uefau17.com

Studi Temukan Aroma Manusia Menjadi Faktor Utama Nyamuk Hinggap di Kulit Manusia - Citizen6

, Jakarta - Seperti yang Anda ketahui, nyamuk tidak selalu menyerang setiap orang secara merata. Para ilmuwan mengetahui bahwa nyamuk tertarik pada manusia dengan tingkat yang berbeda-beda, tetapi mereka kesulitan untuk menjelaskan apa yang membuat orang-orang tertentu menjadi 'magnet nyamuk' sementara yang lain bebas dari gigitan nyamuk.

Sebuah penelitian baru yang diterbitkan pada 18 Oktober di jurnal Cell, para peneliti menemukan bahwa bau tubuh tertentu adalah faktor penentu. Setiap orang memiliki aroma tubuh yang unik yang terdiri dari senyawa kimia yang berbeda, dan para peneliti menemukan bahwa nyamuk paling tertarik pada orang-orang yang kulitnya menghasilkan asam karboksilat tingkat tinggi. 

Selain itu, mengutip Scientific American, Rabu (19/10/2022), para peneliti menemukan bahwa daya tarik orang bagi nyamuk tetap stabil dari waktu ke waktu, terlepas dari perubahan dalam pola makan atau kebiasaan perawatan.

"Pertanyaan tentang mengapa beberapa orang lebih memikat nyamuk daripada yang lain - itulah pertanyaan yang ditanyakan semua orang kepada Anda," kata salah satu penulis studi Leslie Vosshall, seorang ahli neurobiologi dan ahli nyamuk di Rockefeller University.

"Ibu saya, saudara perempuan saya, orang-orang di jalan, rekan-rekan saya --- semua orang ingin tahu," kata Vosshall.

Ketertarikan publik itulah yang mendorong Vosshall dan rekan-rekannya untuk merancang penelitian ini, katanya.

Para ilmuwan telah mengajukan beberapa teori untuk menjelaskan mengapa nyamuk lebih banyak mendekati sebagian dari kita daripada yang lain, termasuk satu gagasan bahwa perbedaan golongan darah adalah penyebabnya. Namun, buktinya masih lemah untuk kaitan ini, kata Vosshall.

Seiring waktu, para peneliti mulai menggabungkan teori bahwa bau badan mungkin menjadi penyebab utama ketertarikan nyamuk. Tetapi para ilmuwan tidak dapat memastikan bau spesifik mana yang disukai nyamuk.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Percobaan Memikat Nyamuk

Untuk menjawab pertanyaan ini, Vosshall dan rekan-rekannya mengumpulkan 64 partisipan dan meminta mereka mengenakan stoking nilon di lengan mereka. Setelah enam jam, stoking nilon tersebut beraroma unik seperti yang memakainya. 

“Bagi saya, atau siapapun, stoking nilon itu tidak berbau,” kata Maria Elena De Obaldia, seorang ilmuwan senior di perusahaan bioteknologi Kingdom Supercultures dan penulis utama dalam studi ini. Ia melakukan ini saat ia berada di Rockefeller. Berbeda dengannya, stoking itu tentu saja berbau untuk memikat nyamuk. 

Kemudian, para peneliti memotong stoking tersebut menjadi beberapa bagian dan menempatkan dua stoking yang berbeda ke dalam wadah tertutup yang terdapat nyamuk Aedes aegypti betina di dalamnya. 

Hal tersebut berguna untuk membuktikan apakah nyamuk tersebut akan mendatangi stoking nomor satu secara massal atau stoking nomor dua, atau bahkan keduanya sama-saam menarik bagi nyamuk.

Para peneliti kemudian melanjutkan percobaan tersebut selama beberapa bulan dan mengumpulkan sampel-sampel lain yang baru sesuai dengan kebutuhan.

Saat percobaan berturut-turut itu berakhir, peneliti memiliki bukti bahwa memang benar satu sticking lebih memikat nyamuk daripada yang lain. Subjek 33 menjadi magnet nyamuk terbesar dan memiliki skor daya tarik ‘lebih dari 100 kali lebih besar’ daripada subjek yang paling tidak menarik, yaitu 19 dan 28, kata para peneliti studi. 

Setelah percobaan selesai, para peneliti kemudian menganalisis masing-masing aroma subjek untuk melihat apa hal dasar yang dapat menjelaskan perbedaan besar ini. Mereka kemudian menemukan sebuah pola bahwa subjek yang paling menarik cenderung menghasilkan asam karboksilat yang lebih besar dari kulit mereka. Sementara, subjek yang paling tidak menarik menghasilkan jauh lebih sedikit asam karboksilat dari kulit mereka.

3 dari 4 halaman

Zat Pemikat Nyamuk

Asam karboksilat adalah senyawa organik yang umum. Manusia memproduksinya dalam sebum dan merupakan lapisan berminyak yang melapisi kulit kita. Asam juga membantu menjaga kulit kita tetap lembab dan terlindungi, kata Vosshall. 

Manusia melepaskan asam karboksilat jauh lebih tinggi dari kebanyakan hewan meskipun jumlahnya bervariasi pada tiap orang. 

“Studi terbaru ini sebenarnya memiliki terlalu sedikit sampel untuk dapat mengatakan dengan tegas kira-kira karakteristik apa yang membuat seseorang lebih mungkin menghasilkan asam karboksilat yang tinggi dan memang sulit untuk menguji kadar asam karboksilat kulit di luar laboratorium,” kata Vosshall. 

Tetapi, kita tahu bahwa kulit  menjaga tingkat asam karboksilat dengan stabil dari waktu ke waktu. Hal ini, membuat aroma unik pada setiap orang juga konsisten. Sebenarnya, selain asam karboksilat, nyamuk juga bisa tertarik pada bakteri kulit yang mencerna asam karboksilat yang kita hasilkan.

Ketika Vosshall dan De Obaldia melakukan percobaan mereka di beberapa bulan yang berbeda dengan sampel yang sama, mereka menemukan bahwa tingkat ketertarikan nyamuk pada beberapa sampel itu tetap sama. Meskipun, mungkin, ada faktor yang berubah selama berbulan-bulan itu, bisa dari apa yang dimakan atau jenis sabun yang digunakan. 

 “Sifat menjadi magnet nyamuk ini melekat pada diri seseorang, sepanjang hidupnya,” kata Vosshall. 

4 dari 4 halaman

Pengembangan Obat Nyamuk Lebih Efektif

“Studi ini menegaskan bahwa memang benar beberapa orang lebih memikat nyamuk daripada yang lainnya,” kata Omar Akbari, seorang ahli biologi sel dan molekuler di University of California, San Diego. Akbari tidak terlibat dengan penelitian ini, tetapi, pekerjaannya baru-baru ini berfokus pada nyamuk. Ia juga menambahkan bahwa identifikasi asam karboksilat spesifik dalam studi ini menjadi penentu utama daya tarik nyamuk dan merupakan kontribusi dan pemahaman baru bagi para ahli biologi tentang perilaku serangga. 

Akbari menduga hasil penelitian ini, yang berfokus pada nyamuk A. aegypti, mungkin dapat digeneralisasikan ke spesies nyamuk lain yang memangsa manusia. 

Akbari juga mengatakan, penelitian ini dapat membantu para peneliti mengembangkan obat nyamuk yang lebih efektif di masa depan. Rahasianya adalah dengan menambahkan bakteri baru ke mikrobioma kulit yang ada untuk mengubah keunikan aromanya. 

Akbari kini sedang mengerjakan proyek yang didanai Departemen Pertahanan yang disebut ReVector yang berupaya untuk mengembangkan obat nyamuk yang hhanya digunakan sekali, tetapi bisa aktif menangkal nyamuk beberapa bulan.

“Idenya adalah mengambil bakteri kulit yang ada di manusia lalu merekayasanya sehingga mereka dapat mengekspresikan senyawa pengusir nyamuk atau mampu menurunkan sesuatu yagn dapat menarik nyamuk,” kata Akbari. 

Kini, tim Vosshal dan De Obaldia telah mengidentifikasi asam karboksilat spesifik yang mungkin menjadi penarik nyamuk yang kuat, para peneliti juga dapat mencoba merekayasa krim kulit berbasis bakteri yang secara khusus ditargetkan untuk memecah senyawa tersebut, kata Akbari. 

Namun, masih ada beberapa pertanyaan yang tersisa tentang mengapa nyamuk sangat menyukai bau asam karboksilat atau bakteri yang menyertainya?

Secara spekulatif, De Obaldia menyatakan bahwa nyamuk A. aegypti berevolusi untuk memangsa manusia secara khusus. Dengan demikian, nyamuk A. aegypti mahir membedakan bau manusia dari bau hewan lain. Terlebih, asam karboksilat adalah senyawa yang dikeluarkan manusia dalam jumlah banyak, sementara hewan lain tidak.

Jadi, kata De Obaldia, nyamuk mungkin menyukai asam karboksilat karena mereka adalah indikator yang sangat baik bahwa serangga telah menemukan manusia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat