uefau17.com

Inggris Keluarkan Travel Warning Terkait Wisata Kesehatan di Turki, Ada Apa? - Lifestyle

, Jakarta - Pemerintah Inggris telah mengeluarkan travel warning (peringatan perjalanan) bagi warganya yang akan bepergian ke Turki untuk wisata kesehatan. Apa yang terjadi?

"Kami menyadari 22 warga negara Inggris meninggal dunia di Turki sejak Januari 2019 menyusul kunjungan wisata kesehatan," demikian pernyataan dalam halaman peringatan yang dikeluarkan negara itu, dikutip dari EuroNews, Minggu (25/12/2022).

Para turis disarankan untuk berkunjung ke layanan kesehatan yang disetujui oleh Kementerian Kesehatan Turkiye - nama baru negara itu. Mengingat standar fasilitas kesehatan dan layanan kesehatan yang tersedia begitu beragam, sangat penting calon pasien untuk meneliti secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur apapun di luar negeri.

"Sangat tidak bijak untuk bergantung pada perusahaan swasta yang memiliki kepentingan finansial dalam mengatur perawatan kesehatan Anda di luar negeri," imbuh peringatan tersebut.

Turki menjadi berita utama dalam beberapa bulan terakhir dengan tren istilah 'gigi Turki'. Istilah itu dipakai sebagai respons atas laporan perawatan gigi yang gagal di negara itu. Karena itu, pemerintah Inggris mengingatkan warganya untuk mengunjungi situs web HealthTurkiye sebelum mengunjungi prosedur medis di negara tersebut.

Sebelumnya, Rida Azeem, seorang perempuan asal Manchester, Inggris, mengungkapkan pengalamannya bepergian ke Turki untuk memasang implan gigi. Ia mengaku setelah bangun dari operasi, "Aku menemukan celah besar di bawah gusi, dan Anda bisa melihat semua potongan logam (dari implan)."

"Itu (operasi) dilakukan dengan sangat buruk yang hasilnya sulit dipercaya," imbuhnya.

Ia mengatakan awalnya mereka akan memasang lima implan. Tetapi saat perawatan akan dimulai, dokter gigi yang ditemuinya mengatakan bahwa 'ia akan mencabut semua giginya'.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bisnis Wisata Kesehatan

Istilah wisata kesehatan belakangan populer, terutama setelah pandemi Covid-19. Istilah itu merujuk pada turis yang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan medis. Operasi plastik, perawatan gigi, dan operasi jantung merupakan di antara prosedur paling umum yang dilakoni para turis asing.

Dua alasan utama mereka mau melakukannya adalah biaya yang relatif lebih murah dan ketersediaan perawatan yang disetujui di negara tersebut. Namun, itu juga diikuti beberapa risiko utama, termasuk komplikasi seperti infeksi dan resistensi antibiotik, kurangnya perizinan dan peraturan yang ketat di beberapa negara, dan kurangnya perawatan lanjutan saat pasien kembali ke rumah.

Menurut Institut Statistika Turkiye, lebih dari 640 ribu pasien kesehatan mengunjungi negara itu pada 2021 dan mendatangkan devisa hampir 1 miliar euro. Mayoritas berkunjung untuk mendapatkan layanan perawatan gigi dan menjadikannya sebagai salah satu destinasi terdepan untuk wisata kesehatan gigi.

Sekitar 150 ribu hingga 250 ribu pasien asing mendatangi negara itu untuk merawat gigi mereka setiap tahunnya, menurut Asosiasi Dokter Gigi Turkiye. Selain Turki, Hungaria, Thailand dan Dunai juga populer untuk layanan kesehatan gigi. Sementara, India, Israel, Malaysia, Meksiko, Singapura, dan Korea Selatan lebih dikenal sebagai akan wisata kesehatan secara umum.

3 dari 4 halaman

Indonesia Ikutan

Besarnya potensi membuat Indonesia juga tak ingin ketinggalan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini gencar mendorong pembangunan destinasi wisata kesehatan dan kebugaran atau wellness and health tourism di Bali.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Kemenparekraf menggandeng sejumlah pihak untuk berkolaborasi, termasuk dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, Bali berpotensi besar untuk menarik wisatawan lewat wellness dan kesehatan.

"Kami secara overall mempersiapkan destinasi pariwisata kesehatan dengan logo branding Indonesia health tourism," kata Sandiaga, dalam The Weekly Brief with Sandi Uno, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin, 28 November 2022.

"Di forum B20 rencana pengembangan Bali sebagai destinasi berbasis kesehatan telah disosialisasikan dengan beberapa unggulan. Untuk itu, Kemenparekraf terus berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, dan kementerian lembaga lainnya," lanjutnya.

Sandiaga mengungkapkan, sejauh ini terdapat beberapa fasilitas kesehatan, termasuk beberapa rumah sakit di Bali, yang akan dikembangkan. Indonesia berencana menggandeng institusi internasional dari beberapa negara yang memiliki bidang kesehatan yang maju, beberapa di antaranya Mayo Clinic dan John Hopkins University.

 

 

4 dari 4 halaman

Panggil Pulang Dokter

Sandi menambahkan, Kemenkes berencana memanggil pulang dokter-dokter asal Indonesia yang tengah bertugas di luar negeri untuk kembali ke Tanah Air dalam upaya mendukung program wellness and health tourism di Bali ini. "Khususnya dokter-dokter yang berasal dari Indonesia sedang berpraktek di luar negeri yang memiliki keilmuan yang tinggi untuk kembali ke Indonesia," tutur Sandi.

"Mereka ini bisa juga memberikan kontribusi kepada pariwisata berbasis kesehatan di Indonesia," sambungnya.

Ia berharap, melalui kolaborasi tersebut, Indonesia, nantinya tak hanya bisa memberikan peluang layanan pariwisata yang memanjakan mata, tapi juga layanan kesehatan yang lebih optimal dan bahkan destinasi wisata kesehatan yang terbaik. Targetnya adalah warga negara Indonesia dan warga negara asing yang tengah berlibur di Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga sedang mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan yang berlokasi di Sanur, Denpasar, Bali. PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) yang dikenal dengan Injourney, melalui anak perusahaannya PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bekerja sama dengan PT Pertamina Bina Medika - Indonesia Healthcare Corporation (IHC) bertanggung jawab dalam pembangunan KEK itu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat