uefau17.com

Waspada, 5 Risiko Ini Hantui Ekonomi Indonesia Jika Rupiah Terus Anjlok - Bisnis

, Jakarta Dalam beberapa pekan terakhir, nilai Rupiah kerap menunjukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Terbaru, pada Selasa pagi (3/10) nilai tukar Rupiah terhadap USD melemah 0,26 persen atau 41 poin menjadi 15.571 per USD dari sebelumnya 15.530 per USD.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, ada 5 risiko yang berdampak pada ekonomi Indonesia dari pelemahan Rupiah.

“Pertama, harga barang impor akan lebih mahal, khususnya pangan dan sebabkan risiko imported inflation,” kata Bhima kepada , Selasa (3/10/2023).

Hal ini berisiko membuat pelaku usaha tidak punya cara lain kecuali meneruskan biaya impor ke konsumen.

Risiko kedua, yaitu terjadinya arus modal yang keluar karena pelemahan rupiah yang persisten menunjukkan adanya risiko dalam negeri Indonesia.

“Investor akan lakukan mitigasi risiko dengan beralih ke aset lain,” jelas Bhima.

Ketiga, jumlah masyarakat miskin akan bertambah karena pelemahan kurs berarti naiknya beragam harga kebutuhan pokok.

Beras hingga Bawang Masih Ketergantungan Impor

Bhima mengingatkan, hampir sebagian besar pangan mulai dari beras, bawang putih, gula ketergantungan impornya tinggi dan sensitif terhadap pelemahan rupiah.

“Keempat, menyempitnya lapangan kerja terutama di sektor industri yang bahan baku impornya dominan,” sambungnya.

Hal ini berpontensi mendorong industri menurunkan kapasitas produksinya untuk hindari selisih kurs dari impor mesin dan bahan baku.

Terakhir, jumlah utang luar negeri akan bertambah sementara tidak semua pelaku usaha melakukan hedging. Bhima menyarankan, Bank Indonesia (BI) perlu dorong DHE yang masuk lebih banyak ke perbankan domestik.

“Komunikasi dengan eksportir bisa didorong lagi sehingga valas yang disimpan lebih banyak,” imbuhnya.

Local currency settlement perlu diperluas ke berbagai negara mitra dagang lainnya,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

USD Menguat 2 Oktober 2023, Rupiah Diramal Makin Terpuruk ke 15.600 per Dolar AS Selasa Besok

Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat memasuki awal pekan pada Senin, 2 Oktober 2023.

"Dolar menguat di tengah ekspektasi bahwa perekonomian AS akan tetap lebih tangguh terhadap kenaikan suku bunga dan harga minyak dibandingkan negara lain, setelah Federal Reserve pada pekan lalu memperingatkan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis pada Senin (2/10/2023).

"Sementara itu, penutupan sebagian pemerintah akan segera terjadi, yang dapat mempengaruhi rilis data ekonomi dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.

Ibrahim menyoroti Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS yang menolak rancangan undang-undang yang diusulkan oleh pemimpin mereka untuk mendanai sementara pemerintah, sehingga memastikan bahwa sebagian lembaga federal akan ditutup mulai hari Minggu.

Ibrahim mengutip pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang mengingatkan bahwa pemerintahan akan "merusak" kemajuan ekonomi AS dengan menghentikan program-program utama bagi usaha kecil dan anak-anak, dan dapat menunda perbaikan infrastruktur besar-besaran.

Selain itu, Inflasi inti di ibu kota Jepang melambat pada bulan September untuk bulan ketiga berturut-turut terutama karena turunnya harga bahan bakar.

Rupiah per Senin, 2 Oktober 2023

Rupiah ditutup melemah 70 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 75 point dilevel Rp. 15.530 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.460.

"Sedangkan untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.520- Rp. 15.600," Ibrahim memprediksi.

3 dari 3 halaman

Inflasi RI September 2023

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi September 2023 sebesar 0,19 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Ini menandai peningkatan IHK dari 115,22 menjadi 115,44. Setelah pada bulan Agustus 2023 Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi. Penyumbang utama inflasi di Indonesia pada September 2023 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

"Bila menilik komoditas penyumbang inflasi, yang paling besar adalah inflasi beras," papar Ibrahim.

Naiknya harga beras menyumbang inflasi sebesar 0,18 persen, disusul dengan komoditas bensin dengan andil sebesar 0,06 persen terhadap inflasi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat