uefau17.com

Sadis, Kelompok Ekstremis Boko Haram Bunuh 37 Nelayan Nigeria - Global

, Abuja - Serangan oleh kelompok ekstremis Boko Haram menewaskan sedikitnya 25 nelayan di Negara Bagian Borno, Nigeria, pada Rabu (8/3/2023).

Kepala polisi setempat Abdu Umar menuturkan bahwa kelompok itu menyerang para nelayan di desa terpencil Mukdolo. Beberapa jasad telah dikuburkan pada Kamis (9/3).

"Tidak ada satu pun manusia di sana karena desa itu sudah ditinggalkan, tetapi penduduk Desa Dikwa pergi ke sana untuk menangkap ikan. Sayangnya, kali ini, Boko Haram mengepung tempat itu dan membunuh 25 dari mereka, sementara sembilan melarikan diri," ungkap Umar.

Namun, laporan lain menyebutkan bahwa korban tewas mencapai 37 orang.

Nigeria, negara terpadat dan ekonomi terbesar di Afrika, masih terus bergulat dengan pemberontakan Boko Haram dan ISIS Provinsi Afrika Barat (ISWAP). Kelompok ekstremis itu bertujuan menegakkan hukum Islam dan menghentikan apa yang mereka sebut sebagai pendidikan Barat.

Menurut PBB, lebih dari 35.000 orang tewas dan lebih dari 2 juta orang mengungsi akibat kekerasan ekstremis.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Boko Haram Tidak Izinkan Nelayan Menangkap Ikan

Abba Modu, yang mengenakan seragam satuan keamanan lokal di Borno mengatakan bahwa serangan terbaru pada Rabu terjadi setelah Boko Haram memperingatkan penduduk setempat untuk menjauhi sungai di Desa Mukdolo yang dekat dengan Hutan Sambisa, tempat persembunyian populer bagi kelompok militan.

"Orang-orang Boko Haram mengatakan sungai milik mereka sekarang dan tidak ada penduduk desa yang diizinkan menangkap ikan di sana kecuali anggota mereka," kata Modu.

Juru bicara Markas Besar Pertahanan Nigeria Musa Danmadami mengatakan, dalam dua pekan terakhir, puluhan pemberontak telah dibunuh atau ditangkap sementara lebih dari 1.300 dari mereka menyerah kepada pasukan Nigeria.

Pemerintah Nigeria sering mengatakan bahwa pasukan keamanannya telah secara signifikan mengurangi kapasitas para ekstremis untuk melakukan serangan, tetapi analis keamanan berpendapat bahwa pemberontakan telah berlangsung selama bertahun-tahun karena pasukan keamanan negara tidak dipersenjatai dengan baik dan kewalahan memerangi kejahatan lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat