uefau17.com

Imlek dan Sejarah 7 Kelenteng Tua di Jawa Timur - Surabaya

, Surabaya - Tahun Baru Imlek 2023 telah tiba. Momen itu dimanfaatkan masyarakat Tionghoa Indonesia untuk beribadah di kelenteng. Seluruh tempat peribadatan itu telah bersiap, dihiasi dengan berbagai dekorasi di berbagai sudutnya.

Komunitas Tionghoa dan kelenteng di Indonesia memiliki sejarah panjang bahkan sejak masa kerajaan di Nusantara. Karena itu, banyak bangunan kelenteng berusia lebih dari 1 abad, bahkan diperkirakan ada juga yang berusia lebih dari 3 abad.

Kelenteng di Indonesia umumnya kelenteng Tri Dharma, memfasilitasi peribadatan umat Kong Hu Chu, Buddha dan Tao. Bagi masyarakat Tionghoa, kelenteng tidak hanya sebagai tempat ibadah saja. Kelenteng punya peran sangat besar dalam kehidupan komunitas Tionghoa masa lampau.

Perananan kelenteng sebagai salah satu pusat tempat kegiatan keagamaan sempat mengalami kemunduran pascameletusnya G30S/PKI. Ketika itu Orde Baru menerbitkan Inpres No. 14 Tahun 1967 tentang pelarangan segala aktivitas keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Tiongkok.

Pelarangan itu kemudian dicabut oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kelenteng kembali berfungsi, tapi kini bukan hanya untuk peribadatan saja. Juga digunakan sebagai pusat pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

Di berbagai daerah di Jawa Timur, banyak kelenteng berusia tua. Masing–masing memiliki keunikan tersendiri termasuk sejarah pendiriannya. Berikut ini setidaknya 7 kelenteng tua yang terdapat di Jawa Timur.

1. Kelenteng Kim Hin Kiong Gresik

Kelenteng ini tak jauh dari Alun-Alun Gresik, tepatnya di Jalan Dr. Setia Budi Gang Klenteng No. 56, Kabupaten Gresik. Mengutip laman resmi Disparekrafbudpora Kabupaten Gresik, ini termasuk kelenteng tertua di Jawa Timur dan sudah ada pada zaman Majapahit.

Daerah di pesisir utara Jawa ini pada masa lampau merupakan kota pelabuhan yang ramai, bagian dari jalur rempah Nusantara. Konon, Kelenteng Kim Hin Kiong dibangun para perantau Tiongkok yang menetap di Gresik masa itu. Diperkirakan kelenteng berusia lebih dari 3,5 abad.

Secara arsitektur bangunan, kelenteng di Gresik ini tidaklah begitu besar. Di bagian depan dihiasi dengan ornamen Tiongkok yang khas serta terdapat dua patung cok say (singa). Di bagian teras terdapat hiolo dengan ornamen kepala naga.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kelenteng Tua di Jawa Timur

2. Kelenteng Tjoe Tik Kiong Pasuruan

Kelenteng Tjoe Tik Kiong berada di Jalan Lombok Nomor 7, Gadingrejo, Kota Pasuruan. Diperkirakan sudah ada sejak abad ke 17 Masehi, didirikan pada awal kedatangan orang–orang Tionghoa perantauan di Pasuruan.

Nama Tjoe Tik Kiong bermakna istana yang mengamalkan dan menyebarkan rasa kasih sayang dan perbuatan kebajikan. Sehingga keberadaan kelenteng ini diharapkan sebagai perekat persaudaraan di kalangan orang Tionghoa di Pasuruan dan sekitarnya.

Bangunan kelenteng yang menghadap ke selatan ini tergolong besar dan berhalaman luas. Gapura khas dengan dominan warna kuning dan merah akan menyambut siapapun sebelum masuk ke dalam. Di belakang gapura terdapat panggung kecil berwarna merah untuk pementasan wayang Potehi.

3. Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban

Kelenteng Kwan Sing Bio terletak di Jalan Martadinata Nomor 1, Karangsari, Tuban, jalan raya penghubung Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kelenteng ini dipersembahkan kepada Dewa Kwan Kong, diperkirakan didirikan pada 1773, tapi inskripsi tertua di klenteng ini berangka tahun 1871.

Tempat ibadah ini sekaligus menegaskan, Tuban pada masa lampau merupakan kota pelabuhan ramai pedagang mancanegara. Bangunan kelenteng terbagi jadi tiga ruangan, yakni ruang utama untuk membakar hio, ruang kedua untuk sembahyang, dan ruang ketiga ada arca Dewa Kwan Kong.

Di halaman belakang Kelenteng Kwan Sing Bio terdapat bangunan megah laksana Kaisar dari Tiongkok. Istana itu dilengkapi dengan gerbang, kolam, jembatan kelok sembilan, gazebo, dan lainnya. Bila Anda di sini, seolah-olah sedang berada di Negeri Tirai Bambu.

4. Kelenteng Hok An Kiong Surabaya

Kelenteng Hok An Kiong berada di Jalan Coklat, Pabean, Surabaya. Sejumlah orang meyakini tempat ibadah yang didirikan sekitar 1821 ini erat kaitannya dengan peran dewa Mak Co Po yang memberi perlindungan mereka berlayar dengan selamat dari Tiongkok ke Surabaya.

Lokasi kelenteng awalnya adalah tempat istirahat sementara bagi para pekerja kapal dari Tiongkok ketika sandar di Surabaya. Para anggota Hok Kian Kong Tik Soe (perkumpulan saudagar dari Provinsi Hokkian, Tiongkok) kemudian berinisiatif membangun bangsal sekaligus tempat ibadah.

Keunikan kelenteng ini adalah konstruksi bangunannya tanpa menggunakan paku logam, tapi menggunakan potongan bambu runcing untuk mengaitkan antar bagiannya. Salah satu keistimewaan Kelenteng Hok An Kiong adalah memiliki 22 Altar Dewa.

3 dari 3 halaman

Kelenteng Tua di Jawa Timur

5. Kelenteng Eng An Kiong Malang

Kelenteng Eng An Kiong berada di Jalan R.E Martadinata, Kota Malang. Tokoh pendirinya adalah Liutenant Kwee Sam Hway, keturunan ketujuh dari seorang jenderal di masa Dinasti Ming (1368-1644) di Tiongkok.

Klenteng dibangun dalam dua periode, bangunan pertama yakni ruangan tengah dikerjakan pada 1825. Lalu menyusul bangunan dibangun secara bertahap pada 1895 hingga 1934. Eng An Kiong bermakna istana keselamatan dalam keabadian Tuhan yang dipersembahkan kepada Dewa Bumi.

Struktur bangunan dan ornamen di kelenteng ini masih 90 persen seperti aslinya, termasuk tiang-tiangnya. Kelenteng Eng An Kiong kini memiliki 18 altar pemujaan untuk para dewa dengan 28 patung dewa dan dewi.

6. Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri

Kelenteng Tjoe Hwie Kiong berada di Jalan Sudarso Nomor 48, Pakelan, Kota Kediri. Diperkirakan berdiri pada 1817 atas peran perantau asal Tiongkok yang mampir ke Kota Kediri melalui jalur Sungai Brantas.

Perantau itu mendirikan tempat sederhana untuk berdoa serta meletakkan patung/arca Dewi Laut atau Thian Sang Sing Bo yang dibawanya. Lambat laun banyak para perantauan Tiongkok lainnya ikut berdoa di tempat itu sembari membawa dewa masing-masing.

Kini di Klenteng Tjoe Hwie Kiong ada banyak dewa-dewi mulai dari Dewi Kwan Im, Dewa Kwan Kong hingga para nabi agung. Altar Dewi Thian Sang Sing Bo berada di tengah bangunan utama. Patung menghadap ke arah Sungai Brantas. Sedangkan dewa-dewa lainnya di sisi lain klenteng.

7. Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun

Kelenteng Hwie Ing Kiong terletak di Jalan Cokroaminoto, Kejuron, Madiun. Pembangunan kelenteng ini memerlukan waktu 10 tahun, yakni mulai 1887 dan selesai pada 1897. Mengutip laman resmi Kebudayaan Kemdikbud, ada kisah di balik pembangunan kelenteng tersebut.

Bermula ketika istri Residen Madiun sakit serius, dokter menyarankan agar berobat ke Belanda. Tapi sulit dilaksanakan karena kendala jarak dan waktu tempuh. Liem Koen Tie, tokoh masyarakat Tionghoa Madiun, menyarankan agar sembahyang di kuil Dewi Ma Zu sekaligus diberi resep obat.

Setelah seminggu ternyata sakitnya sembuh. Sebagai rasa syukur, Residen merestui relokasi kuil yang semula di timur sungai dan rawan banjir ke tempat baru. Residen juga memberi tanah seluas 10 ribu meter persegi untuk pembangunan kuil yang kemudian bernama Kelenteng Hwie Ing Kiong.

 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat