uefau17.com

Mandiri Sekuritas Tawarkan ORI023, Harga Mulai Rp 1 Juta Aja - Saham

, Jakarta - PT Mandiri Sekuritas kembali dipercaya oleh Kementerian Keuangan Indonesia sebagai mitra distribusi Surat Berharga Negara (SBN) Ritel jenis Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 023 (ORI023).

Melalui ORI023, masyarakat dapat berinvestasi sekaligus berkontribusi aktif dalam percepatan pembangunan ekonomi nasional. Hal yang menarik dari ORI023 kali ini adalah produk ditawarkan dalam dua tenor.

ORI023-T3 akan jatuh tempo pada 15 Juli 2026, sedangkan ORI023-T6 akan jatuh tempo pada 15 Juli 2029. ORI023 telah ditawarkan sejak tanggal 30 Juni 2023 hingga 20 Juli 2023 pukul 10.00 WIB. ORI023-T3 dan ORI023-T6 dengan kupon yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 5,9 persen dan 6,1 persen per tahun.

"Sebagai Perusahaan Anak dari Bank Mandiri yang mempunyai misi untuk berperan aktif dalam kemajuan investasi nasabah, pasar modal Indonesia, serta perekonomian nasional, Mandiri Sekuritas berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam penawaran produk-produk investasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Direktur Retail Mandiri Sekuritas, Theodora VN Manik dalam keterangan resmi, Rabu (5/7/2023).

Menurut dia, ORI023 menjadi salah satu instrumen investasi yang layak dibeli karena selain menguntungkan, instrumen investasi ini memiliki risiko yang menengah-rendah.

Investor dapat membeli kedua jenis ORI023 dengan mudah dan aman melalui platform MOST SBN, dengan harga mulai dari Rp 1 juta dan maksimum pemesanan sebesar Rp 5 miliar untuk ORI023-T3 dan Rp 10 miliar untuk ORI023-T6.

Pembayaran kupon pertama ORI023 akan dibayarkan pada 15 September 2023 dan akan terus dibayarkan pada tanggal 15 setiap bulan hingga masa jatuh tempo.

"ORI023 dapat menjadi salah satu pilihan diversifikasi investasi nasabah yang tepat demi menjaga kinerja investasi dalam berbagai kondisi ekonomi. Hal tersebut karena berinvestasi di ORI023 dijamin aman karena kupon dan pokok dijamin oleh Undang-Undang. Kami percaya produk ini akan diminati oleh para investor untuk mendukung kestabilan portofolio investasi mereka,” pungkas Theodora.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mandiri Sekuritas Ungkap Minat Obligasi Ritel Tak Kalah dari War Tiket Konser

Sebelumnya, minat investor terhadap obligasi ritel rupanya cukup tinggi. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto bahkan mengatakan penjualan obligasi ritel tak kalah menarik dibandingkan perang (war) tiket konser. Dalam catatannya, penjualan obligasi ritel berlangsung lebih cepat dari penawaran yang dijadwalkan.

"Sebelumnya selalu lebih cepat. Targetnya itu lebih cepat kesampaian dibandingkan masa book building-nya. Jadi yang laris tidak hanya tiket konser, obligasi ritel juga laris," kata Handy dalam Jumpa Pers Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023, Rabu (7/6/2023).

Secara umum, pasar surat utang atau obligasi dinilai memiliki prospek menarik di tengah sinyal suku bunga The Fed yang landai. Perkiraan arah kebijakan suku bunga ini merujuk pada tren inflasi yang juga mulai turun, sehingga Bank Sentral AS atau The Fed tak memiliki alasan kuat untuk terus menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

"Konsekuensi dari inflasi yang turun, tekanan suku bunga berkurang. ini positif untuk pasar obligasi. Karena kalau suku bunga sudah tidak naik, biasanya yield obligasi sudah pick. Jadi kita lihat ke depannya yield akan turun berarti harga obligasinya akan naik,” ujar Handy.

 

3 dari 3 halaman

Aliran Dana Investor Asing

Pada kondisi tersebut, Handy mengatakan aliran dana masuk dari investor asing juga akan tumbuh. Sebagai gambaran, asing mencatatkan net buy 67,8 triliun hingga Mei 2023. Terdiri dari net buy SUN senilai Rp 74,8 triliun dan net sell SBSN senilai Rp 7 triliun.

Ritel mencatatkan net buy Rp 22 triliun, terdiri dari ney buy pada SUN sebesar Rp 2,6 triliun dan net buy SBSN Rp 19,4 triliun. Lainnya mencatatkan total net buy 6,2 triliun, terdiri dari nervus pada SUn RP 1,5 triliun dan net buy pada SBSN Rp 4,7 triliun.

"Asing sudah masuk Rp 70 triliun. Saya pikir ini masih akan masuk lagi karena meskipun asing sudah masuk banyak, sudah relatif terhadap kondisi pre-covid level, tapi asing belum masuk semua,” imbuh Handy.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat