uefau17.com

Rusia Bombardir Kota Kherson Ukraina, 25 Rudal Ditembakan - Global

, Kherson - Pasukan Rusia terus memborbardir Ukraina dengan meningkatkan serangan mortir dan artileri di kota Kherson lebih dari enam minggu setelah direbut kembali oleh pasukan Ukraina.

Tak hanya itu, mereka juga memberikan tekanan di sepanjang garis depan di timur, kata militer Ukraina pada Rabu (29/12).

Rusia telah menembaki lebih dari 25 rudal ke pemukiman di sekitar Kherson dan Zaporizhzhia, menyebabkan korban sipil dan infrastruktur sipil rusak di kota dan wilayah Kherson, kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan sejumlah pasukan Rusia meninggalkan pos mereka di sekitar Zaporizhzhia.

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk menginvasi Ukraina pada akhir Februari, menyebutnya sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi tetangganya, yang menurutnya merupakan ancaman bagi Rusia.

Ukraina dan sekutu Baratnya mengecam Rusia karena melakukan perampasan tanah gaya imperialis, dikutip dari NST.com.my, Kamis (29/12/2022).

Perang selama 10 bulan telah menyebabkan kematian puluhan ribu warga sipil Ukraina dan personel layanan di kedua sisi, kehancuran kota-kota Ukraina, dan jutaan orang yang mengungsi dari rumah mereka.

Perang juga mengganggu ekonomi global, menaikkan harga energi dan pangan.

Pertempuran di Kota Bakhmut

Pertempuran sengit juga terjadi di sekitar kota Bakhmut yang dikuasai Ukraina, sekarang sebagian besar telah hancur.

Kementerian pertahanan Inggris mengatakan, Rusia kemungkinan telah memperkuat bagian Kreminna di garis depan karena secara logistik penting bagi Moskow.

Masih belum ada prospek pembicaraan untuk mengakhiri perang.

Zelensky mendorong rencana perdamaian dengan 10 poin yang kebanyakan meminta Rusia sepenuhnya dan menghormati integritas teritorial Ukraina dan menarik semua pasukannya.

Tetapi Kremlin menolak hal tersebut, mengulangi pendiriannya bahwa pemerintah Kyiv harus menerima aneksasi Rusia atas empat wilayah Ukraina: Luhansk dan Donetsk di wilayah timur, serta Kherson dan Zaporizhzhia di selatan.

Hal inilah yang kemudian ditolak oleh Ukraina dan sebagian besar negara lain.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jelang 2023, Kedubes Ukraina Sorot Genosida Holodomor dan Invasi Rusia

Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta menyambut tahun baru 2023 dengan menyorot invasi Rusia dan Genosida Holodomor yang terjadi pada 1932-1933. Tahun 2023 akan menjadi 90 tahun peringatan peristiwa tersebut. 

Genosida Holodomor adalah istilah yang digunakan Ukraina untuk menggambarkan bencana kelaparan akibat kebijakan Uni Soviet. Jutaan rakyat Ukraina terdampak akibat kebijakan Joseph Stalin tersebut. 

"Hilangnya nyawa mencapai sekitar 10 juta korban. Angka sebenarnya tidak akan pernah diketahui. 90 tahun setelah Holodomor, Rusia kembali melakukan kejahatan mengerikan di Ukraina. Rusia menggunakan kelaparan sebagai senjata di perang agresi Rusia melawan Ukraina," tulis pesan Kedutaan Besar Ukraina, Selasa (27/12/2022).

Pihak Kedubes Ukraina melihat ada kesamaan antara invasi 2022 dan peristiwa Holodomor pada 1932.

"Memori dari genosida yang dilaksanakan otoritas USSR terhadap rakyat Ukraina memiliki makna khusus hari ini saat Rusia sekali lagi mencoba melakukan genosida di Ukraina, mencuri gandum, memblokir pelabuhan-pelabuhan Ukraina, menghancurkan infrastruktur kritikal, dan menyebabkan krisis pangan global," ujar pihak Kedubes Ukraina.

Ukraina menegaskan bahwa Holodomor merupakan genosida sejarah dan politik, namun masih sering diabaikan oleh komunitas global. Pada 15 Desember 2022, Parlemen Eropa mengakui bahwa Holodomor merupakan genosida.

Tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin lantas disamakan dengan Joseph Stalin.

"Komunitas internasional akhirnya mulai menyadari: hari ini Putin, seperti Stalin di 1932-1933, ingin menghancurkan rakyat Ukraina sebagai sebuah bangsa, sebuah sebuah kelompok etnik," kata pihak Kedubes Ukraina.

Setelah pengakuan dari Uni Eropa, perwakilan Ukraina lantas berharap agar komunitas internasional meningkatkan kesadaran terhadap Holodomor, serta kejahatan-kejahatan lainnya yang dilakukan rezim Soviet.

Saat mengakui Holodomor sebagai genosida, Parlemen Eropa menyebut glorifikasi terhadap Joseph Stalin juga berujung kepada aksi Rusia saat ini.

"Parlemen menyatakan bahwa pemutihan dan glorifikasi dari rezim totalitarian Soviet dan bangkitnya kultus diktator Soviet Joseph Stalin telah berujung kepada Rusia yang kini menjadi negara sponsor terorisme. Anggota Parlemen juga mengutuk kejahatan-kejahatan mengerikan Rusia terhadap rakyat Ukraina, seperti destruksi terarah ke infrastruktur energi sipil milik Ukraina saat musim dingin," tulis pernyataan Parlemen Eropa.

3 dari 4 halaman

Efek Perang Rusia, Umat Kristen Ortodoks Ukraina Pindah Perayaan Natal

Orang Ukraina biasanya merayakan Natal pada 7 Januari, seperti yang dilakukan orang Rusia. Tapi tidak tahun ini, atau setidaknya tidak semuanya.

Beberapa orang penganut Kristen Ortodoks Ukraina telah memutuskan untuk memperingati Natal pada tanggal 25 Desember, seperti banyak orang Kristen di seluruh dunia. 

Ya, ini ada hubungannya dengan perang, dan ya, mereka mendapat restu dari gereja lokal mereka.

Gagasan memperingati kelahiran Yesus pada Desember dianggap radikal di Ukraina sampai saat ini, tetapi invasi Rusia mengubah banyak hati dan pikiran, dikutip dari AP News, Selasa (27/12).

Pada Oktober, pimpinan Gereja Ortodoks Ukraina, yang tidak sejalan dengan gereja Rusia dan salah satu dari dua cabang Kristen Ortodoks di negara itu, setuju untuk mengizinkan umat merayakan Natal pada 25 Desember.

Pilihan tanggal memiliki nuansa politik dan agama. Bagi sebagian orang, perubahan tanggal melambangkan pemisahan dari Rusia, budayanya, dan agamanya.

Orang-orang di sebuah desa di pinggiran Kyiv baru-baru ini memilih untuk meningkatkan perayaan Natal mereka.

“Perang yang dimulai pada 24 Februari serta invasi skala penuh adalah kebangkitan dan pemahaman bahwa kita tidak dapat lagi menjadi bagian dari dunia Rusia,” kata Olena Paliy, seorang penduduk Bobrytsia berusia 33 tahun.

Gereja Ortodoks Rusia, yang mengklaim kedaulatan atas Ortodoksi di Ukraina, dan beberapa gereja Ortodoks Timur lainnya terus menggunakan kalender Julian kuno.

Gereja Katolik pertama kali mengadopsi kalender Gregorian modern yang lebih tepat secara astronomis pada abad ke-16, dan umat Protestan serta beberapa gereja Ortodoks sejak itu menyelaraskan kalender mereka sendiri untuk tujuan menghitung Natal.

4 dari 4 halaman

Ada Opsi

Sinode Gereja Ortodoks Ukraina memutuskan pada bulan Oktober bahwa gereja lokal dapat memilih bersama dengan komunitas mereka, dengan mengatakan keputusan tersebut berdasarkan diskusi dan juga efek dari keadaan perang.

Di Bobrytsia, beberapa anggota mempromosikan perubahan di dalam gereja lokal, yang baru-baru ini beralih menjadi bagian dari Gereja Ortodoks Ukraina, tanpa ikatan dengan Rusia.

Ketika pemungutan suara dilakukan minggu lalu, 200 dari 204 orang setuju untuk mengadopsi 25 Desember sebagai hari baru untuk merayakan Natal.

“Ini adalah langkah besar karena tidak pernah dalam sejarah kami memiliki tanggal perayaan Natal yang sama di Ukraina bersama seluruh warga Kristen lainnya,” kata Roman Ivanenko, seorang pejabat lokal di Bobrytsia, dan salah satu promotor perubahan tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat