uefau17.com

Utah Jadi Negara Bagian AS Pertama yang Batasi Remaja Akses Media Sosial - Global

, Salt Lake City - Utah menjadi negara bagian Amerika Serikat (AS) pertama yang mewajibkan perusahaan media sosial mendapatkan persetujuan orang tua bagi anak-anak untuk menggunakan aplikasi media sosial dan memverifikasi bahwa pengguna setidaknya berusia 18 tahun.

Gubernur Utah Spencer Cox mengatakan, mereka menandatangani dua langkah besar untuk melindungi kaum anak muda di negara bagian itu.

Rancangan Undang-undang (RUU) itu akan memberi orang tua akses penuh ke akun online anak-anak mereka, termasuk unggahan dan pesan pribadi. Langkah tersebut dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak-anak.

Di bawah langkah-langkah yang diberlakukan pada Kamis, 23 Maret 2023 kemarin, persetujuan eksplisit orang tua atau wali akan diperlukan sebelum anak-anak dapat membuat akun di aplikasi seperti Instagram, Facebook, dan TikTok.

RUU tersebut juga memberlakukan jam malam media sosial yang memblokir akses anak-anak antara pukul 22.30 dan 06.30, kecuali disesuaikan oleh orang tua mereka, dilansir dari BBC, Senin (27/3/2023).

Kemudian, perusahaan media sosial tidak lagi dapat mengumpulkan data anak atau ditargetkan untuk iklan. Kedua RUU yang juga dirancang untuk memudahkan penindakan hukum terhadap perusahaan media sosial itu akan berlaku mulai 1 Maret 2024.

Cox yang juga merupakan seorang Republikan, menulis di Twitter, "Kami tidak lagi ingin membiarkan perusahaan media sosial terus merusak kesehatan mental kaum muda kami."

"Sebagai pemimpin, dan orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi generasi muda kita," lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Respons Pro dan Kontra dari RUU itu

Commons Sense Media, kelompok advokasi anak-anak, menyambut baik langkah gubernur itu untuk membatasi beberapa fitur paling adiktif di media sosial, menyebutnya sebagai "kemenangan besar bagi anak-anak dan keluarga di Utah".

"Ini menambah momentum bagi negara bagian lain untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan media sosial untuk memastikan anak-anak di seluruh negeri dilindungi secara online," kata Jim Steyer selaku pendiri dan CEO Common Sense Media.

Peraturan serupa sedang dipertimbangkan di empat negara bagian lain yang dipimpin oleh Partai Republik yakni Arkansas, Texas, Ohio dan Louisiana, begitu juga di New Jersey yang dipimpin oleh Demokrat.

Namun, Common Sense Media dan kelompok advokasi lainnya memperingatkan beberapa bagian dari undang-undang baru itu dapat membahayakan anak-anak. Ari Z Cohn, pengacara kebebasan berbicara untuk TechFreedom, mengatakan RUU itu menimbulkan "masalah kebebasan berbicara yang signifikan".

"Ada begitu banyak anak yang mungkin berada dalam rumah tangga yang penuh kekerasan, yang mungkin adalah LGBT, yang dapat dipisahkan sepenuhnya dari media sosial."

Sebagai tanggapan, Meta, perusahaan induk Facebook, mengatakan bahwa mereka memiliki alat yang kuat untuk menjaga keamanan anak-anak.

"Kami telah mengembangkan lebih dari 30 alat untuk mendukung remaja dan keluarga," kata seorang juru bicara di Meta.

"Termasuk alat yang memungkinkan orang tua dan remaja bekerja sama untuk membatasi jumlah waktu yang dihabiskan remaja di Instagram, dan teknologi verifikasi usia yang membantu remaja mendapatkan pengalaman sesuai usianya."

Ada dukungan bipartisan AS lainnya untuk undang-undang media sosial yang ditujukan untuk melindungi anak-anak. Pidato State of the Union Presiden Joe Biden pada Februari lalu menyerukan undang-undang yang melarang perusahaan teknologi mengumpulkan data tentang anak-anak.

Tahun lalu, anggota parlemen negara bagian California mengesahkan undang-undang data anak mereka sendiri. Di antara langkah-langkah lainnya, Undang-Undang Kode Desain Sesuai Usia California mewajibkan platform digital untuk menjadikan fitur privasi tertinggi bagi pengguna di bawah 18 tahun sebagai pengaturan default.

Pengesahan RUU Utah juga bertepatan dengan sidang kongres untuk CEO TikTok Shou Zi Chew.

3 dari 4 halaman

Fakta-Fakta saat CEO TikTok Shou Zi Chew Hadir di Sidang Kongres AS

Sidang kongres terhadap CEO TikTok Shou Zi Chew pada Kamis, 23 Maret 2023 menjadi serangkaian momen klarifikasi.

Sidang selama lima jam itu menekankan bagaimana China semakin dipandang tidak hanya sebagai ancaman yang meningkatkan terhadap keamanan AS dan dominasi ekonomi, tetapi juga tantangan ideologis yang bertentangan dengan nilai-nilai dan cara hidup masyarakat AS.

Kemungkinan platform yang memiliki 150 juta pengguna bulanan di AS dapat digunakan oleh Partai Komunis China untuk mengumpulkan intelijen jutaan warga AS yang dikemukakan berulang kali oleh anggota parlemen di dua sisi.

Anggota parlemen juga disibukkan dengan kemungkinan pemikiran AS yang muda dan berkembang dapat dibentuk oleh maraknya konten dan informasi buatan China yang dapat menekan prinsip kebebasan politik dan hak asasi manusia AS, atau ciptakan kebingungan tentang kebijakan luar negeri AS.

Argumen itu dirangkum oleh Kepala Komite Energi dan Perdagangan DPR Cathy McMorris.

Kemudian, anggota parlemen menyelidiki hubungan TikTok dengan China melalui perusahaan induknya ByteDance.

Anggota parlemen dari Partai Republik Gary Palmer menanyakan Chew apakah pemerintah China telah membeli saham di ByteDance, apakah ia dikonsultasikan tentang langkah tersebut, atau apakah ada orang di perusahaan yang menyampaikan kekhawatiran tentang keharusan menghapus unggahan negatif di China.

Chew menyangkal promosi atau penghapusan TikTok serta menolak karakterisasi Palmer atas kepemilikan ByteDance.

Baca selebihnya di sini...

4 dari 4 halaman

Mengenal CEO TikTok Shou Zi Chew yang Jadi Sorotan di Tengah Kekhawatiran Keamanan Aplikasi

TikTok tengah berada di bawah banyak pengawasan saat ini. Para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden khawatir media sosial itu berbahaya bagi keamanan nasional.

Pada periode ini, TikTok berada di bawah kepemimpinan CEO Shou Zi Chew yang berusia 40 tahun dan merupakan warga Singapura. Chew diangkat sebagai CEO TikTok Mei tahun lalu, bersamaan dengan Vanessa Pappas yang diangkat sebagai COO.

"Chew membawa pengetahuan mendalam tentang perusahaan dan industri, setelah memimpin tim yang merupakan salah satu investor awal kami, dan telah bekerja di sektor teknologi selama satu dekade," kata Pendiri dan mantan CEO Bytedance Zhang Yiming, melansir Business Insider, Jumat (24/3/2023).

Chew memperoleh gelar sarjana ekonomi di University College London sebelum melanjutkan ke Harvard Business School untuk gelar MBA pada 2010. Ketika menjadi mahasiswa di sana, Chew bekerja untuk Facebook yang saat itu masih berstatus perusahaan rintisan (startup). Facebook mulai dipublikasikan pada pertengahan 2012.

Chew bertemu dengan istrinya yang sekarang, Vivian Kao, melalui surel ketika mereka sama-sama mahasiswa di Harvard. Mereka kini telah memiliki dua anak. Chew adalah CFO Xiaomi sebelum bergabung dengan Bytedance.

Ia juga pernah menjadi presiden bisnis internasional Xiaomi pada 2019. Sebelum bergabung dengan Xiaomi, Chew juga bekerja sebagai bankir investasi di Goldman Sachs selama dua tahun.

Baca selebihnya di sini...

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat