, Jakarta - Klaim tentang Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi beredar di media sosial. Klaim tersebut beredar lewat pesan berantai di aplikasi percakapan WhatsApp pada 5 April 2021.
Pesan berantai tersebut berisi narasi bahwa Rusia adalah negara pertama yang melakukan otopsi terhadap jenazah korban Covid-19. Hasilnya ditemukan bahwa Covid-19 bukan merupakan virus tetapi bakteri yang terpapar radiasi.
Berikut narasinya:
Advertisement
Rusia menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post mortem) terhadap jenazah Covid-19. Setelah dilakukan penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada dalam bentuk virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menggumpal melalui darah hingga menyebabkan kematian.
Penyakit Covid-19 telah ditemukan menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan pembekuan darah manusia dan pembekuan darah vena, yang membuat orang sulit bernapas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak dapat menyerap oksigen, menyebabkan orang mati dengan cepat.
Guna mengetahui penyebab kurangnya energi pernapasan, dokter Rusia tidak mendengarkan kesepakatan WHO, melainkan melakukan otopsi terhadap COVID-19. Setelah dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, mereka menemukan bahwa pembuluh darah melebar dan berisi gumpalan darah, yang menghalangi aliran darah dan mengurangi aliran oksigen. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian pada tubuh.
Setelah mengetahui penelitian tersebut, Kementerian Kesehatan Rusia segera mengubah rencana pengobatan Covid-19 dan menggunakan aspirin untuk pasien positif. Mulailah mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, para pasien mulai pulih dan kesehatan mereka mulai membaik.
Setelah periode penemuan ilmiah, dokter Rusia menjelaskan bahwa penyakit ini adalah tipuan global, dan metode pengobatan ini menjelaskan, "Ini tidak lain adalah gumpalan di pembuluh darah (bekuan darah) dan metode pengobatan.
Tablet antibiotik
Anti-inflamasi dan Minum antikoagulan (aspirin).
Untuk tujuan ini, kesepakatan telah dikeluarkan di Rusia.
Bagikan informasi ini dengan keluarga, tetangga, kenalan, teman, dan kolega Anda sehingga mereka dapat menghilangkan rasa takut akan Covid-19 dan menyadari bahwa itu bukan virus, melainkan bakteri yang hanya terpapar radiasi.
Hanya orang dengan kekebalan rendah yang harus berhati-hati. Radiasi ini juga dapat menyebabkan peradangan dan hipoksia. Korban harus mengonsumsi Asprin-100mg dan Apronik atau parasetamol 650mg.
Sumber: Kementerian Kesehatan Rusia
Benarkah Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi? Berikut penelusurannya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Liputan 6.com bersama pegiat cek fakta mengupas banyaknya hoax terkait vaksin yang beredar di media sosial. Data menunjukan hoax beredar dalam berbagai jenis, mulai dari teks, foto, hingga video. berbagi cara mengenali hoax ...
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta menelusuri klaim Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi. Berdasarkan penelusuran, tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah maupun lembaga penelitian Rusia terkait penemuan bahwa Covid-19 bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh radiasi.
Dikutip dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), who.int, penyakit Coronavirus (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus korona yang baru ditemukan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin mengembangkan penyakit serius.
Virus Covid-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "No, 5G radiation doesn’t cause or spread the coronavirus. Saying it does is destructive" yang dimuat situs theconversation.com.
Dalam artikel situs situs theconversation.com, Peneliti Universitas La Trobe Stanley Shanapinda menjelaskan perbedaan antara layanan seluler 5G dan generasi sebelumnya (4G, 3G) adalah generasi yang terakhir menggunakan frekuensi radio yang lebih rendah (di bawah kisaran 6 gigahertz), sedangkan 5G juga menggunakan frekuensi dalam kisaran 30-300 gigahertz.
Dalam kisaran 30-300 gigahertz, tidak ada cukup energi untuk memutus ikatan kimia atau melepaskan elektron saat bersentuhan dengan jaringan manusia. Jadi, kisaran ini disebut sebagai radiasi elektromagnetik "non-pengion".
Ini disetujui oleh Badan Perlindungan Radiasi dan Keselamatan Nuklir Australia dari pemerintah federal karena tidak memiliki efek kesehatan negatif dari radiasi yang lebih intens.
Radiasi dapat bersentuhan dengan kulit, misalnya saat kita meletakkan ponsel 5G ke telinga untuk melakukan panggilan. Ini adalah saat kita paling terpapar radiasi non-ionisasi. Tetapi eksposur ini jauh di bawah tingkat keamanan yang direkomendasikan.
Radiasi 5G tidak dapat menembus kulit, atau membiarkan virus menembus kulit. Tidak ada bukti frekuensi radio 5G menyebabkan atau memperburuk penyebaran virus corona.
Selain itu, cangkang protein virus tidak mampu membajak sinyal radio 5G. Ini karena radiasi dan virus ada dalam berbagai bentuk yang tidak berinteraksi. Salah satunya adalah fenomena biologis dan yang lainnya ada pada spektrum elektromagnetik.
Gelombang radio 5G disebut gelombang milimeter, karena panjang gelombangnya diukur dalam milimeter. Karena gelombang ini pendek, menara seluler 5G harus relatif berdekatan - terpisah sekitar 250 meter. Mereka diatur sebagai kumpulan sel kecil (sel adalah area yang dicakup oleh sinyal radio).
Agar 5G dapat mencakup area geografis yang lebih luas, dibutuhkan lebih banyak stasiun pangkalan dibandingkan dengan 4G. Peningkatan jumlah BTS ini, dan kedekatannya dengan manusia, adalah salah satu faktor yang dapat menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar tentang potensi dampak kesehatan 5G.
Ponsel Anda mungkin berbahaya, tetapi radiasinya tidak. COVID-19 menyebar melalui tetesan kecil yang dikeluarkan dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi ketika mereka batuk, meludah, bersin, berbicara atau mengeluarkan napas. Penularan terjadi ketika tetesan bersentuhan dengan hidung, mata, atau mulut orang yang sehat.
Jadi, jika orang yang terinfeksi berbicara melalui telepon yang dipegang di dekat mulutnya, cukup banyak tetesan infeksius yang dapat mendarat di permukaannya untuk membuatnya mampu menyebarkan virus. Inilah sebabnya mengapa tidak disarankan untuk berbagi ponsel selama pandemi. Anda juga harus mendisinfeksi ponsel Anda secara teratur.
Narasi dengan topik serupa pernah ditelusuri. Informasinya bisa dilihat dari artikel berjudul "Cek Fakta: Tidak Benar Dokter Italia Temukan Penyebab Covid-19 dari Bakteri Terpapar 5G Bisa Sembuh dengan Antibiotik" yang dimuat pada 11 Februari 2021.
Referensi:
https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_1
https://theconversation.com/no-5g-radiation-doesnt-cause-or-spread-the-coronavirus-saying-it-does-is-destructive-135695
https://uefau17.com/cek-fakta/read/4480937/cek-fakta-tidak-benar-dokter-italia-temukan-penyebab-covid-19-dari-bakteri-terpapar-5g-bisa-sembuh-dengan-antibiotik
Advertisement
Kesimpulan
Klaim Covid-19 adalah bakteri yang terpapar radiasi ternyata tidak benar. Faktanya Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus korona yang baru ditemukan. Covid-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin
![Banner Cek Fakta: Salah](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/VLLhSqDoOIH-quuBcE2BBEz1Lks=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2282234/original/020397100_1531801478-WhatsApp_Image_2018-07-16_at_11.16.20.jpeg)
Tentang Cek Fakta
merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Terkini Lainnya
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penelusuran Fakta
Kesimpulan
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
COVID-19
Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com
bakteri
Hoaks
radiasi
Push Notif
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Skandal Asusila eks-Ketua KPU, Apakah Dosa Zina Bisa Diampuni Allah? Buya Yahya Bilang Begini
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
TOPIK POPULER
Populer
Tips Menghindari Hoaks di WhatsApp, Simak Biar Tetap Aman di Era Digital
Kumpulan Hoaks Terkait Kim Jong Un, Simak Faktanya
Hoaks Pembagian Uang Mencatut Tokoh Terkenal, Berikut Daftarnya
Cek Fakta: Tidak Benar KM Lestari Maju Tenggelam di Selayar 3 Juli 2024
Pakar Keamanan Siber Beberkan Tips Antisipasi Serangan Ransomware
Euro 2024
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Spanyol Vs Jerman: Der Panzer Manfaatkan Status Tuan Rumah
Timnas Spanyol Percaya Diri Jelang Duel Perempat Final Euro
Berita Terkini
Simak Rekayasa Lalin di Jalan Tanjung Karang-Jalan Kota Bumi Jakpus Imbas Pembangunan MRT Tunnel
Berbasis MicroPET/CT, BRIN Kembangkan Radiofarmaka Baru untuk Deteksi Dini Kanker
Hands-On Oppo A79 5G: Smartphone Ringan dengan Layar Besar dan Kamera 50MP
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Manchester United Dapat Titik Terang untuk Jual Pemain Tak Berguna, Ada Klub Prancis yang Mau Tawar Mahal
Menu yang Dikonsumsi Prilly Latuconsina hingga Berat Badan Turun 12 Kilogram
8 Potret Hewan Tersembunyi Ini Bikin Geleng Kepala, Uji Kejelian Mata
Influencer Saham Gagal Kelola Dana Investor Rp 71 Miliar Bukan Peserta Influencer Incubator BEI
Mendag Izinkan China Tarik Bea Masuk Tambahan dari Produk Ekspor RI
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Jangan Lewatkan Sinetron Saleha di SCTV Episode Jumat 5 Juli 2024 Pukul 18.15 WIB, Simak Sinopsisnya
Luhut: Kebijakan Tarif Impor 200 Persen Demi Kepentingan Nasional
Jokowi: IKN Akan Jadi Titik Pertumbuhan Ekonomi Baru
6 Potret Catherine Wilson di Ultah Teman Artis, Digoda Jadi Anggota 'Tiga Bule'
Buntut Video Viral, Polisi Sita Bendera Bintang Kejora dari Asrama Mahasiswa Papua di Makassar