uefau17.com

Menilik Kehidupan OYPMK di Kampung Kusta, Meski Sudah Sembuh Stigma tetap Melekat - Disabilitas

, Jakarta Sebagian orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) masih mendapatkan stigma di masyarakat meski penyakitnya sudah sembuh.

Hal ini salah satunya terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Di sana ada komplek atau kampung kusta yang penduduknya terdiri dari penyandang kusta dan OYPMK.

Salah satu OYPMK yang tinggal di sana adalah Al Qadri. Ia menceritakan kehidupan sebagai OYPMK yang sarat akan stigma.

"Di kampung saya itu (kampung kusta), yang perempuan tidak ada (orang luar) yang mau melamar, yang laki-laki tidak ada yang mau terima lamarannya," ungkap Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional ini mengutip laman resmi Kementerian Sosial, Selasa (7/2/2023).

Tak hanya dalam percintaan, diskriminasi juga dialami para OYPMK dalam berbagai bidang seperti pendidikan, pekerjaan, politik, bahkan agama.

"Kami (OYPMK) itu dilarang salat berjamaah di masjid karena takut menulari yang lain."

Di Makassar, warga lokal menyebut penyakit kusta sebagai “kandala”. Sejak kecil, warga di sana sudah terbiasa dicekoki oleh lingkungan tentang informasi miring soal penyandang kusta.

Kusta seolah menjadi penyakit yang mengerikan dan penyandangnya harus dijauhi apalagi yang sudah menjadi disabilitas karena tak ditangani.

Faktanya, penyandang kusta dapat sembuh secara total jika mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Dengan terapi multiobat (Multi Drug Therapy/MDT) dan diawasi langsung oleh dokter, kusta dapat disembuhkan secara total.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Digunakan Sebagai Ancaman dan Sumpah Serapah

Lebih parah lagi, kusta atau kandala sering dijadikan kata sumpah serapah bahkan ancaman bagi orang-orang yang dianggap melanggar janji atau berkata bohong.

Misalnya, ketika ada yang menyampaikan sebuah informasi, tapi penerima informasinya tidak percaya. Maka penerima informasi itu akan mengatakan “Kandala ko” yang maknanya "Kau akan terkena kusta (jika bohong)” untuk meyakinkan diri bahwa informasi yang diberikan benar.

Kemudian untuk menyatakan kesungguhannya, si pemberi informasi akan menjawab, "Kandala`ka`" yang maknanya, "Saya akan terkena kusta (bila berbohong)." Kusta seolah menjadi hukuman terberat bagi seseorang yang berbuat ingkar.

3 dari 4 halaman

Stigma Sejak Dulu hingga Kini

Tidak dapat dimungkiri, stigma terhadap penyakit kusta dan penyandangnya memang telah ada sejak ribuan tahun lampau. Penduduk Nusantara yang katanya terkenal agamis tentu tidak asing dengan berbagai kisah tentang penyandang kusta dalam kitab suci.

Di sana kerap ditemukan kisah penderita kusta yang dikucilkan masyarakat sehingga menjadi warga marginal dan sarat diskriminasi. Anehnya, sampai zaman sekarang, stigma itu tidak juga sirna. Padahal, sejatinya penyakit ini tidak berbahaya asalkan diobati sejak dini. Obatnya pun tersedia gratis di Puskesmas.

Pandangan dan pemahaman yang keliru ini ternyata tidak mudah hilang. Stigma itu masih melekat pada diri seseorang meski yang bersangkutan telah sembuh total dari kusta sehingga disebut sebagai OYPMK, bukan lagi pasien.

4 dari 4 halaman

Kasus Kusta di Indonesia

Sampai 2021, jumlah kasus kusta di Indonesia memang masih cukup tinggi.

"Kalau melihat persebaran secara global, Indonesia masih ada di peringkat tiga dengan jumlah kasus penyakit kusta tertinggi setelah India dan Brazil. Ini tentu tidak membanggakan," ujar Technical Advisor Netherland Leprosy Relief (NLR) Indonesia, Astri Ferdiana.

Melansir laman Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, pada 2021 Indonesia menyumbang 8 persen dari keseluruhan kasus kusta di dunia.

Hingga 13 Januari 2021, tercatat sebanyak 26 provinsi dan 401 kabupaten/kota mencapai eliminasi ditandai dengan angka prevalensi kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk.

Meskipun demikian, masih banyak kantong-kantong kusta di berbagai wilayah di Indonesia. Sebanyak 9.061 kasus baru kusta ditemukan di Indonesia. Angka ini menurun dibanding penemuan kasus kusta dalam beberapa tahun terakhir, yaitu berkisar 16.000-18.000 kasus baru per tahun. Penurunan itu bisa jadi disebabkan kurangnya penelusuran selama pandemi COVID-19.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat