uefau17.com

OJK Buka Suara Terkait Jam Perdagangan Bursa - Saham

, Jakarta - Pemerintah memutuskan mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mulai 30 Desember 2022. Akan tetapi, Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan jam perdagangan bursa saham pada Januari 2023 belum mengalami perubahan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, jika Anggota Bursa (AB) menghendaki agar jam perdagangan tidak kembali saat sebelum terjadinya pandemi COVID-19.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menuturkan, pihaknya sudah meminta kepada BEI untuk mengadakan survei terkait jam perdagangan.

"Kami sudah meminta ke BEI untuk mengadakan survei hal ini. Ternyata dari survei ke seluruh AB kebanyakan dari AB itu menghendaki agar jam perdagangan tidak kembali ke normal," kata Inarno dalam konferensi pers, Senin (2/1/2022).

Inarno menuturkan, ternyata setelah dikurangi dari jam 4 ke 3, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang terjadi tidak berkurang bahkan bertambah.

"Kita review terus akan hal tersebut dan kita melihat perkembangan yang ada," kata dia.

Dia mengatakan, masukan dari pelaku pasar modal dan akan terus dilihat perkembangannya.

Tak hanya itu, OJK juga tengah meninjau ulang terkait auto rejection simetris yang terbilang cukup jauh, yaitu 35 persen untuk batas atas dan 7 persen batas bawah. 

"Kita lihat akan kembali ke arah normal secara bertahap dan kami sedang mengkaji hal tersebut," pungkasnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

OJK: 64 Perusahaan Antre Himpun Dana di Pasar Modal, Ada IPO Jumbo pada 2023

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan terdapat penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) bernilai lebih dari Rp1 triliun di bursa pada 2023.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menuturkan, IPO di atas Rp1 triliun masih dalam proses dan ada di pipeline OJK. Kemungkinan, IPO tersebut masuknya tahun depan.

"Tidak hanya satu, masih dalam proses dan pipeline. Kapan akan masuknya, Insya Allah masuk pada tahun depan," kata Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, ditulis Jumat (30/12/2022).

Inarno menuturkan, rencana tersebut masih bergantung dengan calon emiten, kondisi pasar dan lainnya.

"Tentunya tergantung daripada emitennya juga, pasarnya juga dan tentunya masih banyak kemungkinan yang terjadi," kata dia.

Dia menyebutkan, terdapat 64 calon emiten yang berada di pipeline OJK pada 2023.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, penggalangan dana di pasar modal sudah mencapai Rp 226,49 triliun hingga 30 November 2022. Saat ini juga masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai Rp 96,2 triliun. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan, untuk penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp 226 triliun hingga akhir November 2022.

"Untuk yang fundrise, saat ini kita sudah mencapai Rp 226 triliun sampai dengan 30 November 2022 dan saat ini pun itu masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai sampai saat ini Rp 96,2 triliun,” kata Inarno dalam RDK OJK, Selasa, 6 Desember 2022.

3 dari 4 halaman

Kinerja Pasar Modal 2022

Sebelumnya mengutip keterangan tertulis BEI, ditulis Senin (1/1/2023), aktivitas pasar modal sepanjang  2022 bertumbuh positif.  Pertumbuhan IHSG 4,09 persen year to date ke posisi 6.850,62 pada Jumat, 30 Desember 2022. Bahkan IHSG sempat menembus rekor baru, yakni pada level 7.318,016 pada 13 September 2022.

Sementara itu, kapitalisasi pasar saham pada 28 Desember 2022 mencapai Rp9.509 triliun atau naik 15,2 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2021 yakni Rp8.256 triliun, dan juga sempat menembus rekor baru sebesar Rp9.600 triliun pada 27 Desember 2022.

Sementara itu, aktivitas perdagangan turut membukukan kenaikan yang signifikan dibandingkan akhir tahun lalu. Rata–rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tercatat Rp14,7 triliun atau naik 10 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu yakni Rp13,4 triliun.Demikian mengutip dari keterangan tertulis, BEI.

Selanjutnya, frekuensi transaksi harian juga telah mencapai angka 1,31 juta kali transaksi atau naik 1,1 persen dibandingkan akhir tahun 2021 dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan Bursa di Kawasan ASEAN sepanjang empat tahun terakhir. Pertumbuhan juga tercermin pada rata – rata volume transaksi harian yang telah mencapai 23,9 miliar saham atau naik 16 persen dibandingkan akhir tahun lalu

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, hingga 28 Desember 2022, ada 59 perusahaan tercatat uang melakukan IPO dan mencatatkan saham di BEI. Total penghimpunan dana melalui IPO saham mencapai Rp 33,06 triliun pada 202. Adapun, 825 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI.

4 dari 4 halaman

Investor Pasar Modal Sentuh 10,3 Juta

Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan jumlah investor pasar modal Indonesia yang mencapai 10,3 juta investor atau meningkat 37,53 persen hingga 28 Desember 2022 dari akhir 2021 yang sebelumnya berjumlah 7,49 juta. 

Direktur Utama KSEI, Urip Budhi Prasetyo menuturkan, jumlah investor tersebut elah mencapai dua digit tersebut telah tercapai sejak November 2022. 

Jumlah tersebut terdiri dari investor pemilik saham, surat utang, reksa dana, surat berharga negara (SBN) dan jenis efek lain yang tercatat di KSEI, dengan komposisi 4,44 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya, 9,59 juta investor memiliki aset reksa dana dan 830 ribu investor memiliki aset SBN. 

"Jumlah investor berkembang di luar Pulau Jawa, ini yang menjadi salah satu tolak ukur melakukan edukasi," kata Urip dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, Kamis (29/12/2022).

Dia mengatakan, pertumbuhan jumlah investor di wilayah timur, yaitu Papua dan Maluku mengalami pertumbuhan sekitar 40 persen dan menjadi pertumbuhan tertinggi dibandingkan wilayah lainnya. 

Adapun, usia investor pasar modal Indonesia yang didominasi generasi Milenial dan Gen-Z menjadi salah satu alasan maraknya pengembangan serta proses digitalisasi di pasar modal selama beberapa waktu terakhir. 

Peran platform financial technology (fintech) semakin penting untuk investasi di pasar modal. Hal ini dibuktikan dengan data KSEI bahwa 78,17 persen investor memiliki rekening investasi di selling agent fintech. 

Jumlah tersebut didominasi oleh investor individu sebanyak 99,63 persen. Lalu, frekuensi transaksi subscriptionoleh selling agent fintech mendominasi transaksi reksa dana dengan peningkatan sebesar 17 persen dari 21,63 juta juta pada 2021 menjadi 18,48 juta per 26 Desember 2022.

 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat