, Jakarta Pemilu 2019 boleh dibilang peristiwa besar di Republik ini yang memakan anggaran besar sekaligus menjadi momen terberat dalam ujian keberagaman kita. Masa-masa pra dan pascapemilu pertama Pilpres, cukup sering terjadi pertikaian sebab pilihan berbeda yang kemudian merembet ke ragam isu SARA. Hingga sekarang, Republik ini masih diuji dengan isu-isu keberagamaan dan usaha-usaha untuk membuat homogen.
Di tengah itu, muncul beragam respons masyarakat. Mulai dari anak-anak muda yang giat menyuarakan keberagaman dalam berbagai aktivitas, hingga banyak pemikir yang tampil di publik. Dan salah satunya adalah hadirnya buku Indonesia Rumah Kita (Liputan 6, 2019).
Dalam buku ini dihimpun buah pemikiran dari banyak tokoh di negeri ini. Nama-nama pemikir itu juga tidak asing, seperti Buya Syafi’i Maarif, Alissa Wahid, Mahfud MD, Butet Kertaradjasa, dan lain lain. Juga muncul nama-nama sastrawan yang seperti Faisal Oddang dan Linda Christanty. Semuanya ibarat sebuah parlemen sidang, sedang menguatkan keragaman Republik ini dari sudut kepakaran masing-masing.
Advertisement
Boleh disimpulkan bahwa keberagaman yang dipotret dalam banyak tulisan buku ini adalah keelokan ragam budaya dan anomali gesekan akibat keelokan tersebut.
Fokus yang dibahas Agni Malagina adalah potret keberagaman Indonesia dari sepotong kain batik Tiga Negeri. Batik tiga warna yang memadukan pola batik dari Lasem, Pekalongan, dan Solo. Pun tiga warga: merah, biru, dan cokelat sogan. Perpaduan tiga kawasan ini juga yang dijadikan potret betapa cair budaya Indonesia, khususnya batik. Sepotong wastra tersebut mampu mengadopsi khazanah masing-masing daerah. Lebih dari itu Batik Tiga Negeri juga menjadi cawan peleburan atas budaya Nusantara, Tiongkok, dan Belanda.
Tiga ciri warna dipercaya memiliki arti merah getih pitik (merah darah) cerminan tradisi Tionghoa dari Lasem, biru indigo Belanda Pekalongan, dan cokelat sogan yang sarat makna filosofi Jawa (hlm 20).
Selain wastra, negara kita juga kaya akan bahasa daerah. Ini yang dipotret oleh Joni Endardi. Kepala Bidang Pengembangan Strategi Kebahasaan, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemedikbud ini mengutarakan perihal betapa kayanya bahasa daerah kita.
Sumpah Pemuda memang memproklamirkan bahwa rumpun-rumpun bahasa itu akan menjungjung hormat pada bahasa kesatuan Bahasa Indonesia. Tampak bahwa itu kelak akan menafikan bahasa-bahasa daerah demi unggulnya bahasa persatuan. Namun ternyata, peristiwa paling sastrawi dalam sejarah Indonesia itu--meminjam kalimat Butet Kartarejasa--menyediakan ruang netral untuk saling berinteraksi, tanpa melukai, dan merasa bahasanya lebih tinggi dari bahasa lain.
Endardi membuktikan dengan kosakata malam dan mata saja bisa memunculkan banyak sekali lema dari bahasa daerah. Keberagamaan ini adalah kekayaan linguistik yang bila tidak dirawat dapat musnah dan digerus bahasa-bahasa prokem dan bahasa asing.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Indonesia Rumah Kita
![Wayang Beber, Karakter Budaya Indonesia yang Dituangkan Ghea Panggabean dalam Koleksi Tablewear](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/6J8xURN3lpsvO9f2ZGKPPiw5nwc=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3000111/original/067535100_1576674781-IMG20191218154345.jpg)
Kebudayaan Indonesia beragam bukan hanya dalam perkara wastra dan bahasa. Beberapa esai dalam buku ini memaparkan pundi-pundi kebudayaan yang harus diterima beragam. Mulai dari kesenian daerah, teater, atau ritual-ritual kebudayaan dari penjuru Indonesia. Namun, bila boleh yang sepertinya belum banyak dibahas adalah hal kuliner. Hanya satu esai membahas makna toleransi agama Islam dan Hindu dari semangkuk soto Kudus.
Urusan soto, sambal, satai, misalnya, memiliki ragam dan wujud asimilasi budaya di setiap daerah. Keberagaman racikan tidak kemudian memunculkan pertikaian antarpenggemar masing-masing soto. Pelajaran menghargai perbedaan dari ragam kuliner akan membuat pembicaraan dalam buku semakin komprehensif. Dan ketidakhabisan kekayaan Indonesia untuk dibahas dalam kerangka keberagaman justru menguatkan klausa di awal bahwa Indonesia memang lahir untuk heterogen.
Menarik adalah mencermati dua esai milik Faisal Oddang dan Linda Christanty. Dua esai cukup panjang ini tidak berusaha membeberkan keberagaman lewat data maupun jawaban-jawaban sekadar formalitas dan normatif. Keduanya justru mengambil sisi lain dari indahnya keragaman: bahwa muncul konflik yang entah sengaja atau tidak dibiarkan begitu saja.
Di balik kebudayaan bissu di Toraja, muncul persoalan lain, yaitu musnahnya bissu sebab muncul kecenderungan homogen dalam masyarakat juga soal kepentingan ekonomi. Eksistensi bissu sebagai produk kebudayaan Toraja dewasa mulai terkikis oleh budaya lain yang tampil lebih dominan.
Gesekan-gesekan lain akibat perbedaan juga ditengarai menjadi sebab banyak peristiwa berdarah. Linda Christanty mencoba membalik fakta di balik keragamaan bernama Indonesia ada banyak kasus berdarah yang sengaja disimpan di bawah permadani zamrud khatulistiwa. Perbedaan bila diperlakukan keliru terbukti menjadi bahan bakar konflik horizontal, hingga berdarah.
Topik-topik pembahasan dalam buku sejatinya adalah tamparan halus kepada kelompok-kelompok yang berusaha membuat wajah Indonesia homogen. Fakta-fakta lapangan yang diejawantahkan penulis dalam buku ini bukti telak hal tersebut. Hingga tidak sekadar menjadi bangsa besar yang menghargai sejarah, juga memberikan perbedaan.
Jelas di luar buku ini, masih banyak unsur-unsur di tengah masyarakat yang menyuratkan keragaman Indonesia. Buku ini sekelumit dari lautan perbedaan dalam kehidupan bangsa kita. Mengutip kalimat Gus Dur dalam tulisan Alissa Wahid: yang sama, jangan dibeda-bedakan. Yang beda, jangan disama-samakan. Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan (hlm. 39).
Namun, menjaga kemajukan bukan sekadar dengan peneriman. Gus Dur mengajukan syarat utama penopang hal tersebut, yakni kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan.
Bangsa kita mau tidak mau harus diakui belum sepenuhnya memenuhi tiga syarat tersebut. Bangsa kita masih terus mengupayakan. Oleh sebab itu, buku ini hadir tatkala bangsa ini diuji kekuatan dalam menjaga kesatuan di tengah perbedaan.
Informasi Buku:
Judul : Indonesia Rumah Kita
Penulis : Ahmad Syafi’i Maarif, Mahfud MD, Benny Susetyo, Alissa Wahid, Faisal Oddang, dkk.
Penerbit : Liputan Enam
Edisi : Pertama, 2019
Tebal : 255 halaman
ISBN : 978623918509
[]
Teguh Afandi
Penulis adalah editor buku.
Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah
Terkini Lainnya
Indonesia Rumah Kita
Indonesia Rumah Kita
Toleransi
Toleransi Antar Umat Beragama
Keberagaman Indonesia
TOPIK POPULER
Live Streaming
Pencadangan Data Pasca Serangan Ransomeware, Kesiapan atau Keterlambatan?
Populer
Kemenhub Pastikan Gangguan PDN Tidak Berdampak pada Penerbangan
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
PKS Minta Anggota DPRD DKI yang Terlibat Main Judi Online Dipecat
Kejagung Sebut Harvey Moeis Tidak Punya Pesawat Pribadi
Pelaku Jambret CFD Ditangkap, Sempat Menyamar Menjadi Tukang Topeng Monyet
Said Aqil Dukung Konsesi Tambang untuk Ormas Keagamaan: Harus Selamanya
Temukan Tenaga Kerja yang Sesuai Kriteria, Kemnaker Gelar Business Matching Dengan Industri Perhotelan Jepang
MKD DPR Sebut Hanya 2 Anggota Dewan yang Terlibat Judi Online
Menkes Budi Gunadi Sadikin Ungkap Alasan Datangkan Dokter Asing
Kasus Anak Kandung Bunuh Ayah, Polisi Sebut Sang Kakak Sempat Lindungi Adiknya Agar Tak Ditangkap
Euro 2024
Di Istanbul, Suporter Sambut Meriah Kemenangan Turki atas Austria
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Waspada Belanda, Turki Bikin Pelatih Austria Ralf Rangnick Menyesal Tak Bisa Lanjut di Euro 2024
Berita Terkini
Haji Thoriq Jadi Meme di Mana-Mana, Thariq Halilintar Siapkan Umrah Gratis bagi Orang Terkreatif
Pekerja Tekstil yang Dipecat Tak Dapat Jaminan Kehilangan Pekerjaan, DPR Minta BPJS Telusuri
7 Khasiat Torpedo Sapi yang Jarang Diketahui, Tak Kalah dari Torpedo Kambing
3 Doa Pembuka Pintu Rezeki Secepat Kilat dan Pelunas Utang dari Imam Nawawi
iPhone 16 Pro Max akan Dilengkapi Baterai Berkapasitas Besar, Fans Apple Antusias!
Rekomendasi Set Top Box untuk TV Tabung Bersertifikat Kominfo, Simak Cara Memasangnya
Harga Emas Antam Turun Tipis Hari Ini, Cek Rinciannya
Zonasi Penjualan Rokok di RPP Kesehatan, Paguyuban Pedagang Madura: Bukti Pemerintah Tak Peka
Sempat Dikira Kambing, Korban Tewas Kebakaran SPBU di Pati Ternyata Sopir Espass
Kecelakaan Pesawat Jet Militer Subsonik Su-25 Georgia Saat Latihan, Pilot Tewas
Terlihat Sepele, Ternyata Paparan Cahaya Sepanjang Hari Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental Anda
Di Istanbul, Suporter Sambut Meriah Kemenangan Turki atas Austria
Seorang Jemaah Haji Pasuruan Meninggal di Jedah Usai Terjatuh di Kamar Mandi
Infografis Pasca-Serangan Ransomware ke PDN, Kementerian dan Lembaga Negara Wajib Cadangkan Data