uefau17.com

Internet Bekasi Lebih Ngebut dari Jakarta, Ini Rata-Rata Kecepatannya - Tekno

, Jakarta - Ookla kembali merilis daftar Speedtest Global Index untuk September 2022. Dalam Speedtest Global Index kali ini, dua kota dari Indonesia, yakni Bekasi dan Jakarta Selatan, masuk dalam daftar.

Yang menarik, daftar ini mengungkap ternyata Bekasi menawarkan kecepatan rata-rata internet yang lebih unggul dibandingkan Jakarta Selatan. Keunggulan ini termasuk layanan seluler maupun fixed brodband.

Dikutip dari situs resmi Ookla, Jumat (21/10/2022), secara global, Bekasi berada di urutan 134 dari 170 kota di seluruh dunia. Diketahui, rata-rata kecepatan download internet di Bekasi mencapai 16,47Mbps, dan rata-rata kecepatan upload-nya 11,64Mbps, serta latency 23ms.

Sementara Jakarta Selatan berada di urutan 136 dari 170 kota. Rata-rata kecepatan download di wilayah ini 16,14Mbps, dan rata-rata kecepatan upload 10,90Mbps dengan latency 24ms.

Beralih ke layanan fixed broadband, Bekasi ada di urutan 136 dari 193 kota besar. Di Bekasi, rata-rata kecepatan internet untuk download 27,04Mbps, kecepatan internet upload 11,61Mbps, dengan latency 5ms.

Jakarta Selatan menyusul tepat di belakangnya di urutan 137. Wilayah ini memiliki rata-rata kecepatan download 27,0Mbps, kecepatan upload 17,32Mbps, dan latency 5ms.

Diketahui pula dari laporan ini, dua kota besar di Tiongkok memiliki performa internet yang terbaik secara global.

Untuk internet mobile, Shanghai berada di urutan pertama dengan rata-rata kecepatan internet untuk download mencapai 158,63Mbps, sedangkan di fixed broadband, ada Shanghai menjadi yang pertama dengan kecepatan internet 238,86Mbps.

Ookla menjelaskan, daftar ini mencakup dua kota besar dari masing-masing negara. Namun tidak hanya itu, kota tersebut harus memiliki lebih dari 500.000 penduduk dan sampel yang cukup untuk dimasukkan dalam daftar.

Selanjutnya, peringkat dalam daftar ini dibuat menurut kecepatan internet (download) rata-rata masing-masing kota berdasarkan data Speedtest bulan sebelumnya. Informasi ini bisa diakses melalui situs resmi Ookla Speedtest Global Index.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Crowdfunding Jadi Solusi Pemerataan Jaringan Internet di Desa

Di sisi lain, merujuk data World Bank 2021, penetrasi fixed broadband di Indonesia masih sangat rendah, di mana sebagian besar masyarakat mengakses internet menggunakan perangkat seluler.

Sementara itu, hanya 4 persen dari total populasi atau 16 persen rumah tangga yang berlangganan fixed broadband.

Bahkan berdasarkan data pemerintah, dari 83.218 desa dan kelurahan, masih ada 12.548 desa dan kelurahan yang belum memiliki akses internet cepat.

Untuk mempercepat penetrasi jaringan internet hingga ke desa, Yayasan Internet Indonesia menggandeng PT. Fintek Andalan Solusi Teknologi (Fulusme) dan PT. Media Lintas Data (MLD) untuk menghadirkan program 'Fiberisasi 1.000 Desa' dengan skema securities crowdfunding.

“Kami berinisiatif melakukan terobosan guna membantu desa-desa yang belum terkoneksi jaringan internet melalui pilot project program Fiberisasi 1.000 Desa dengan skema securities crowdfunding,” kata Chairman Yayasan Internet Indonesia, Jamalul Izza, melalui keterangannya, Senin (17/10/2022).

Ia menambahkan pihaknya terbuka untuk dapat membantu perusahaan penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP) lain untuk bekerja sama dengan yayasan demi konektivitas di desa-desa.

Posisi Yayasan Internet Indonesia di program ini sebagai pihak inisiator dan akselerator program bagi para ISP yang membutuhkan dana dari investor untuk mengerjakan pekerjaan fiberisasi di desa-desa. Dana investor itu berasal dari hasil patungan yang dikumpulkan melalui platform Fulusme. 

3 dari 5 halaman

Apa Itu Fulusme?

Fulusme merupakan platform urun dana yang sudah terdaftar dan mengantongi izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai penyelenggara penawaran efek melalui layanan urun dana berbasis teknologi informasi sejak 4 Juli 2022.

“Dengan adanya Yayasan Internet Indonesia, kami sebagai perusahaan crowdfunding merasa yakin untuk membuka program pendanaan bagi perusahaan ISP yang membutuhkan modal guna meningkatkan penetrasi internet di desa-desa,” ujar CEO Fulusme, Chris Agustono.

Sementara itu, Direktur MLD Koko Aquarista, mengatakan sebagai perusahaan ISP berskala UMKM, pihaknya merasa terbantu adanya terobosan skema pendanaan crowdfunding yang diinisiasi Yayasan Internet Indonesia dengan menggandeng Fulusme.

Menurut Koko, permasalahan perusahaan ISP berskala UMKM kerap terbentur persoalan pembiayaan.

Dibutuhkan biaya yang tak sedikit untuk menggelar infrastruktur Fiber to The Home (FTTH). Melalui kolaborasi ini, MLD berencana akan menggelar fiberisasi di beberapa puluh desa secara bertahap, baik di Pulau Jawa maupun Sumatra.

“Kami juga mengajak perusahaan ISP lain untuk bersama-sama mengambil peluang yang besar ini dengan menggarap desa-desa yang belum terkoneksi internet,” ucap Koko memungkaskan.  

4 dari 5 halaman

Penguatan Nilai Pancasila Berperan Penting untuk Respons Konten di Internet

Lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menggelar webinar bertajuk "Pemanfaatan Internet dalam Penguatan Nilai Pancasila".

Webinar ini berlangsung pada Senin, 10 Oktober 2022 dan diikuti oleh kelompok masyarakat dari berbagai komunitas Digital di DKI Jakarta dan Banten.

Kegiatan ini bertujuan mendukung peningkatan kecapakan masyarakat di media digital sebab itu akan membantu mencapai target kumulatif sebesar 50 juta orang terliterasi pada tahun 2024.

Berdasarkan laporan We Are Social - Hootsuite per Februari 2022, di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet dan pengguna media sosial aktif di negara ini mencapai 191,4 juta. Namun, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada pada level "sedang" dengan skor 3,49.

Pengukuran dengan Kerangka Indeks Literasi Digital tahun 2021 ini menggunakan empat pilar, yaitu Kecakapan Digital, Etika Digital, Keamanan Digital, dan Budaya Digital. Tersebab nilai indeksnya masih ada di level "sedang", Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD melakukan berbagai upaya seperti webinar ini guna meningkatkan kecakapan Digital masyarakat.

Andi Muslim, Ketua Subkomisi Media Baru, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia menyatakan bahwa perkembangan dunia digital memberikan banyak tantangan bagi budaya bangsa Indonesia.

"Jika ruang internet tidak dengan bijak, bisa menjadi panggung budaya asing. Jangan sampai wawasan kebangsaan kita mengabur di sana. Tetap utamakan budaya kita yang sopan santun dengan tidak kebablasan di ruang digital" ujar Andi.

Kemudian, ia juga mengajak masyarakat menjadikan ruang digital sebagai sarana promosi budaya dan produk dalam negeri.

"Keberagaman budaya bangsa kita membuat iri bangsa lain, karena itu kita harus bangga dengan mengutamakan menggunakan produk dalam negeri, ikut serta dalam promosi serta tidak mengonsumsi berlebihan produk dan budaya asing," tutur Andi. 

(Dam/Isk)

5 dari 5 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (/Triyasni)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat