelehan pada jutaan bongkahan es yang tersebar luas di kutub.
Wilayah tersebut merupakan habitat para beruang kutub ini dan menjadi sumber utama untuk mereka mencari makanan.
Ketika habitat mereka diruntuhkan maka tidak hanya mereka kehilangan tempat tinggal, tetapi juga sumber makanan.
Oleh karena itu, pemanasan global secara tidak langsung melahirkan sejumlah dampak yang terbukti merusak struktur hidup beberapa mahluk hidup di dunia ini.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Lautan Racun dan Jebakan Maut
3. Lautan Racun
Bayangkan Anda di atas kapal, mengarungi laut atau sungai yang airnya berwarna hijau pekat memualkan.
Sayangnya, hal tersebut bukan hanya sebatas bayangan saja. Di China, lautan beracun dengan warna bermacam ragam sudah lama menjadi hal yang marak dibicarakan masyarakat luas.
Polusi udara dan juga limbah dari pabrik di sejumlah kota tidak hanya memicu pemanasan terhadap suhu di Bumi, namun juga membuat beberapa lokasi di wilayahnya sebagai tempat yang berbahaya untuk semua mahluk hidup.
Seperti dimuat di New York Times, Uni Eropa mengevaluasi bahwa hanya 1% dari 560 juta penduduk sebuah kota di negara China yang telah berhasil menghirup udara yang bisa dikategorikan aman untuk kesehatan paru-paru mereka.
Kesengsaraan kerap kali diperlihatkan di beberapa kota industri di China ini: jutaan keluarga yang jarang bisa melihat matahari, pepohonan dan segala jenis tanaman yang gersang nampak tak terawat, dan juga lautan berwarna-warni yang mana sudah membunuh keberlangsungan banyak mahluk hidup di dalam laut.
4. Jebakan Maut
Seekor singa laut dengan kawat tajam mengelilingi lehernya ditemukan terdampar di Fanny Bay, Vancouver, Kanada.
Kawat yang mencekiknya itu membuat beberapa bagian di lehernya terluka hingga berdarah di kulit bagian dalamnya. Tim penyelamat hewan kota tersebut bergegas menolongnya keluar dari kesengsaraan itu.
Singa laut yang diberi nama Kiyo ini telah membuat sadar warga setempat akan bahayanya sampah dan limbah pabrik yang tergenang di laut bebas.
Seperti dilansir dari Huffington Post, Departemen Perikanan dan Kelautan Kanada telah meyiapkan tim untuk mencari singa laut lainnya yang mengalami kasus serupa di laut sekitar.
Upaya tersebut merupakan langkah baik untuk menolong hewan ini, namun kegiatan serupa juga sebetulnya diperlukan di lautan yang mengelilingi negara lain untuk menyelamatkan jutaan mahluk hidup lainnya yang menjadi korban dari pemanasan global.
Advertisement
Koala yang Kesepian dan Penyakit Mematikan
5. Koala yang Kesepian
Koala yang gemar menghabiskan waktu untuk tidur ini sejenak terbangun ketika melihat kobaran api melalap sarangnya hingga tak ada yang tersiksa.
Tidak hanya habitatnya, keluarganya pun ikut musnah oleh api yang sangat panas itu.
Kebakaran hutan di Australia dewasa ini semakin sering terjadi. Saat musim kemarau tiba, sedikit percikan api saja bisa menimbulkan kebakaran berhektar-hektar luasnya.
Seperti dilansir dari BBC, Pemanasan global yang kian merata di seluruh bagian bumi telah memicu penaikan suhu udara hingga rasa panas menjadi luar biasa saat musim kemarau.
Pemanasan global yang diakibatkan oleh polusi dari pabrik yang mana merusak dan lama-lama mengusir keberadaan lapisan atmosfer di permukaan Bumi ini, telah membuat sinar matahari jauh lebih terik dari biasanya karena mampu menerobos langsung ke bumi tanpa ada perisai apapun yang menghalanginya.
Inilah yang terjadi beberapa kota besar di negara Australia. Seperti kota Adelaide yang kerap kali mengalami kebakaran hutan fatal hingga jutaan hektar dibumihanguskan bersama dengan ratusan hewan lainnya yang hidup di wilayah tersebut.
Koala yang berhasil diselamatkan nampak lemas ketika tangan dan kakinya direndamkan dalam air berisikan obat untuk menghilangkan nyeri karena terkena panas api.
6. Biang Penyakit Mematikan
Penyakit yang ada di sekitar kita seperti, virus ebola, flu burung, kolera, tuberculosis (TBC) merupakan dampak tidak langsung dari perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh pihak Wildlife Conservation Society, seperti dilansir dari Scientific American. Contohnya cholera, bakteri penyakit ini berkembang biak dan lebih bisa bertahan hidup di air yang suhunya hangat atau panas.
Dengan pemanasan global yang kerap kali membuat suhu air menjadi sama-sama tinggi, semakin mudah untuk virus kolera menyebar dan menyebabkan kematian dalam waktu seminggu akibat diare akut yang tak kunjung tuntas.
Contoh lainnya adalah virus ebola. Virus ini masih baru di kalangan masyarakat dunia dan obat untuk menyembuhkan mereka yang terjangkit penyakit ini belum ditemukan.
Virus ini dipercaya timbul karena kekeringan di benua Afrika. Pemanasan global telah memicu kekeringan tersebut dan secara tidak langsung menciptakan virus mematikan tersebut.
Bencana Alam Buatan Manusia
7. Bencana Alam Buatan Manusia
Akhir-akhir ini berita terkait bencana alam semakin banyak kita dengar dan lihat. Letusan gunung berapi di Chile dan gempa bumi yang menggetarkan sebagian besar Nepal yang terjadi beberapa waktu lalu telah merengut nyawa banyak orang.
Pada umumnya, manusia akan memaklumi kejadian seperti itu karena dianggap bencana alam yang tak terhindarkan.
Namun, beberapa ilmuwan telah menyimpulkan bahwa pemanasan global telah memicu sejumlah kejadian yang dianggap manusia sebagai bencana alam.
Menurut mereka, patahan gelombang seismik yang berada di kerak bumi sangat sensitif akan perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
Pemanasan global yang membuat volume air di muka bumi ini meningkat, telah mengubah keseimbangan bumi karena beban akan terasa lebih berat; dan hal tersebut tentunya akan memberikan dampak pada patahan-patahan bumi.
“Perubahan iklim perannya sangat besar dalam memicu kesensitifan patahan bumi. Hal itu dengan sangat mudahnya memicu terjadinya gempa bumi,” kata Profesor Bill McGuire dari University College London kepada Newsweek.
8. Pertumpahan Darah
Sejumlah peperangan yang terjadi di beberapa negara mempunyai akar masalah di pemanasan global. Seperti yang terjadi di Darfur, Sudan.
Para peneliti di bidang keamanan nasional mengatakan bahwa pemanasan global telah memicu perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan, sehingga jumlah bahan dasar makanan dan lainnya sangat terbatas.
Seperti dimuat dalam Seattle Post Intelligencer, ketika makanan berkurang jumlahnya akan terjadi kelaparan dan harga yang tersedia pun jadi naik. Kenaikan harga memicu kemarahan warga sehingga aktivitas kriminal meningkat dan peperangan pun terjadi.
Negara-negara yang menderita kekurangan air karena kekeringan yang diakibatkan secara tidak langsung oleh pemanasan global, sangat rentan terhadap masalah perekonomian, ketidakstabilan politik, kepanikan masyarakat dan dampak berskala nasional lainnya.
Terkini Lainnya
Lautan Racun dan Jebakan Maut
Koala yang Kesepian dan Penyakit Mematikan
Bencana Alam Buatan Manusia
Pemanasan Global
Perubahan Iklim
Polusi Udara
Limbah Beracun
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Minggu 30 Juni di Indosiar dan Vidio
Timnas Indonesia U-16
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah dan Kebobolan 5 Gol, Garuda Nusantara Gagal ke Final
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia, Senin 1 Juli Pukul 19.30 di Indosiar dan Vidio
Judi Online
Dalam 3 Bulan Polda Lampung Blokir 259 Situs Judi Online
MKD Akan Rapat Internal, Bahas Sanksi Tegas Bagi Anggota Dewan Terlibat Judi Online
Nama Jurnalis Dicatut untuk Hoaks Promosi Situs Judi, Simak Daftarnya
PBNU Minta Ada Tindakan Tegas Terhadap Bandar Besar Judi Online
Heru Budi Telusuri Oknum ASN Pemprov Jakarta Terlibat Judi Online
Judi Online di Minahasa Selatan, 2 Wanita Ditangkap
Pilkada 2024
Kapolri Pastikan Pemetaan Potensi Kerawanan Pilkada 2024 di HUT ke-78 Bhayangkara
Jelang Pilkada 2024, Jokowi Minta Polri Jaga Netralitas dan Stabilitas
KPU Jakarta Tunggu PKPU soal Batas Usia Kepala Daerah
Santun dan Sederhana, Dukungan pada Eman Suherman Maju Cabup Disebut Terus Datang
Sandiaga Tunggu Penugasan PPP untuk Maju Pilkada 2024
Heru Budi Respons Peluang Maju Pilkada Jakarta 2024: Saya ASN, Tidak Pengalaman di Bidang Politik
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
1 Juli 2023: Bus Pariwisata Hangus Terbakar Usai Tabrak Pembatas Jalan di Maharashtra India, 25 Orang Tewas
Populer
Pasukan Israel Lancarkan Serangan Bom ke 2 Kota di Lebanon Selatan
Menlu Israel ke Iran: Yang Mengancam Kehancuran Layak Dihancurkan
Taliban Ajak Negara-negara Barat Jalin Hubungan Baik dengan Cara Ini
Korea Utara Luncurkan 2 Rudal Balistik, Tensi dengan Korea Selatan Makin Panas
Indonesia Kecam Keputusan Israel Sahkan Pos Pemukiman Yahudi, Dinilai Langgar Hukum Internasional dan Resolusi PBB
Aturan Baru Gunung Fuji: Pendaki Dikenakan Tiket Masuk Rp202 Ribu
Korea Utara Tindak Tegas Pelaku Pelanggaran Budaya, Larang Pakai Gaun Pengantin hingga Bahasa Gaul
1 Juli 2023: Bus Pariwisata Hangus Terbakar Usai Tabrak Pembatas Jalan di Maharashtra India, 25 Orang Tewas
Korea Utara Sebut Hubungan AS, Jepang, dan Korea Selatan bak NATO Versi Asia
Ketegangan AS-Tiongkok Meningkat Akibat Masalah Kabel Bawah Laut, Beijing Dituduh Lakukan Spionase
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Dapatkan Link Live Streaming Babak 16 Besar Euro 2024 Prancis vs Belgia, Tayang Sesaat Lagi
Link Live Streaming 16 Besar Euro 2024 Portugal vs Slovenia, Selasa 2 Juli Pukul 02.00 WIB
Link Live Streaming Euro 2024 Prancis vs Belgia di Babak 16 Besar, Senin 1 Juli Pukul 23.00 WIB
Prediksi Euro 2024 Prancis vs Belgia: Les Bleus Jadi Ancaman Serius De Rode Duivels
Berita Terkini
Gus Baha Membalik Doa, Demi Sholat Menjaga Ekonomi
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Lagu Ours to Keep Mewarnai TikTok dengan Narasi Menyentuh Hati, Buah Kolaborasi Kakak Beradik Kendis dan Adis
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
APBN Jatim Surplus Rp49,4 Triliun per Mei 2024, Ini Penyebabnya
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Dalam 3 Bulan Polda Lampung Blokir 259 Situs Judi Online
HEADLINE: Seribu Lebih Caleg Terpilih Belum Lapor Harta Kekayaan, KPK Siap Buka Data?
Polres Garut Tetapkan Tersangka Pelaku Mutilasi di Pinggir Jalan Garut Selatan
Bos Beon Intermedia Group Beber Strategi Berbisnis kepada Mahasiswa ITS Surabaya
Sebanyak 876 Jemaah Haji Asal Garut Telah Berkumpul dengan Keluarga, Sisanya Masih Dinanti
Polisi Sebut Pengedar Narkoba di Tangerang Manfaatkan Momen HUT Bhayangkara
Vidio Original Series Terbaru Ular Tangga Dara(h), Kisah Seru Kematian Dara dan Teror Mematikan