uefau17.com

Ilmuwan Temukan Tembikar Berisi Residu Bir Berusia 9.000 Tahun di China - Global

, Zhejiang - Para peneliti di Dartmouth College mengungkapkan penemuan residu bir dalam tembikar berusia 9.000 tahun sebagai kebiasaan dan resep yang digunakan oleh orang-orang di Tiongkok kuno.

Temuan menunjukkan bir kemungkinan digunakan sebagai bagian dari ritual. Menurut penelitian, yang mencatat bahwa sisa-sisa manusia ditemukan di daerah yang sama. Studi yang belum lama diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, merinci sejumlah kecil barang tembikar yang ditemukan di Qiaotou China, sebuah kota yang terletak di provinsi Zhejiang, China.

Dikutip dari Slash Gear pada Sabtu (4/9/2021), beberapa bejana tembikar tersebut memiliki kualitas tinggi ditemukan di dekat parit buatan manusia. Gundukan dengan tembikar kuno juga merupakan rumah bagi dua kerangka manusia.

Para ilmuwan mengambil sampel residu yang diawetkan di dalam tembikar dan mengujinya untuk mengetahui jenis zat apa yang digunakan sebagai bagian dari ritual. Analisis tersebut menemukan beberapa bahan yang mengisyaratkan penggunaan dengan bentuk bir kuno, yang akan kurang difermentasi dan lebih manis dibandingkan bir modern.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mirip Bir Kuno

Bahan-bahan dalam tembikar termasuk ragi, residu jamur, butiran kecil pati, dan bahan tanaman fosil yang disebut phytolith. Menurut para peneliti yang mencatat bahwa residu ini tidak akan ditemukan di tanah alami di tempat itu, meyakinkan bahwa temuan tersebut mirip dengan bir kuno. .

Bir kuno akan berisi beberapa beras yang ditanam di wilayah tersebut, beberapa umbi-umbian yang tidak diketahui, dan sejenis biji-bijian yang disebut Job’s tears atau jali. Dengan bahan-bahan ini, para peneliti mengatakan 'bir' mungkin keruh dan hanya sedikit difermentasi. Mengingat kesulitan saat memanen bahan dan membuat bir. Para peneliti berspekulasi bahwa itu mungkin digunakan sebagai minuman ritual.

 

Reporter: Bunga Ruth

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat