uefau17.com

Geger Warga di Bima Bongkar Makam Usai Dengar Dentuman dari Dalam Kuburan - Regional

 

, Bima - Video warga Desa Tolotangga, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), membongkar makam seorang warga yang baru sebulan meninggal, membuat geger banyak orang.

Pembongkaran makam itu dilakukan setelah ada warga yang mendengar suara dentuman keras, seperti ada yang memukul papan makam dari dalam kuburan tersebut. Sontak, peristiwa pembongkaran makam itu membuat heboh warganet usai diunggah di media sosial oleh akun Facebook Salome Kuah Mamagina. Pembongkaran dilakukan usai mendapat persetujuan dari pihak keluarga. 

Diketahui, makam tersebut milik seorang warga setempat atas nama Ahmad, yang meninggal sekitar 42 hari yang lalu. Saat warga membongkar makam, tercium aroma tidak sedap lantaran jasad sudah mulai membusuk. Usai dibongkar, warga pun menutup makam itu kembali.

"Kenapa harus digali? Dengan alasan penasaran? Bagaimana mungkin mayat itu bisa hidup kembali. Mungkin banyak yang mengira dentuman itu karena ada mayat hidup kembali. Fungsikan itu BMKG," tulis seorang warganet.

"Banyak yang sekolah namun tak berpendidikan," kata warganet lainnya. 

"Hanya bisa bilang astagfirullah..." tulis akun warganet yang lain.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berkaca dari Peristiwa di Sumenep

 

Berkaca dari suara dentuman yang keluar dari dalam rumah warga di Sumenep, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan, hal itu terjadi lantaran ada fenomena alam proses water-hammer dari sumber getaran gempa swarm. 

Menurut Plh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Hermansyah, efek water-hammer terjadi ketika aliran air tiba-tiba mengalami peningkatan tekanan air secara mendadak dalam sebuah saluran dan menekan udara yang terjebak.

Akibatnya, gelombang tekanan tinggi bergerak mundur melalui saluran, menyebabkan suara ketukan atau getaran.

"Akibat proses penambahan tekanan air yang kemungkinan berasal dari gempa bumi swarm yang relatif kecil kekuatannya," ujar Hermansyah.

Hermansyah menuturkan mekanisme proses berawal dari adanya pemicu yang menyebabkan kenaikan tekanan air. Pemicu ini diperkirakan karena terjadi gempa swarm.

Gempa swarm adalah serangkaian gempa kecil yang terjadi dalam waktu relatif singkat di area geografis tertentu. Biasanya, gempa-gempa ini memiliki magnitudo atau kekuatan yang rendah dan tidak memiliki gempa utama yang jelas sebagai pemicu.

"Gempa swarm sering terjadi dalam periode yang singkat dan bisa berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari," kata Hermansyah.

Meskipun gempa-gempa dalam swarm umumnya tidak terlalu merusak, Hermansyah menjelaskan hal itu dapat memicu kekhawatiran karena jika intensitas relatif rendah, maka frekuensinya tinggi atau sering.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat