, Jakarta - Dewasa ini, sistem pendidikan Finlandia selalu memunculkan kesan positif di Indonesia. Rasa kagum itu tepat adanya karena pendidikan di Finlandia memang nomor satu di dunia.
Pertanyaan selanjutnya, apakah Indonesia harus mencontoh sistem Finlandia? Ternyata, Bank Dunia tidak menyarankan hal tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Direktur Global Bank Dunia di Bidang Pendidikan, Jaime Saveedra, menjelaskan yang harus dicontoh bukanlah pendidikan atau kurikulum Finlandia saat ini, melainkan prosesnya.
"Ini bukan tentang apa yang Finlandia kerjakan sekarang, melainkan lebih kepada proses yang dijalani Finlandia dalam 25 tahun terakhir. Itulah yang perlu kita pelajari, bukan mengikuti mereka yang sekarang," ucap Jaime Saveedra kepada di Kantor Bank Dunia, Jakarta.
Dalam perbincangan bersama Jaime Saveedra, pembahasan juga melibatkan soal pajak bagi dunia pendidikan, karakter murid Indonesia, pentingnya solidaritas dalam pendidikan, serta mengingatkan agar tidak meremehkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Dan berikut wawancara bersama Direktur Global Bank Dunia di Bidang Pendidikan, Jaime Saveedra.
(Artikel ini adalah bagian kedua dari wawancara bersama Jaime Saveedra, klik di sini untuk membaca bagian pertama: Jangan Sampai Anak Berbakat Tak Sekolah Akibat Miskin )
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pajak untuk Pendidikan
Saya membaca twit Anda kemarin, dan Anda mengatakan rasio pajak di negara-negara berpenghasilan bawah (low-income) kurang dari 15 persen dari GDP. Anda berkata jumlah itu tidak cukup untuk menyediakan basic bagi pendidikan dan kesehatan.
Di Indonesia pajaknya hanya 11 persen. Menurut Anda berapa pajak yang ideal untuk meng-cover pendidikan?
Saya tidak akan lompat ke angka, tetapi di kebanyakan negara, 15 persen atau kurang, tidak akan cukup untuk meng-cover dan menyediakan pelayanan berkualitas. Tak hanya di pendidikan, namun juga layanan kesehatan berkualitas, pendidikan berkualitas, jaminan sosial berkualitas, serta perawatan manula yang berkualitas.
Kamu lihat di negara maju, di negara kaya, tak ada negara kaya dengan rasio pajak hanya 15 persen. Mereka punya 25 persen, 30 persen, 45 persen, dan itu merupakan pilihan sosial, dan tiap negara perlu menemukan jalan masing-masing.
Many poor countries collect taxes that amount to less than 15% of GDP. Barely enough for governments to carry out the most basic state functions like education & health. Efforts to increase domestic resource mobilization are keySee by @MarcelloEstevao :#
— Jaime Saavedra (@JaimeSaavedra22) November 14, 2019
Tetapi poin kuncinya adalah kamu perlu memastikan bahwa semua sekolah mendapatkan pelayanan berkualitas. Dan ada layanan kesehatan universal untuk semuanya, dan tak ada manula yang miskin. Untuk memastikan itu kamu perlu mengumpulkan pajak. Tidak ada sihir. Hal itu datang dari sumber daya domestik.
Jadi kita lihat banyak negara yang raiso pajaknya lebih rendah dari yang kamu sebut, dan negara-negara itu harus meningkatkan mobilisasi sumber daya domestiknya.
Mobilisasi sumber daya domestik?
Yang dalam praktiknya umumnya merupakan pemungutan pajak.
Anda sempat bilang mengelola uang rakyat (yang dipungut lewat pajak) bagaikan memegang api, tetapi tidak di Indonesia. Uang rakyat tetaplah uang, bahkan mungkin emas. Tak ada yang memandangnya seperti api.
Tidak. Jika kamu tidak mengelolanya dengan baik, maka kamu akan dituduh korupsi.
Mungkin demikian di negara maju.
Di sini juga kelak akan demikian, karena kamu mengelola uang yang bukan milikmu. Jika saya seorang pengusaha dari sektor swasta, oke saya punya uang, jika saya memakainya, menginvestasikannya, lalu saya melakukan kesalahan, maka itu tetap masalah saya sendiri.
Jika kita berbuat kesalahan dengan uang rakyat, maka akibatnya lebih rumit.
Advertisement
Solidaritas dan Karakter
Orang Indonesia suka membahas kebudayaan. Jika Anda membahas tentang budaya mereka menyukainya. Anda pernah bilang mempelajari pursuit of excellence dari Ibu Anda, lalu belajar soal solidaritas dari Bapak Anda. Mengapa solidaritas? Saya paham mengenai pursuit of excellence, namun apa hubungan solidaritas dengan pendidikan?
Saya mengatakan itu karena mendiang Bapak saya adalah dokter. Dokter anak. Dia adalah dokter anak di Rumah Sakit Tentara, dan dia terkenal peduli dengan anak-anak tentara ketimbang anak-anak jenderal.
Pada dasarnya karena para tentara tersebut belum tentu punya uang untuk merawat anak-anak mereka. Jadi Bapak saya sangat peduli pada hal tersebut.
Dalam pendidikan, kita harus memastikan semua orang mendapat pendidikan terlepas dari dia punya uang atau tidak.
Mengenai hubungannya dengan pendidikan, alasannya tepat karena apa yang saya sebutkan sebelumnya. Dalam pendidikan, kita harus memastikan semua orang mendapat pendidikan terlepas dari dia punya uang atau tidak.
Solidaritas datang dari pajak yang kamu pungut. Lewat pajak tersebut, kamu perlu memberikan pendidikan. Tapi kamu harus menyediakan pendidikan yang memastikan orang miskin dan orang kaya memiliki peluang untuk mendapat pendidikan berkualitas bagus.
Di situlah peran solidaritas. Negara harus mengorganisir dirinya dan memastikan semua orang mendapat pendidikan berkualitas.
Kapan saat yang tepat untuk mengajarkan karakter? Apakah di level Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?
Mulainya di hari pertama. Sebetulnya, mulainya di rumah, kemudian di PAUD. Bukan dimulainya di pelajaran Kewarganegaraan pada pendidikan sekunder.
tetapi guru lewat teladannya juga mengajarkan kemampuan sosial-emosional dan nilai-nilai kepada anak setiap harinya.
Anda mulai membangun karakter dan menanamkan nilai-nilai kepada seseorang terkait kepedulian, terkait solidaritas, kamu bisa mengajarkannya kepada anak berusia empat tahun. Ajarkan dengan teladan. Jadi yang berperan adalah orang tua di rumah dan guru PAUD juga punya tugas tersebut.
Itulah kenapa tugas mengajar sangat berat. Mengajar, baik itu untuk anak empat tahun atau murid sekolah menengah, tidak hanya sekadar mengajar matematika atau membaca atau mengajar sains.
Tentunya pelajaran tersebut penting, tetapi guru lewat teladannya juga mengajarkan kemampuan sosial-emosional dan nilai-nilai kepada anak setiap harinya. Itu dimulai dari hari pertama.
Jangan Remehkan PAUD
Jadi pada kurikulum PAUD prioritasnya adalah karakter?
Ya, satu hal adalah karakter. Bermain juga sangat penting. Kita harus memperhatikan skill apa yang bisa anak itu kembangkan pada usia dini. Itu bisa dilakukan dengan bermain.
Kita tidak perlu pusing untuk memiliki kurikulum yang terlampau akademis pada PAUD. Banyak yang bisa diambil dari bermain sambil belajar. Belajar lewat interaksi dengan orang lain. Itu tidak mudah.
Kadang kita meremehkan sulitnya pekerjaan orang-orang yang bekerja di PAUD.
Kadang kita berpikir, kita bisa memberikan pendidikan usia dini lewat pengasuh atau ibunya saja. Tidak. PAUD bisa sangat rumit. Jadi ini adalah pelayanan sulit untuk diberikan.
Benarkah?
Ya, bayangkan saja mengurus 15 anak empat tahun. Bisakah kamu menangani mereka tanpa menjadi stres? Hal itu sangat, sangat sulit. Sebagai guru untuk menangani 40 anak remaja itu sangat sulit, lalu bayangkan mengurus 15 anak balita, yang lari ke sana-sini dan mencoba mengatur mereka dan memberikan skill agar mereka bermain secara produktif supaya bisa belajar berbagai hal. Sangat sulit melakukannya.
Kadang kita meremehkan sulitnya pekerjaan orang-orang yang bekerja di PAUD.
Advertisement
Haruskah Meniru Sistem Pendidikan Finlandia?
Di Indonesia orang-orang mengatakan Finlandia memiliki sistem pendidikan terbaik. Apa Anda setuju atau adakah negara lain yang bisa kita contoh?
Finlandia memiliki sistem yang hebat, tetapi ada sistem-sistem pendidikan lain yang hebat juga. Singapura, Denmark, dan Irlandia memiliki sistem yang hebat. Selandia Baru yang lebih dekat dari Finlandia memiliki sistem yang hebat juga.
Jadi banyak negara yang meningkatkan kualitas pendidikan mereka secara dramatis. Kanada memiliki sistem yang hebat juga.
Kasus Finlandia menarik karena progres mereka relatif cepat selama 25 tahun terakhir. Namun, Vietnam juga melakukan peningkatan yang cepat, Irlandia juga melakukan peningkatan secara cepat selama 20-25 tahun terakhir.
Jadi apa yang saya pedulikan adalah proses apa yang dijalani Finlandia. Hari ini mereka mengenalkan metode pedagogik di Finlandia, ya itu bisa dilakukan di sana karena kualitas guru mereka, tetapi itu bukan jenis intervensi yang saya butuhkan di Indonesia
Jadi banyak negara yang bisa dipelajari, tetapi bagi negara seperti Indonesia atau Peru bukankah bertanya apa yang Finlandia kerjakan saat ini. Ada yang lebih penting dan ini sudah kita bahas dengan pemerintahan Finlandia.
Dalam berbagai kasus, ini bukan tentang apa yang Finlandia kerjakan sekarang, melainkan lebih kepada proses yang dijalani Finlandia dalam 25 tahun terakhir. Itulah yang perlu kita pelajari, bukan mengikuti mereka yang sekarang.
Pasalnya, hari ini di Finlandia semua guru memiliki gelar master. Semuanya. Tidak semua guru di Peru punya gelar master, itu mungkin baru 20 tahun lagi. Atau 30 tahun lagi.
Jadi apa yang saya pedulikan adalah proses apa yang dijalani Finlandia. Hari ini mereka mengenalkan metode pedagogik di Finlandia, ya itu bisa dilakukan di sana karena kualitas guru mereka, tetapi itu bukan jenis intervensi yang saya butuhkan di Indonesia atau di Peru.
Jika anak tidak belajar, maka itu tidak pernah menjadi kesalahan si anak. Itu adalah kesalahan gurunya.
Kita butuh sesuatu yang berbeda. Ada hal yang relevan bagi negara seperti Peru dan Indonesia, tetapi tidak relevan bagi Finlandia. Finlandia peduli pada profesi mengajar. Profesi itu sangatlah prestisius dan ada tuntutan tinggi bagi guru-guru di sana. Itu kuncinya.
Masyarakat di sana dulu mengatakan akan meningkatkan kompensasi kepada guru dalam hal sumber daya. Rasio gaji pun meningkat, tetapi pada saat masyarakat menuntut banyak hal kepada guru-guru.
Jadi contohnya guru Finlandia paham bahwa tanggung jawabnya adalah memastikan semua anak belajar. Semaunya. Jika ada yang kesulitan, maka dia akan mengabdikan banyak waktu dan tetap berada di kelas usai waktu belajar selesai untuk membantu anak tersebut.
Guru Finlandia paham tanggung jawabnya adalah semua orang harus belajar. Itu tugas mereka. Kesalahannya bukan pada si anak yang tidak belajar. Jika anak tidak belajar, maka itu tidak pernah menjadi kesahalan si anak. Itu adalah kesalahan gurunya.
Harapan pada Menteri Nadiem
Vietnam juga negara berkembang seperti Peru dan Indonesia, Anda tampaknya sangat mengagumi sistem mereka?
Mereka telah banyak melakukan peningkatan terutama di pendidikan primer, sekarang mereka sedikit-dikit mulai meningkatkan pendidikan sekunder dan tersier. Masih banyak tantangan di sana, tetapi dalam aspek pendidikan primer dan PAUD mereka sudah sangat menginvestasikannya. Juga di pengembangan profesi guru.
Kalau kamu kunjungi sekolah-sekolah primer dan PAUD di sana, mereka memiliki pendanaan yang sangat baik, mereka punya materi yang tepat, dan guru-gurunya mendapat dukungan yang tepat. Itu bagian dari kesuksesan mereka.
Anda akan bertemu Menteri Nadiem. Saya pikir dia memiliki latar belakang EdTech (Education Technology), apa yang Anda harapkan dari Nadiem dalam lima tahun ke depan?
Kita memiliki daya dukung Bank Dunia. Saya untuk pertama kalinya akan berbicara dengannya besok dan saya belum tahu apa yang akan dia katakan. Tapi yang saya lihat dia adalah orang yang sangat tertarik dalam meningkatkan kualitas sistem dan bukan tipe seseorang yang akan menyebut bahwa teknologi akan memberikan semua solusi.
Bank Dunia bekerja sebagai mitra dari negara, jadi negara yang harus menentukan prioritas. Namun tentunya di negara seperti Indonesia ada isu menggunakan sumber daya seefektif mungkin, meningkatkan pengembangan karier guru, memakai teknologi secara efektif, segala hal itu saya yakin akan menjadi bagian rumusannya.
Terkini Lainnya
Pameran Pendidikan Uni Eropa ke-11 Sukses Digelar di Jakarta
Genjot Pendidikan Indonesia, Inggris Gelontorkan Rp 145 Miliar
16-11-1945: Atas Nama Pendidikan... UNESCO Didirikan
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pajak untuk Pendidikan
Solidaritas dan Karakter
Jangan Remehkan PAUD
Haruskah Meniru Sistem Pendidikan Finlandia?
Harapan pada Menteri Nadiem
Bank Dunia
Wawancara Eksklusif
Jaime Saveedra
Pendidikan Indonesia
Pendidikan Finlandia
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Minggu 30 Juni di Indosiar dan Vidio
Timnas Indonesia U-16
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia, Senin 1 Juli Pukul 19.30 di Indosiar dan Vidio
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Garuda Nusantara Dilarang Takut
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Lupakan Euforia, Nova Arianto Minta Skuad Timnas U-16 Fokus di Semifinal Piala AFF U-16
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos: Pesta Gol, Garuda Nusantara Lolos ke Semifinal
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos: Sempat Tertinggal, Garuda Nusantara Unggul 4-1 di Babak Pertama
Judi Online
Heru Budi Telusuri Oknum ASN Pemprov Jakarta Terlibat Judi Online
Judi Online di Minahasa Selatan, 2 Wanita Ditangkap
Catatan IPW untuk Polri di HUT ke-78 Bhayangkara
Kominfo: Telegram Sudah Respons Penghapusan Judi Online Usai Diberi Surat Peringatan
Judi Online Berdampak Buruk bagi Keluarga, Bisa Menghancurkan Moral Lintas Generasi
Pilkada 2024
Sandiaga Tunggu Penugasan PPP untuk Maju Pilkada 2024
Heru Budi Respons Peluang Maju Pilkada Jakarta 2024: Saya ASN, Tidak Pengalaman di Bidang Politik
Tiga Menteri Jokowi Disiapkan PDIP Maju Pilkada 2024, Ini Daftarnya
Jokowi Effect Disebut Masih Ada di Pilkada 2024, PDIP Andalkan Ini
Pilkada 2024, PDIP Buka Peluang Kerja Sama dengan Gerindra sampai PKB
Bukan di Jakarta, Golkar Pastikan Ridwan Kamil Menang di Pilkada Jawa Barat
TOPIK POPULER
INFO LOWONGAN KERJA
Lowongan Kerja Pegadaian Lulusan D3 dan S1, Simak Syaratnya
10 Provinsi dengan Jumlah Lowongan Kerja Terbanyak
Lowongan Kerja bagi Lulusan SMA/SMK, D3 hingga S1, Cek Syaratnya
Populer
NIK Resmi Jadi NPWP Mulai 1 Juli 2024
Tingkat Kemiskinan di Kota Lebih Tinggi Dibanding Sebelum Pandemi
Pengamat: Indonesia Tak Butuh BUMN Sakit, Tapi Bisa Bersaing
Harga Beras Eceran di Juni 2024 Inflasi 11,8%, Padahal di Grosir Deflasi
PLN Setor Abu Sisa PLTU untuk Bangun Jalan dan Gereja di Jayapura
Mulai Hari Ini, 7 Layanan Administrasi Pajak Ini Bisa Diakses Pakai NIK
Harga Minyak Dunia Berpotensi Naik Meski Pasar Lagi Koreksi
3 Tips Efektif Mengajarkan Anak Menabung Sejak Dini
670 Ribu Wajib Pajak Belum Padankan NIK Jadi NPWP
Sri Mulyani Minta Restu Pakai Dana Cadangan Buat Suntik PT KAI hingga Bank Tanah
Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Prancis vs Belgia: Les Bleus Jadi Ancaman Serius De Rode Duivels
Persiapan Portugal Jelang Hadapi Slovenia di Babak 16 Besar Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Slovenia: Andalkan Pilar Utama
Prancis Bersiap Hadapi Belgia di 16 Besar Euro 2024
Laga Dramatis, Inggris Berhasil Redam Slovakia 2-1
Berita Terkini
Harga Beras Mahal, Petani Makin Sejahtera?
Turis Asing Melancong ke Indonesia Sentuh 1,15 Juta pada Mei 2024, Wisman Ini Mendominasi
Kode Redeem FF Hari Ini 1 Juli 2024: Dapatkan Item Menarik dan Gratis di Free Fire!
Daftar Tanggal Merah Juli 2024, Berapa Banyak Hari Libur?
Cak Imin: Anies Masih Terkuat untuk Maju Pilkada Jakarta
Momen Davina Karamoy Bertemu Alice Norin, Auto Dikira Anak Kembar
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Merek China Diprediksi Rebut 33 Persen Pasar EV Dunia pada 2030
Jumlah Denyut Nadi Normal Sesuai Usia, Simak Cara Tepat untuk Menghitungnya
Sri Mulyani Usul Ambil Rp 6,1 Triliun Dana Cadangan Investasi untuk PMN, Buat Apa Saja?
OJK Rilis Aturan Penilaian Investasi Dana Pensiun, Ini Rinciannya
Transfromasi Song Triplets Daehan, Minguk dan Manse, Kini Tingginya Hampir Melampaui Ayahnya
Jadwal Siaran Langsung Semifinal Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia di Vidio
Jangan Lewatkan FTV Kisah Nyata Sore Spesial di Indosiar, Senin 1 Juli 2024 Via Live Streaming Pukul 15.30 WIB