uefau17.com

Ilmuwan Jepang Ciptakan Buddha Digital, Bisa 'Interaksi' Pakai Gadget - Hot

, Jakarta Pemeluk agama Buddha mendatangi kuil untuk mendapatkan pencerahan. Hingga belakangan ini, orang Jepang memadukan unsur agama Buddha dengan teknologi.

Kini sudah ada Buddha digital yang berbasis menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). Tentu saja, hanya dengan gadget, Buddhis bisa berinteraksi dengan Buddha digital untuk mendapatkan pencerahan.

Melansir dari Daily Sabah, para Ilmuwan di Universitas Kyoto mengatakan kepada AFP bahwa buddha digital tersebut belum tersedia secara umum. Hingga kini masih dalam tahap penyesuaian, mengingat ada sekitar 1.000 ajaran dari teks Buddhis seperti Sutta Nipata dan Dhammapada. Nantinya buddha digital yang dijuluki Buddhabot itu bisa diakses di manapun. 

Para peneliti dan agamis Buddha setempat beranggapan adanya Covid-19 menjadi bukti Buddhabot bisa menjadi solusi bagi siapa saja yang membutuhkan pencerahan di tengah pembatasan. Berikut merangkum teknologi ini melansir dari berbagai sumber, Selasa (14/2/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Avatar Buddha perpaduan ajaran kuno dan masyarakat modern

Nantinya, penganut agama Buddha bisa mengakses Buddhabot kapan saja. AI Buddha sendiri merupakan alat yang dibuat oleh peneliti Jepang yang menawarkan bimbingan spiritual dari kitab suci kuno. 

Perangkat lunak tersebut, dikembangkan bersama oleh tim akademisi agama dan komputasi di Universitas Kyoto, telah diprogram untuk menghafal sekitar 1.000 ajaran dari teks Buddhis seperti Sutta Nipata dan Dhammapada. Pengguna yang mencari pencerahan dapat mempertanyakan avatar Buddha yang muncul di layar ponsel mereka.

“Pertajam pengamatan Anda dan jelajahi berbagai alasan di balik malapetaka itu. Baru setelah itu Anda bisa merasakan kebahagiaan,” demikian jawaban yang diterima Agence France-Presse (AFP) atas pertanyaan di atas.

Latar belakang augmented reality menunjukkan Buddha duduk bersila di lingkungan kehidupan nyata yang ditangkap oleh kamera perangkat. Sistem dialog kecerdasan buatan yang dijuluki "Buddhabot" berada di balik teknologi tersebut, namun masih dalam tahap pengujian dan belum tersedia untuk masyarakat umum.

 

"Kitab Buddha mewakili kebijaksanaan zaman kuno," kata profesor asosiasi studi Buddha dan Tibet itu kepada AFP.

"Tujuan kami adalah agar orang menerapkan kearifan lama dalam kehidupan mereka di masyarakat modern ini, dan mencari cara untuk menjadi lebih bahagia," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Jadi alat digital untuk terapi dunia yang penuh tekanan

Aplikasi meditasi smartphone telah menjadi sangat populer di seluruh dunia, menawarkan audio khusus untuk berbagai situasi, mulai dari menghadapi duka cita hingga melewati hari yang sulit di tempat kerja.

AI Buddha, yang dikembangkan dengan bantuan perusahaan IT, juga dimaksudkan sebagai pengalih terapi dari "dunia nyata yang semakin penuh tekanan", dari COVID-19 hingga perang di Ukraina, kata Seiji Kumagai, pengembang utama perangkat lunak di Universitas Kyoto.

Kumagai mengatakan alat itu bisa menjadi langkah menuju dunia spiritual yang digerakkan oleh metaverse. Sebuah alternatif potensial bagi banyak kuil di Jepang, yang jumlahnya diperkirakan menurun karena depopulasi.

Namun sebelum Buddha digital dapat dipublikasikan, diperlukan lebih banyak pekerjaan untuk memperbaiki tata bahasa dan kesalahan kontekstual yang terkadang membuat jawabannya tidak masuk akal.

Ini bisa menyesatkan dan bahkan berbahaya, kata Kumagai, memperingatkan bahwa dalam bentuknya yang sekarang, perangkat lunak tersebut dapat "mengarahkan orang ke jalan yang salah".

"Bagaimana jika, misalnya, orang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri berkonsultasi dengan avatar Buddha... dan mengikuti dorongan itu berdasarkan apa yang telah diberitahukan kepada mereka?"

Pada hari Selasa, lokakarya diadakan di Universitas Kyoto sebagai bagian dari proses pengujian, dengan mengundang mahasiswa dan anggota fakultas untuk mencoba alat tersebut.

Yuya Ohara, seorang siswa berusia 19 tahun dan penggemar sepak bola, bertanya kepada Sang Buddha apa yang membuat seorang pemain sepak bola ideal, yang dijawab: "Tinggalkan sifat posesif Anda."

"Saya akan menertawakannya jika jawaban itu datang dari teman-teman saya. Tapi karena itu dari Buddha, saya lebih berpikiran terbuka,” katanya kepada AFP.

 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat