, Jakarta Sebuah penelitian tentang jumlah karbon dioksida atau gas limbah yang dihasilkan sejak revolusi industri menunjukkan nama-nama negara yang harus bertanggung jawab terhadap krisis iklim yang terjadi saat ini.
Amerika Serikat menjadi negara yang memiliki tanggung jawab besar atas emisi karbon dioksida dari 1850 hingga saat ini.
Baca Juga
Negeri Paman Sam itu melepaskan 509 gigaton karbon dioksida sejak 1850 sehingga mewakili 20 persen dari total karbon dioksida secara global.
Advertisement
Melansir dari CNBC, Rabu (6/10/2021), penelitian ini diterbitkan kelompok riset dari Carbon Brief, sebuah website yang membahas perkembangan terbaru terkait iklim dan kebijakan energi.
China menyusul AS di urutan kedua dengan persentase yang relatif jauh. Negara ini menyumbang 11 persen dari total karbon dioksida secara global.
Selain China, beberapa negara yang juga menyumbang karbon dioksida, antara lain Rusia sebesar 7 persen, Brasil sebesar 5 persen, Indonesia dan Jerman sebesar 4 persen, serta Inggris sebesar 3 persen.
Data dari Carbon Brief untuk pertama kalinya juga mencakup emisi karbon dioksida dari kerusakan hutan dan perubahan lain terkait penggunaan lahan selain pembakaran bahan bakar fosil.
Dengan demikian, hal ini mempengaruhi pemeringkatan dibandingkan data yang diterbitkan pada 2019.
Lebih lanjut, penelitian ingin menekankan bahwa bumi sudah menghabiskan 85 persen dari batas pemakaian karbon dioksida.
Pasalnya, batas pemakaian bisa memberikan peluang sebesar 50 persen untuk mencegah pemanasan global yang meningkat hingga 1,5 derajat celcius di atas suhu sebelumnya.
Sebagai catatan, penelitian ini dilakukan kurang dari sebulan sebelum dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kebijakan Iklim PBB yang dikenal sebagai COP26. Hasilnya diharapkan bisa memberikan penekanan kepada negara untuk mengurangi emisi karbon dioksida.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tindakan dari Negara Penyumbang Karbon Dioksida
Jumlah karbon dioksida yang dihasilkan sejak 1850 berhubungan erat dengan kenaikan suhu sebesar 1,2 derajat celsius.
Negara berpenghasilan rendah yang berjuang untuk melindungi diri dari krisis iklim berulang kali mendesak negara yang kaya akan bahan bakar fosil untuk memberikan bantuan keuangan.
Mereka mengatakan bahwa negara kaya memiliki tanggung jawab besar untuk mengambil sebuah tindakan.
Berdasarkan peringkat Carbon Brief pada 2019, AS diketahui menjadi penyumbang emisi karbon dioksida terbesar sejak 1750.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Majelis Umum PBB pada bulan lalu bahwa ia dan Kongres AS akan menambah dana menjadi USD 11,4 triliun (Rp 162.377 triliun) pada 2024. Tujuannya membantu negara-negara berpenghasilan rendah menangani krisis iklim.
Rencana ini disambut baik oleh beberapa orang sebagai sarana untuk membantu pencapaian tujuan global yang ditetapkan sebelumnya dalam mengatasi krisis iklim di negara-negara berpenghasilan rendah, melalui dana senilai USD 100 miliar (Rp 1.424 triliun) pada 2020.
Namun, para kritikus mengatakan janji Biden masih sangat jauh karena AS masih memiliki utang.
Ilmuwan iklim terkemuka menyampaikan peringatan keras tentang krisis iklim yang semakin memburuk. Pembatasan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celcius tidak dapat dicapai dalam dua dekade mendatang tanpa pengurangan gas rumah kaca secara besar-besaran sesegera mungkin.
Advertisement
Kaitan dengan Jumlah Populasi
Kelompok peneliti menilai emisi kumulatif suatu negara melalui dua cara berbeda sehingga memberikan hasil yang berbeda pula.
Pendekatan pertama menilai emisi suatu negara setiap tahun dan dibagi kembali berdasarkan populasi yang tinggal di negara dalam waktu yang sama. Lalu, pendekatan kedua mengambil emisi per kapita suatu negara setiap tahun dan menambahkannya dari waktu ke waktu sehingga memberikan bobot yang sama pada populasi masa lalu dan masa kini.
Hasilnya, pendekatan pertama memunculkan nama-nama negara, yaitu Kanada, AS, dan Estonia yang mewakili tiga negara teratas untuk emisi kumulatif dari 1850 hingga 2021.
Kemudian, pendekatan kedua memunculkan nama-nama negara, yaitu Selandia Baru, Kanada, dan Australia terkait emisi kumulatif per kapita.
Ketika melakukan penghitungan emisi kumulatif yang dikaitkan dengan jumlah populasi pada 20 negara, sebagian besar dari 10 besar nama negara yang menyumbangkan emisi karbon dioksida secara global, termasuk China, India, Brasil, dan Indonesia tidak ada dalam daftar.
Keempat negara ini menyumbang 42 persen dari populasi dunia. Akan tetapi, emisi kumulatif yang disumbangkan dari 1850 hingga 2021 hanya 23 persen.
Reporter: Shania
Terkini Lainnya
Di Norwegia, Menteri LHK Tekankan Peran Kritis Hutan Tropis
Laju Deforestasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Ini Bukti
Bill Gates Sebut Indonesia Ikut Berkontribusi pada Perubahan Iklim, Pakar: Tidak Bisa Asal Tunjuk
Tindakan dari Negara Penyumbang Karbon Dioksida
Kaitan dengan Jumlah Populasi
Amerika Serikat
Emisi
Emisi CO2
Karbon dioksida
Revolusi Industri
Pemanasan Global
Krisis iklim
gas limbah
emisi karbon dioksida
Rekomendasi
Laju Deforestasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Ini Bukti
Bill Gates Sebut Indonesia Ikut Berkontribusi pada Perubahan Iklim, Pakar: Tidak Bisa Asal Tunjuk
Studi: AI Bisa Bantu Industri Pengiriman Kurangi Emisi
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
Soal Pilkada Banten, AHY Ragu dengan Kader Sendiri?
TOPIK POPULER
INFO LOWONGAN KERJA
Sederet Lowongan Kerja Terbaru buat Lulusan SMA/SMK, Simak Posisi dan Persyaratannya
Lowongan Kerja Pegadaian Lulusan D3 dan S1, Simak Syaratnya
10 Provinsi dengan Jumlah Lowongan Kerja Terbanyak
Populer
Pertamina Hulu Energi Catat Produksi Migas 1 Juta Barel Minyak per Hari di Mei 2024
Alasan 2 Raksasa Eropa Tunda Investasi Proyek Baterai di Maluku Utara
Jepang Bakal Kekurangan 1 Juta Pekerja Asing pada 2040
Jokowi Buka-bukaan soal Swasembada Pangan, Mengapa Sulit Terwujud?
Dibangun Sejak 2018, Terminal Bus Demak Akhirnya Bisa Selesai Tahun Depan
Sulap Sampah jadi Bahan Bakar PLTU, 2 Masalah Ini Teratasi Sekaligus
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Terbang dari Abu Dhabi, Maskapai Etihad Airways Mendarat Perdana di Bali
Top 3: Upah Minimum UMP dan UMK Berbeda Bikin Penasaran
Rupiah Tertekan di Tengah Penantian Cadangan Devisa Indonesia
Euro 2024
Link Live Streaming Euro 2024 Portugal vs Prancis, Sabtu 6 Juli Pukul 02.00 WIB
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman Jumat 5 Juli Pukul 23.00 WIB, Duel Raksasa di 8 Besar
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Berita Terkini
Kalah di PTUN dalam Kasus Kresna Life, OJK Ajukan Kasasi
Sulap Sampah jadi Bahan Bakar PLTU, 2 Masalah Ini Teratasi Sekaligus
Indonesia Siap Bagi Pengalaman Keharmonisan Antar Umat Beragama di Konferensi Internasional Ini
Kronologi Putusnya Baifern Pimchanok dan Nine Naphat, Terhalang Restu Ibunda
LPG 3 Kg Langka di Pasaran, DPRD Desak Pemkab Banyuwangi Cari Solusi
Toyota Indonesia Resmikan Fasilitas Isi Ulang Baterai xEV di Gandaria City Mal
3 Kode Redeem Genshin Impact Terbaru 5 Juli 2024, 300 Primogems Gratis Siap Diklaim!
Saham GOTO Lolos Papan Pemantauan Khusus Meski Parkir di Level Gocap 3 Bulan
Deretan Final Lineup Member izna, Grup Kpop Jebolan I-LAND 2
Erick Thohir Bakal Sikat Oknum Koruptor Kasus Indofarma, Siapa Dia?
Kisruh soal Impor Beras, DPR Bisa Bergerak dengan Buat Pansus
Soraya Rasyid Menolak Tuduhan Jadi Orang Ketiga di Rumah Tangga Andrew Andika dan Tengku Dewi