uefau17.com

Usai Mudik Imlek 2013, Kasus COVID-19 Tidak Melonjak di Singapura - Global

, Singapura - Hasil libur Imlek 2023 di Singapura menunjukkan tak ada lonjakan kasus COVID-19. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung telah memastikan hal tersebut. 

“Kita selalu mempersiapkan diri setelah long weekend,” ujarnya seperti dilansir Channel News Asia, Minggu (29/1/2023). “Selalu ada lonjakan besar dalam angkanya, serta lonjakan kunjungan ke departemen darurat.Ternyata, tidak terlalu parah."

Berdasarkan catatan Kementerian Singapura, total kasus COVID-19 pada 17 hingga 23 Januari 2023 adalah 2.181 kasus. 

Menkes Singapura berkata memantau lekat-lekat angka kasus ketika liburan berlangsung, dan ia menyimpulkan situasi sudah stabil. 

Meski demikian, ia mengakui ada kekhawatiran setelah China melonggarkan kebijakan COVID-19. Saat ini, turis China sudah bebas ke luar negeri, termasuk Indonesia. Menkes Singapura menyebut penerbangan ke China masih sedikit. 

"Saya sudah memberikan penjelasan yang panjang di Parlemen," ucapnya. "Kasus-kasus impor dari China sangat rendah karena angka penerbangan sedikit. Kita hanya menggerakkan 10 persen kapasitas (ketimbang) pra-COVID," ujarnya.

Kasus-kasus impor dari China di Singapura tercatat tidak parah. Alhasil, mereka bisa ditangani seperti influenza biasa. Menkes Singapura pun yakin situasi stabil. Yang lebih penting adalah jika ada pasien dari China yang terinfeksi hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

"Kita menantikan kehidupan kembali ke normalitas yang lebih besar di masa yang dekat ini," ujar Menkes Singapura.

Total seluruh kasus COVID-19 sejak awal pandemi di Singapura mencapai 2,2 juta.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

COVID-19 Tewaskan Enam Ribu Warga China dalam 7 Hari

Sebanyak 6.364 warga China tewas karena terkena serangan COVID-19 dalam tujuh hari pada 20-26 Januari 2023.

Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) yang dirilis di Beijing, Minggu, data kematian tersebut menurun jika dibandingkan dengan periode 13-19 Januari yang mencapai angka 12.658 kasus. 

Dari 6.364 kasus kematian COVID saat dalam perawatan di rumah sakit, 289 kasus akibat kegagalan sistem pernapasan dan 6.075 kasus sisanya memiliki penyakit bawaan.

Serangan COVID tiga tahun terakhir telah mengakibatkan sekitar 80 ribu warga China tewas, demikian seperti dikutip dari Antara, Minggu (29/1).

Otoritas China menentukan kasus kematian COVID-19 berdasarkan hasil tes positif PCR sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga internasional lainnya.

Pada Kamis (26/1) tercatat 215.958 orang dirawat di rumah sakit karena COVID, termasuk 26.156 dalam kondisi parah.

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) pada 25 Desember 2022 memutuskan penghentian publikasi perkembangan data COVID. Beberapa negara menanggapi kebijakan tersebut dengan mengambil tindakan pembatasan kedatangan warga China.

WHO memaklumi sikap beberapa negara tersebut dan mendesak China bersikap transparan terkait dengan perkembangan data COVID. NHC sebagai otoritas kesehatan China memerintahkan CCDC menyampaikan laporan berkala tentang data perkembangan COVID.

 

3 dari 4 halaman

Peti Mati Langka

Sementara itu, China dilaporkan mengalami peningkatan kasus COVID-19. Hal itu berdampak pada tingkat kematian akibat Virus Corona yang juga melonjak.

BBC News yang dikutip Kamis (26/1) melaporkan, daerah pedesaan di China bahkan kehabisan peti mati, dan mengalami biaya pemakaman yang meroket karena peningkatan pesat dalam kematian terkait COVID-19.

Seorang penduduk desa di Provinsi Shanxi, China mengatakan kepada BBC bahwa peti mati telah terjual habis di beberapa daerah dan pekerja industri pemakaman "menghasilkan sedikit uang" selama wabah COVID-19 saat ini.

Menurut World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia), China, negara berpenduduk 1,4 miliar orang, telah melaporkan setidaknya 34.000 kematian akibat COVID-19 sejak dimulainya pandemi. Menurut Reuters pekan lalu, WHO menuduh China tidak melaporkan skala data saat ini.

4 dari 4 halaman

Bali Siap Tampung Ledakan Turis China

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyambut baik penerbangan perdana (charter flight) Lion Air PK-LSU JT2648 dari China ke Bali, dengan tipe pesawat Boeing 737-900ER untuk rute penerbangan Shenzhen Bao’an International Airport (SZX)-Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar Bali (DPS) (Shenzhen-Denpasar).

"Kami menyambut baik penerbangan perdana ini, sebagai penanda bahwa Indonesia khususnya Bali masih menjadi destinasi favorit wisatawan. Selain itu, sebagai bentuk dukungan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub terhadap program Bangga BerWisata di Indonesia (BBWI) untuk mendorong mobilitas wisatawan ke Indonesia," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, M Kristi Endah Murni dalam keterangan tertulis, Senin (23/1/2023). 

Penerbangan langsung dari Shenzhen ke Bali pada Minggu (22/1) kemarin membawa sebanyak 212 penumpang Wisman China. Terdiri dari 193 penumpang dewasa, 17 anak-anak dan 2 balita.

Kristi mengatakan dengan adanya kebijakan baru Pemerintah China yang telah membuka border-nya sejak 8 Januari 2023 akan memberikan nilai positif bagi Indonesia dan mampu menggeliatkan kembali industri penerbangan Tanah Air.

"Kami akan memberikan dukungan penuh terhadap pesawat yang telah memenuhi regulasi dan aturan yang ada, dengan memberikan ijin terbang kepada pesawat tersebut. Tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di destinasi wisata Indonesia," tegasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat