, Yogyakarta - Satu dekade lalu, gempa di Yogyakarta meluluhlantakkan bangunan dan rumah warga. Rumah dan bangunan yang hancur waktu itu disebut belum memiliki struktur tahan gempa. Pakar Rekayasa Kegempaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Prof Sarwidi mengatakan gempa bumi menjadi ancaman bagi warga yang tidak tinggal di rumah tahan gempa.
Meski begitu, rumah tahan gempa tidak harus meninggalkan tradisi yang ada pada masyarakat setempat. Dengan begitu, warga dapat tinggal aman dan nyaman sesuai keinginan.
"Gempa itu tidak membunuh orang tapi rumah roboh yang membuat jadi korban dan menimbulkan kerugian dan kita tutup siklus itu dengan rumah tahan gempa. Ada yang bilang rumah tahan gempa. Bagaimana bikin rumah itu bisa dipermurah namun tahan gempa," ujar Sarwidi, beberapa waktu lalu.
Sarwidi mengatakan ada dua kategori bangunan tahan gempa. Pertama, bangunan teknis modern yang meliputi kantor dan lembaga pendidikan. Kedua adalah bangunan non-engineer yaitu rumah biasa yang sedang dikembangkan dirinya. Penelitian tentang rumah biasa tahan gempa penting demi menyelamatkan korban sebanyak-banyaknya di Indonesia.
Bangunan itu kemudian disebut Barrataga yang merupakan kepanjangan dari Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa. Barrataga itu mempertahankan kesan tradisional, seperti bentuk rumah limas atau joglo. Meski begitu, Sarwidi juga menyiapkan model rumah modern yang tahan gempa.
"Aslinya yang bagus itu semua dari kayu atau dari bambu. Jelas itu tahan gempa. Masalahnya, masyarakat itu sudah mulai mengubah menyesuaikan kondisi dengan mengganti tembokan karena mungkin lebih aman, tidak mudah terbakar dan kena angin juga kuat. Kesannya lebih modern. Kita akomodasi tradisional di bentuk atapnya," kata Sarwidi.
Sarwidi mengatakan sudah mulai melatih mandor bangunan tahan gempa sejak 2004. Ia mengakui sistem Barrataha memerlukan biaya lebih mahal sekitar 10-15 persen. Tambahan biaya itu diperlukan untuk memberi jaminan keamanan yang lebih bagi hunian. Hal itu terbukti pada bangunan yang sempat didirikannya di Bantul pada 2004 lalu.
"Saat gempa itu, bangunan yang dibuat para mandor itu tidak ada yang roboh dan mungkin hanya retak-retak sedikit. Walaupun sekitaranya pada ambruk semuanya. Fotonya ada di museum saya itu. Bencana gempa itu tidak terjadi jika bangunan rumah-rumah warga itu kokoh dan tahan gempa," ujar Sarwidi.
Baca Juga
- Trauma 10 Tahun Gempa Yogyakarta
- Perppu Kebiri Diteken, Ibunda Yuyun Minta Nyawa Dibayar Nyawa
- TKI Ilegal Sulawesi Utara Terancam di Afrika
Filosofi Barrataga
Advertisement
Barrataga, kata Sarwidi, memiliki filosofi yaitu untuk menyelamatkan diri. Cara untuk menyelamatkan diri itu ada dua, yakni memperkuat diri dan melemahkan lawan. Yang dimaksud memperkuat diri pada Barrataga terlihat dari rangka-rangkanya yang menggunakan beton kolom, balok bawah, balok tepi atas, balok lantai dan menyambungnya dengan simpul-simpul Barrataga agar tidak patah saat gempa. Kedua, pondasinya harus kuat. Bahan pondasi yang murah di Indonesia adalah pasir.
"Pasirnya itu 20 cm, jangan kurang dari itu. Kalau lebih dari itu masih perlu penelitian. Yang jelas jangan kurang dari itu. Peredamnya itu agar getaran itu bisa diredam sehingga getaran bangunan tinggal sekian persen dan getaran gempa itu nanti akan terserap 20 persen dan tinggal 80 persen," tutur Sarwidi.
Sarwidi mengatakan jika saat ini ia terus meriset pembangunan rumah tahan gempa. Ia berharap risetnya dapat digunakan warga sehingga ada perubahan setiap tahunnya.
Ia juga terus berkomunikasi dengan para mandor yang pernah dilatihnya. Ia telah melatih 1000 mandor sejak 2004 dengan menggunakan dana dari luar dan dalam negeri. Dari 1000 mandor yang ada, 400 orang di antaranya benar-benar intens menerapkan Barrataga.
"Yang 400 ini yang bena- benar mengerti konsep yang saya kasih. Jadi bener-bener dua hari saya latih, langsung pakai peraga. Saya langsung pakai film dan ke lapangan," ujar dia.
Sarwidi menegaskan jika rumah yang dirancangnya dengan sistem Barrataga ini dapat menahan guncangan gempa sampai 7-8 MMI. Ia berharap riset yang sudah dilakukan ini dapat diterapkan dan terus dikembangkan sehingga bisa mengurangi bencana gempa. Meski begitu, ia mengaku tidak mudah mengajak masyarakat menggunakan sistem ini.
"Sekarang orang sudah mulai peduli tapi perlu ada pengingat. Kampanye ke sekolah-sekolah seperti di museum. Saya baru satu tapi nantinya ada cabang banyak di seluruh Indonesia. Ini seadanya untuk mengingatkan ada kejadian gempa. Untuk kepedulian yang tinggi," ujar Sarwidi.
Terkini Lainnya
Gempa Yogya
Gempa Yogyakarta
Rumah Tahan Gempa
Barrataga
Copa America 2024
Brasil Bersiap Hadapi Uruguay di Perempat Final Copa America 2024
Bungkam Venezuela Lewat Adu Penalti, Kanada Tantang Argentina di Semifinal Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024: Diwarnai Drama Adu Penalti, Kanada Kalahkan Venezuela dan Tantang Argentina di Semifinal
Jadwal Link Siaran Langsung Copa America 2024 Venezuela vs Kanada, Sabtu 6 Juli di Vidio
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Pengamat Prediksi Demokrat Usung Calon Eksternal Ketimbang Kader di Pilgub Banten
Jelang Pilkada 2024, Diskominfo Kepulauan Babel Awasi Konten Hoaks di Ruang Digital
Jadwal Pilkada 2024 Serentak di Indonesia, Lengkap Daftar Provinsi dan Cara Cek DPT
Pastikan Hak Politik Penyandang Disabilitas Terjamin di Pilkada 2024, KPU DKI Jakarta Mutakhirkan Data Pemilih
Infografis Bursa Bakal Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur di Pilgub Sumut 2024
Survei TBRC: Jelang Pilkada 2024 Kabupaten Yalimo Papua, Nama Bupati Petahana Unggul
TOPIK POPULER
Populer
Kisah Gias, Bocah Cilik yang Dipaksa Berjualan Demi Lunasi Utang Orang Tua
Perbedaan Mendaki dari Jalur Karangan dengan Rute Angin-Angin di Gunung Latimojong Sulsel
Catat, 6 Tempat Wisata di Bandung yang Pernah Jadi Lokasi Syuting
Kemuliaan Tahun Baru Islam, Menyingkap Rahasia Muharam
Simak, Ide Desain Taman Rindang untuk Halaman Rumah
Waspada, Hujan Lebat dan Angin Kencang Berpotensi Terjadi di Sulut hingga 7 Juli 2024
Bukan Cuma Joget-Joget, TikTok Juga Bisa Bangun Minat Baca Masyarakat
Menara Pandang Banjarmasin, Spot Wisata Komplet untuk Nikmati Pesona Kota Seribu Sungai
Periode September 2022-Maret 2023, Pemerintah Klaim Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat Turun
Siswi SMK di Lampung Diperkosa dan Dibunuh Pamannya, Berawal dari Tumpangan Saat Pulang Sekolah
Euro 2024
Jamal Musiala Puji Permainan Lamine Yamal, Spanyol Permalukan Jerman 2-1 di Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Belanda vs Turki: Misi Oranje Menghindari Kejutan
Keriuhan Suporter Prancis Sambut Kemenangan Les Bleus atas Portugal
Akhir Tragis Karier Toni Kroos Bersama Timnas Jerman
Prediksi Euro 2024 Inggris vs Swiss: 3 Singa Terancam Kuda Hitam
Gusur Portugal, Prancis Tantang Spanyol di Semifinal Euro 2024
Berita Terkini
Jalan-Jalan ke Belanda, Sissy Prescillia Tunjukkan Sepeda Lebih Banyak daripada Penduduk Lokalnya
Robot Bunuh Diri karena Capek Kerja, Memang Bisa?
Menelusuri Jalur Kereta Tertua dan Tersibuk di Tokyo, Yamanote Line
Jerman Kembali Jual Bitcoin yang Disita, Nilainya Sentuh Rp 2,8 Triliun
Holding BUMN Jasa Survei Catatkan Peningkatan Kinerja di 2023
WhatsApp Ganti Warna Centang Verifikasi, dari Hijau Jadi Biru
Sudah 37 Tahun, Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Mulai Bersiap Hadapi Masa Pensiun
Sambut Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1446 Hijriah Jatuh Tanggal Berapa Masehi?
5 Fakta Menarik 'Pemukiman Setan', Film Horor Maudy Effrosina Tayang di Netflix
Tempat Pemakaman Ini Sengaja Diputarkan Film, Bioskop Orang Mati di Thailand
Mpok Alpa Rutin Makan Es Krim Saat Hamil 6 Bulan, Siap Cuti dari Dunia Hiburan Pada Trimester Akhir
Viral di Media Sosial, Detik-Detik Turap Longsor di Ruas Tol JORR Bintaro
Hasil MotoGP Jerman 2024: Jorge Martin Rebut Pole Position, Marc Marquez Babak Belur