uefau17.com

[VIDEO] Makepung, Kerbau Petarung Lelaki Jembrana - News

Monumen kerbau merupakan simbol berarti bagi masyarakat Jembrana, Bali. Bagi warga yang tinggal di sebelah barat Pulau Bali, kerbau adalah hewan paling populer dan istimewa setelah sapi. Kerbau tak cuma bermanfaat sebagai binatang pembajak sawah namun juga dikenal sebagai kerbau petarung.

Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Minggu (21/10), jika masyarakat Madura mempunyai karapan sapi atau masyarakat Buleleng identik dengan Sapi Grumbungan, maka warga Jembrana bangga memiliki tradisi Makepung. Makepung berarti kejar-kejaran. Atraksi balap kerbau ini sudah mendarah daging di Jembrana sejak 1930an dan menjadi penanda Jembrana adalah bagian tak terpisahkan dari budaya agraris Pulau Dewata.

"Makepung awalnya perkumpulan masyarakat agraris. Masyarakat petani yang ada di Jembrana. Awalnya pertemuan dilakukan di sawah. Awalnya para petani bergotong royong menggunakan kerbaunya untuk meratakan sawah dengan lampit. Setelah itu berlanjut mereka menggunakan sapi dengan gerobak di belakangnya saling kejar-kejaran. Itulah Makepung," kata Ketua Pakepungan, I Made Mara.

Juli sampai November di Jembrana adalah bulannya para penggila kerbau balap bersamaan dengan musim panen raya tiba. Periode ini menjadi momentum mereguk untung buat pedagang kerbau seperti I Gede Sugiarte. Sebagai pecinta makepung, Sugiarte paham betul jenis kerbau pelari atau tipe sawahan.

Rutinitas tahunan Makepung membuat kaum lelaki Jembrana terikat secara batin dengan tradisi ini seperti I Nyoman Kayun, misalnya. Lelaki 71 tahun ini pun rela sepetak sawahnya ditumbuhi rerumputan untuk santapan istimewa sepasang kerbau miliknya. Dalam situasi apapun ketika harga kerbau dan biaya perawatan melonjak, Kayun tetap loyal pada Makepung tradisi yang menjadi simbol kejantanan lelaki Jembrana.

Kerbau Makepung pun perlu perlakuan khusus, terlebih lagi menjelang lomba yang sebentar lagi akan digelar di Jembrana. Sepasang kerbau milik Kayun yang diberi nama juwuk manis atau jeruk manis mendapat suplemen tambahan supaya tangguh di arena. Campuran telur ayam kampung, kecap manis dan madu adalah menu wajib agar kebugaran fisik kerbau meningkat.

Ritual

Tak ketinggalan pula, Kayun juga mendatangi dukun sekaligus pemangku pemimpin agama Hindu di kampungnya. Tujuannya, agar terhindar dari serangan gaib kubu lawan. Kayun juga tak lupa bersembahyang di sanggah, tempat pemujaan kecil di pekarangan rumah. Bagi umat Bindu Bali, Rare Angon adalah dewa ternak yang merupakan perwujudan Siwa, Tuhan yang Maha Esa. Kepada-Nya lah Kayun bermunajat.

Tanding

Dalam tradisi Makepung, joki punya peranan vital. Nyali besar menjadi modal utama sebab mengendalikan kerbau balap bukan semata urusan hobi tapi juga perlu kepiawaian dan sadar risiko terempas. Kadek Pokal, joki langganan juwuk manis sadar betul tantangan yang dia hadapi termasuk keterampilan melecut kerbau menggunakan cambuk paku. Ketimbang menggunakan cemeti biasa, cambuk paku lebih mempercepat pemulihan luka di kulit kerbau.

Makepung punya aturan yang unik. Berbeda dengan adu balap lain pemenang bukanlah yang sampai pertama mencapai garis finish pertama kali, akan tetapi ditentukan juga dari jarak antar peserta yang sedang bertanding. Artinya, seorang peserta akan dianggap sebagai pemenang bila ia menjadi yang terdepan saat mencapai finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta di belakangnya, sejauh 10 meter.

Namun, bila pasangan kerbau yang berada di belakang bisa mempersempit jarak dengan peserta di depannya, menjadi kurang dari 10 meter, maka pasangan kerbau yang di belakang itulah yang akan keluar sebagai pemenang. Perlombaan diselesaikan dalam hitungan delapan sampai sepuluh menit dalam setiap race-nya.

Pertarungan Juwuk Manis berakhir tanpa poin setelah juri menyatakan draw alias imbang melawan kerbau musuh. Luka cambukan juwuk diperkirakan sembuh dalam waktu 3 hari.

Selengkapnya, Anda bisa menyaksikan tayangan Potret Liputan 6 SCTV "Makepung, Kerbau Petarung Lelaki Jembrana" melalui video di bawah ini. (Adi)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat