, Fukushima - Tragedi bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang disebabkan oleh gempa yang terjadi pada Senin 5 Desember 2011. Gempa menyebabkan kebocoran, akibatnya, air radioaktif dari reaktor mengalir ke laut. Hal itu memicu krisis kontaminasi nuklir.
Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator dari reaktor tersebut menyatakan bahwa sekitar 45 ton air yang terkontaminasi dengan zat radioaktif cesium dan yodium, mengalir ke laut dari sistem selokan yang juga terkontaminasi dari unit kondensasi.
Air yang bocor tersebut mengandung radioaktif caesium 134 sekitar 16.000 becquerels per liter dan cesium 137 sekitar 29.000 becquerels, yang melebihi batas keselamatan oleh pemerintah.
Advertisement
Baca Juga
Media lokal melaporkan, air yang terkontaminasi juga mungkin mengandung zat-zat radioaktif lain seperti strontium, diketahui dapat menyebabkan kanker tulang pada manusia.
Air yang terkontaminasi itu bocor dari unit desalinasi melalui celah di dinding beton ke selokan.
Selokan itu menghubungkan pipa saluran air yang mengalir bebas ke Samudera Pasifik. Air kemudian terkontaminasi radiasi nuklir dari sisa bocoran unit desalinasi hasil pompaan dari bangunan.
Kantong-kantong pasir digunakan sebagai opsi darurat untuk mencegah kebocoran lebih lanjut dari unit tersebut. Tak ada korban jiwa dalam kebocoran tersebut namun ratusan ribu warga dievakuasi.
Hampir tujuh tahun berlalu, bencana nuklir Fukushima masih menyisakan 'warisan' dengan dampak yang sangat mengkhawatirkan, berikut empat di antaranya, seperti kutip dari TopTenz.net dan berbagai sumber, Minggu (28/10/2018).
Simak video pilihan berikut:
Sebuah kelompok industri Jepang menciptakan robot bawah air untuk menyelidiki dampak dari kerusakan reaktor nuklir Fukushima Daiichi.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. Kematian Pertama Akibat Paparan Radiasi Nuklir
![Robot Bawah Laut Temukan Lelehan Bahan Bakar Nuklir di Jepang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/V006TFlDc-uGSOrLGNXJMNIrGcE=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1657862/original/086826500_1500901479-Nuklir4.jpg)
Untuk pertama kalinya, Jepang mengumumkan bahwa seorang pekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima meninggal dunia akibat terpapar radiasi pada 6 September 2018.
Mengutip BBC, 6 September 2018, pekerja di PLTN Fukushima itu diidentifikasi sebagai pria berusia 50 tahunan. Dia meninggal karena kanker paru-paru yang didiagnosis pada 2016.
Pemerintah Jepang sebelumnya telah sepakat bahwa radiasi menyebabkan penyakit pada empat pekerja, tetapi kasus kematian ini adalah yang pertama mereka akui.
Karyawan yang meninggal telah bekerja di pembangkit listrik tenaga atom itu sejak 1980. Ia bertugas mengukur radiasi di PLTN Fukushima No 1 tak lama setelah rusak.
"Dia bekerja di sana setidaknya dua kali setelah rusak, mengenakan masker wajah dan pakaian pelindung," kata Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang.
Setelah mendengar pendapat dari panel ahli radiologi dan ahli lainnya, pihak kementerian memutuskan bahwa keluarga pria itu harus menerima ganti rugi.
Kasus kematian pertama akibat keterpaparan radiasi nuklir Fukushima menimbulkan kekhawatiran bahwa akan ada korban jiwa lain di kemudian hari akibat gejala yang sama.
Advertisement
2. Butuh 40 Dekade untuk Bersih dari Kontaminisasi Radiasi Nuklir
![Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/oVq9thldPXuMdwSmCp3HBzbFTCg=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1736032/original/081488800_1507699976-fukushima-aerial_ap.jpg)
Banyak orang khawatir bahwa proses pembersihan terhadap area yang terpapar radiasi nuklir bisa memakan waktu bertahun-tahun. Tetapi, para ahli telah memperingatkan bahwa itu bisa menjadi lebih buruk daripada yang bisa dibayangkan.
Perkiraan saat ini, area itu bisa bersih selama sekitar empat dekade, dan itu jika kita tidak melihat komplikasi baru dari dampak sampingan yang akan terjadi, demikian seperti dikutip dari The Guardian.
Itu menciptakan masalah besar bagi Jepang, karena hal tersebut adalah pengurasan jangka panjang pada perekonomian mereka, menciptakan rasa ketidakpercayaan yang konstan, dan menyulitkan orang untuk percaya pada kekuatan nuklir.
Pemerintah berharap untuk bisa segera mengirim orang kembali, tetapi dengan upaya pemulihan yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun, muncul momok yang mungkin menyebabkan lebih banyak evakuasi warga di masa depan akibat keterpaparan nuklir.
Namun, Jepang adalah sebuah pulau kecil dengan populasi besar dan mereka ingin dapat menggunakan area itu agar dapat dihuni orang-orang sesegera mungkin.
3. Air Terkontaminasi Nuklir Fukushima Mencapai ke Amerika Utara?
![Robot Bawah Laut Temukan Lelehan Bahan Bakar Nuklir di Jepang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/oNzdtPr87nNIpOlTxJZqfsB0nlY=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1657860/original/099938300_1500901478-Nuklir2.jpg)
Tak lama setelah bencana Fukushima terjadi, sebuah grafik mulai beredar mengklaim bahwa awan radiasi dari bencana menyebar ke seluruh dunia dan akan segera mencapai Amerika Utara, di mana itu akan mencemari semuanya.
Sekarang, terbukti bahwa tidak ada awan raksasa atau gelombang radiasi, dan bahwa kekhawatiran itu tidak terjadi.
Namun, sekelompok peneliti dan kelompok warga sipil berhasil melacak radiasi di Amerika utara setelah menghabiskan dua tahun mengumpulkan sampel air dan terus-menerus menguji radiasi.
Itu menunjukkan bahwa butuh beberapa tahun setelah materi nuklir mencapai ke Amerika utara.
Meskipun beberapa orang mungkin menganggap ini sebagai alasan untuk benar-benar khawatir, namun, jumlahnya jauh di bawah apa yang dianggap berbahaya oleh para ilmuwan.
Sekarang, meskipun itu bukan alasan untuk kekhawatiran segera, itu memang menunjukkan bahwa bencana tersebut dapat memiliki efek global, dan bahwa jika air limbah nuklir Jepang akan membuat jalannya lebih cepat dan tidak terawat ke laut, mungkin kita akan mulai melihat lebih banyak efek hingga bahkan masalah nyata yang berdampak pada manusia di tempat jauh.
Advertisement
4. Limbah yang Belum Ditanggulangi Efektif
![Robot Bawah Laut Temukan Lelehan Bahan Bakar Nuklir di Jepang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/e3qsqQ8P4kdljoX1JclkZYOYakM=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1657861/original/047880000_1500901479-Nuklir3.jpg)
Pejabat Pemerintah Jepang belum mengetahui apa yang harus dilakukan dengan lebih dari 1 juta ton air radioaktif yang berada di lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang kini lumpuh.
Beberapa hari setelah peringatan tujuh tahun bencana nuklir Fukushima, perusahaan listrik Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengungkap bahwa pihaknya berhasil memperlambat laju air yang terkontaminasi yang mencapai fasilitas reaktor.
Namun, jumlahnya terus meningkat.
"Beberapa tahun lalu, air radioaktif meningkat 400 ton per hari, namun kenaikan per hari kini telah turun menjadi sekitar 100 ton per hari," kata Naohiro Masuda dari TEPCO seperti dikutip dari Australiaplus 3 Maret 2018.
"Beberapa tahun lalu kami harus membuat satu tangki baru setiap dua atau tiga hari tapi sekarang kami perlu menambah satu tangki baru setiap tujuh sampai 10 hari, jadi dalam artian itu, kami pikir ini adalah kemajuan, sampai tingkat tertentu, dalam arti ini adalah situasi yang lebih stabil," sebutnya.
Ada lebih dari 1.000 tangki air yang terkontaminasi sekarang di lokasi Fukushima dan pihak pemerintah masih belum memutuskan apa yang harus dilakukan dengan air itu.
TEPCO juga mengungkap bahwa dinding tanah yang dibekukan di bawah tanah -- yang diharapkan menjadi pertahanan utama terhadap kontaminasi air tanah -- hanya memiliki kapasitas terbatas.
Dinding penghalang sepanjang 1,5 kilometer dirancang agar air tanah tak mengalir ke bangunan reaktor yang rusak akibat bencana.
Dinding tersebut menghabiskan biaya lebih dari US$ 300 juta (atau setara Rp 3 triliun) untuk pembangunannya dan menghabiskan biaya US$ 10 juta (atau setara Rp 100 miliar) untuk beroperasi.
Masuda mengatakan penting untuk dicatat bahwa kombinasi langkah-langkah perusahaan untuk mencegah kontaminasi berarti situasinya kurang stabil secara keseluruhan.
Jadi, sementara tingkat air yang terkontaminasi masih meningkat -- meski pada tingkat yang lebih lambat -- Pemerintah Jepang belum menyetujui apa yang harus dilakukan terkait masalah itu.
Salah satu pilihan kontroversial termasuk dekontaminasi air sebanyak mungkin dan kemudian secara bertahap melepaskannya ke laut.
Para ahli yang menasihati Pemerintah Jepang telah mendesak pembuangan air secara bertahap ke Samudera Pasifik terdekat.
Penanganan itu bisa menghilangkan semua unsur radioaktif kecuali tritium, yang menurut mereka aman dalam jumlah kecil.
Tapi nelayan lokal menolak gagasan tersebut, karena khawatir akan berdampak buruk terhadap reputasi produk mereka.
Terkini Lainnya
Rusia-AS Bersitegang soal Rudal Nuklir, Ini Tanggapan Indonesia
Balas Niat AS, Vladimir Putin: Rusia Akan Taruh Rudal Nuklir di Eropa
Donald Trump: Balas Rusia, AS Akan Terus Menambah Senjata Nuklir
1. Kematian Pertama Akibat Paparan Radiasi Nuklir
2. Butuh 40 Dekade untuk Bersih dari Kontaminisasi Radiasi Nuklir
3. Air Terkontaminasi Nuklir Fukushima Mencapai ke Amerika Utara?
4. Limbah yang Belum Ditanggulangi Efektif
Nuklir
Bencana Nuklir
Bencana Nuklir Fukushima
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
HEADLINE: Pudarnya Sinar Bintang di Euro 2024 dan Copa America 2024, Siapa Jadi Pembeda di Semifinal?
Sudah 39 Tahun, Cristiano Ronaldo Beri Bocoran Terkait Masa Depannya di Portugal
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
HEADLINE: Pudarnya Sinar Bintang di Euro 2024 dan Copa America 2024, Siapa Jadi Pembeda di Semifinal?
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Kinerja Sudah Terbukti, Anwar Hafid Disebut Paket Komplit Cagub Idaman Warga Sulteng
Diskominfo Kepulauan Babel Tingkatkan Pengawasan untuk Lawan Hoaks Menjelang Pilkada 2024
Kaesang Pangarep Ungkap PSI-PKS Jalin Kerja Sama di Pilkada untuk 3 Wilayah Ini
Kapan Pilkada 2024? Simak Jadwal Persiapan dan Penyelenggaraannya
Jelang Pilkada 2024, Masyarakat Aceh Barat Diminta Tak Terprovokasi Hoaks
Proses Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Simak Tanggung Jawab dan Masa Kerjanya
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
8 Juli 1972: Penulis dan Revolusioner Palestina Ghassan Kanafani Tewas di Tangan Israel
Populer
Hujan Deras Picu Longsor dan Banjir di Nepal, 11 Orang Tewas
3 Anak Tewas dalam Insiden Kebakaran Rumah, Seorang Pria Diamankan Polisi Australia
Dalai Lama Bantah Rumor Kesehatannya yang Memburuk pada Ulang Tahun ke-89
Astronom Temukan Supergugus Galaksi Raksasa
PBB Dorong Literasi Inklusif dan Pembelajaran Kreatif Lewat Festival Sastra Anak
Suami Wapres AS Kamala Harris Positif COVID-19
8 Juli 1972: Penulis dan Revolusioner Palestina Ghassan Kanafani Tewas di Tangan Israel
Jumlah Anak Putus Sekolah di Pakistan Mengalami Peningkatan
Sejumlah Kereta Subway di Boston Dipasangi Wajah Lucu, Tujuannya Supaya Bikin Orang Senyum
Pegi Setiawan
Pegi Setiawan Menang Praperadilan, Salah Tangkap atau Salah Prosedur?
Pegi Setiawan Bebas, Kapolri: Kita Hormati Putusan Pengadilan
DPR Minta Semua Pihak Hormati Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Profil Eman Sulaeman, Hakim PN Bandung yang Kabulkan Praperadilan Pegi Setiawan
5 Fakta Terkait Pegi Setiawan Bebas dari Tahanan, Kabulkan Gugatan Praperadilan
Pegi Setiawan Bakal Dibebaskan, Komnas HAM Pastikan Penyelidikan Kasus Vina Cirebon Berlanjut
Berita Terkini
Polisi Tetapkan 1 Tersangka Baru Kasus Anggota DPRD Lampung Tengah Tembak Warga hingga Tewas
Dosanya Berlipatganda, Jangan Lakukan Ini di Bulan Muharram Kata UAH
Anak Pergi ke Ladang, Ayah Mertua Rudapaksa Menantu yang Sedang Sakit di Rumah
Astronom Temukan Supergugus Galaksi Raksasa
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Final Four PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Rebut Gelar Juara?
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Ternyata Menjawab Seperti ini saat Nama Rasulullah Disebut Salah, Begini yang Benar Kata Gus Baha
HEADLINE: Pudarnya Sinar Bintang di Euro 2024 dan Copa America 2024, Siapa Jadi Pembeda di Semifinal?
Hari Satelit Palapa 9 Juli, Peluncuran Satelit Pertama Indonesia pada 1976
Pegi Setiawan Menang Praperadilan, Salah Tangkap atau Salah Prosedur?
Diduga Telantarkan Istri dan 3 Anaknya, Anggota Polda Sulsel Dilapor ke Propam
Pegi Setiawan Bebas, Kapolri: Kita Hormati Putusan Pengadilan
Target Hattrick Juara Umum PON, 148 Atlet Jabar Berlatih di Korea Selatan